Nabi saw. diberikan keistimewaan berupa
dihalalkannya ghanimah (rampasan perang) dan dijadikannya bumi seluruhnya
sebagai masjid, sementara umat-umat terdahulu tidak memiliki tempat shalat
melainkan di dalam biara dan gereja. Debu bisa dibuat alat bersuci, yaitu
tayammum. Dan diistimewakan dengan wudlu, karena wudlu dahulu hanya dilakukan
nabi-nabi, bukan umat-umat mereka. Dengan mengusap khuf (sejenis sepatu kulit),
istinja’ dengan benda beku (keras), dan memadukan antara air dan batu dalam
istinja’ itu. Dengan shalat lima waktu secara
komplit, dan tidak pernah shalat lima
waktu itu komplit bagi seorang pun. Shalat lima waktu menjadi penghapus dosa-dosa di
antaranya. Diistimewakan pula dengan shalat Isya’, dan shalat Isya’ (dahulu)
tidak pernah dilakukan seorang pun. Dengan adzan dan iqamah. Dimulainya shalat
dengan takbir. Dengan membaca ‘aamiin’. Dan dengan doa: “Allahumma rabbana wa
lakal hamd” (Ya Allah, Tuhan kami, dan bagi-Mulah segala puji). Diharamkannya
berbicara dlam shalat. Menghadap Ka’bah. Shaf dalam shalat laksana shafnya para
malaikat. Penghormatan salam dan ia adalah penghormatan para malaikat dan
penghuni surga. Dijadikannya hari Jum’at sebagai hari raya beliau dan umat
beliau. Diistimewakan pula dengan waktu yang mustajabah (doa mudah
diperkenankan pada waktu itu). Dengan Idul Adha. Dengan shalat Jum’at dan
shalat berjamaah. Shalat malam (dalam bentuk yang diajarkan seperti sekarang).
Shalat dua hari raya. Shalat gerhana matahari dan bulan. Shalat Istisqa. Shalat
witir. Shalat bisa diqashar dalam perjalanan. Dibolehkannya jama’ (menghimpun)
di antara dua shalat saat bepergian, sewaktu hujan, dan saat sakit. Shalat
khauf (saat perang) yang tidak pernah diajarkan pada seorang dari umat-umat
sebelum kita. Dan shalat ‘syiddatul khauf’ (kondisi sangat genting) saat
berkecamuknya perang dengan cara isyarah dan menghadap kemanapun. Bulan
Ramadhan menurut ketentuan dan tata cara seperti ini. Malaikat membelenggu
setan di bulan Ramadhan itu. Surga berhias di dalamnya. Bau tidak sedapnya
mulut orang-orang yang berpuasa lebih harum daripada minyak kesturi. Para malaikat memohonkan ampun pada mereka di saat
berbuka. Sebagian besar mereka diampuni di akhir malam Ramadhan. Diistimewakan
pula dengan sahur dan menyegerakan berbuka. Dengan diperkenankannya makan,
minum, dan jima’ pada malam hari hingga fajar, yang dulunya diharamkan atas
orang-orang sebelum kita setelah tidur. Diharamkannya wishal dalam puasa,
sedang dahulu diperkenankan bagi orang-orang sebelum kita. Diperbolehkannya
bicara saat puasa, dan dahulu hal itu diharamkan, berbeda dengan shalat. Dengan
Lailatul Qadar. Dengan hari Arafah. Dijadikannya puasa Arafah melebur dosa dua
tahun karena hal itu menjadi tradisi beliau. Puasa Asyura’ melebur dosa satu
tahun, karena ia tradisinya Nabi Musa as. Membasuh dua tangan usai makan
bernilai dua kebajikan karena hal itu sunnah beliau, dan sebelumnya dengan satu
kebajikan karena hal itu hukum Taurat. Mandi dari terkena penyakit ain (akibat
pandangan mata berbahaya), dan mandi itu akan bisa mencegah bahaya penyakit
ain. Istirja’ saat ditimpa musibah. Hauqalah. Liang lahad, dan umat terdahulu
adalah liang syaqq, yaitu tanah dibelah. Menyembelih ternak dengan cara ditusuk,
sedang mereka hanya punya hukum dzabah (penyembelihan dengan pisau). Menyisir
rambut kepala, sementara dahulu mereka harus mengurai lepas. Diistimewakan juga
dengan mewarnai rambut, sedang mereka dahulu tidak boleh merubah uban. Merapikan
jenggot. Memotong pendek kumis, sedang mereka dahulu memotong jenggot dan
merapikan kumis mereka. Dahulu mereka melakukan aqiqah hanya untuk anak
laki-laki, anak perempuan tidak diaqiqahi. Sementara aqiqah diajarkan pada kita
untuk laki dan perempuan. Ditinggalkannya berdiri kepada jenazah.
Disegerakannya shalat maghrib dan shubuh. Dimakruhkannya memakai tanah keras
berbatu. Makruhnya shalat Jum’at sendirian. Dimakruhkannya puasa hari Jum’at
sendirian saja, sedang kaum Yahudi dahulu puasa pada hari raya mereka secara
sendirian. Dipadukannya Tasua (tanggal 9 Muharram) pada Asyura (tanggal 10
Muharram) dalam hal puasa. Sujud di atas dahi, sedang dahulu mereka sujud di
atas tepi. Dimakruhkannya berjalan melenggang ke kiri dan ke kanan dalam
shalat, sedang mereka dahulu melenggang ke kiri dan ke kanan. Dimakruhkannya
memejamkan mata di dalam shalat. Meringkas dan duduk sebentar setalah shalat
untuk berdoa. Imam boleh membaca waktu shalat dengan melihat mushaf.
Berpegangan tali dalam shalat. Makan pada hari raya sebelum shalat, sedang
Ahlul Kitab dahulu tidak boleh makan pada hari raya sehingga mereka melakukan shalat.
Shalat dengan memakai sandal dan khuf.
Ibnu Umar ra.
berkata, “Bani Israil dahulu jika imam-imam mereka membaca, maka mereka
menjawab (merespon) bacaan imam-imam tersebut. Allah lalu tidak menyukai hal
itu pada umat ini. Dia berfirman,
وَإِذَا
قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا
Dan apabila dibacakan al-Qur’an, maka
dengarlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang. (Q.S. al-A’raaf: 204)
Dan Rasulullah
saw. melarang seseorang yang dilihatnya duduk dalam shalat seraya berpegangan
pada tangan kirinya seraya bersabda, “Ini adalah shalatnya Yahudi.” Kalangan
wanita umat ini diberikan izin shalat di masjid, dan dahulu wanita-wanita Bani
Israil dilarang.
Dan di dalam
syara’ mereka terdahulu, ada ajaran terhapusnya hukum jika pihak lawan
mengangkat (mengadukan) hukum itu pada hakim lain yang melihat hal yang berbeda
dengan hukum (yang pertama) itu.
Diistimewakan
pula dengan sorban berjumbai, dan ini adalah identitas (atribut) malaikat.
Dengan bersarung di tengah. Dimakruhkannya mengurai tangan saat berdiri shalat.
Pakaian luar yang besar lagi panjang (jubah hijau). Mengikat tengah pada satu
gamis. Mencukur sebagian kepala. Bulan-bulan qamariyah. Wakaf. Wasiat sepertiga
saat mereka meninggal. Menyegerakan jenazah. Umat beliau adalah sebaik-baik
umat. Umat-umat (dahulu) diperlihatkan (kejelekannya) pada mereka (umat
Muhammad), sedang mereka tidak diperlihatkan. Dua namanya diderivasi dari asma
Allah ta’ala, yaitu al-muslimun dan al-mukminun. Agama mereka dinamakan Islam.
Dan tidaklah disifati dengan ini melainkan nabi-nabi bukan umat-umat mereka.
Dihapuskan bagi mereka beban yang dahulu dibebankan pada umat-umat sebelum
mereka. Diperkenankan bagi mereka menyimpan harta jikalau mau mengeluarkan
zakatnya. Dan Allah tidak menjadikan kesulitan pada mereka dalam agama.
Diperkenankan
bagi mereka pula makan unta, burung unta, keledai liar, angsa, itik, semua
ikan, lemak, dan darah yang tidak mengalir, seperti hati dan limpa, serta urat.
Dihilangkan
dari mereka: siksaan disebabkan salah dan lupa, apa yang mereka dipaksa
atasnya, serta suara hati. Orang yang sengaja berbuat buruk dan ia belum
melakukannya tidaklah dicatat keburukan, justeru dicatat sebagai kebaikan. Dan
jika ia melakukan kebaikan, maka dicatatlah 10 kebikan hingga 700 kali lipat.
Dihapuskan juga bagi mereka membunuh diri dalam bertaubat, mencukil mata karena
memandal hal yang tidak halal, memotong tempat najis, dan seperempat harta
dalam zakat. Dihapuskan pula bagi mereka membaptis anak, mengebiri, praktek
kependetaan, dan menetap terus di masjid. Dalam hadits disebutkan,
“Meninggalkan wanita, daging, dan membuat tempat pertapaan rahib bukanlah
termasuk (ajaran) agamaku.”
Orang
Yahudi yang melakukan kerja pada hari Sabtu, maka dia disalib, sedang Allah
tidak menjadikan hari Jum’at bagi kita seperti itu. Mereka tidak makan makanan
sehingga berwudlu seperti wudlu untuk shalat. Barangsiapa mencuri maka
dijadikan budak. Barangsiapa membunuh dirinya diharamkanlah surga baginya. Jika
seorang raja berkuasa atas mereka, raja itu mensyaratkan bahwa mereka semua
adalah budaknya. Dan raja itu boleh mengambil atau tidak mengambil harta mereka
sekehendaknya.
Disyara’kan bagi
mereka menikahi 4 wanita dan disyara’kan pula talak 3 kali. Diperingan untuk
mereka menikahi (wanita) selain agama mereka, menikahi budak wanita,
mempergauli wanita haid selain senggama, dan mendatangi wanita dari qubulnya
dengan cara apa saja yang mereka kehendaki. Diajarkan bagi mereka pula memiliki
antara kisas dan diyat. Diajarkan pula membela diri dari orang yang menyerang,
sementara Bani Israil dahulu diwajibkan atas mereka jika seseorang
membentangkan tangannya pada orang lain, maka orang lain itu tidak bisa menolak
darinya sehingga ia membuhuhnya atau membiarkannya.
Diharamkan bagi
mereka: membuka aurat, meratapi mayit, memahat, minum yang memabukkan,
alat-alat yang melalaikan, menikahi dua bersaudara, wadah-wadah perak dan emas,
sutera dan perhiasan emas bagi kalangan laki-laki, sujud kepada selain Allah,
sementara hal itu dahulu merupakan penghormatan bagi orang-orang sebelum kita,
lalu sebagai gantinya kita diberikan ajaran salam. Dimakruhkan bagi mereka
gedung-gedung tinggi. Mereka terpelihara dari bersekongkol atas kesesatan dan
dari ahli (penganut) kebatilan memenangkan atas ahli kebenaran, serta dari doa
buruk nabi mereka yang bila doa buruk itu terjadi, maka binasalah mereka.
Kesepakatan mereka adalah hujjah. Perbedaan mereka adalah rahmat. Sedang
perbedaan orang-orang sebelummereka adalah azab. Thaun bagi mereka adalah
kesyahidan dan rahmat, sedang bagi umat-umat terdahulu adalah azab. Berdoa apa
saja mereka niscaya dikabulkan. Mereka beriman dengan kitab pertama sekaligus
dengan kitab terakhir. Mereka haji di Baitul Haram. Mereka tidak akan menjauh
dari tanah haram itu selamanya. Disegerakan bagi mereka pahala di dunia beserta
disimpannya pahala amal itu di akhirat. Gunung dan pepohonan mereka senang
dengan lewat mereka di atasnya karena tasbih dan pensucian mereka. Pintu-pintu
langit terbuka karena amal-amal mereka dan arwah mereka. Para
malaikat merasa senang terhadap mereka. Allah dan malaikat-Nya bershalawat
kepada mereka sebagaimana bershalawat kepada para nabi, sebagaimana firman-Nya,
هُوَ
الَّذِى يَُصَلِّى عَلَيْكُمْ وَمَلاَئِكَتُهُ
Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan
malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu). (Q.S. al-Ahzaab: 43)
Nyawa mereka dicabut di atas ranjang-ranjang mereka, sedang mereka
adalah para syuhada’ di sisi Allah. Jamuan ditaruh di depan mereka, lalu mereka
tidak mengangkat jamuan itu sehingga diampunilah mereka. Seseorang dari mereka
tidak memakai baju, lalu mengibas-ibaskannya sehingga diberikan pengampunan
baginya. Ash-Shiddiq mereka adalah ash-shiddiq yang paling utama. Mereka adalah
para ulama lagi hukama yang mereka hampir saja semua menjadi nabi-nabi karena
kefaqihan mereka. Di jalan Allah, mereka tidak takut celaan orang yang mencela.
Mereka rendah hati kepada orang-orang beriman lagi merasa mulia atas
orang-orang kafir. Amal pendekatan mereka adalah shalat, sedang amal pendekatan
mereka dulunya adalah darah-darah mereka. Orang yang amalnya tidak diterima
ditutupi, sedang orang-orang sebelum mereka ditelanjangi (dibuka aibnya) jika
api tidak memakan qurban mereka. dosa-dosa mereka bisa diampuni dengan
istighfar. Penyesalan mereka merupakan taubat.
Diriwayatkan
bahwasanya Adam as. berkata, “Sesungguhnya Allah azza wa jalla memberikan pada
umat Muhammad saw. 4 kemuliaan yang hal itu tidak diberikannya padaku: dulu
taubatku berada di Makkah, sedang salah seorang dari mereka bisa bertaubat di
mana saja; dilepaslah bajuku manakala aku durhaka, sedang mereka tidak;
diceraikanlah antara aku dan isteriku; dan aku dikeluarkan dari surga.”
Bani
Israil dahulu jika salah seorang dari mereka berbuat salah, diharamkanlah
baginya makanan baik mereka, dan keesokan hari kesalahannya itu tertulis di
atas pintu rumahnya. Mereka diberikan jaminan tidak akan dibinasakan dengan
kelaparan, tidak pula dengan musuh dari selain mereka yang dapat memusnahkan
mereka, tidak dibinasakan pula dengan banjir, dan tidak pula dibinasakan dengan
siksaan yang dahulu disiksakan pada orang-orang sebelum mereka. Jika ada 2
orang menyaksikan baik pada seorang hamba, maka berhaklah hamba itu masuk
surga.
Sedang
umat-umat terdahulu, salah seorang dari mereka tidak berhak masuk surga kecuali
telah disaksikan baik oleh seratus orang. Mereka umat yang amalnya sedikit,
paling banyak pahalanya, dan paling pendek umurnya. Seseorang dari umat
terdahuku lebih beribadah daripada mereka dengan 30 kali lipat, sedang mereka
lebih baik daripadanya 30 kali lipat. Saat ditimpa musibah, mereka diberikan
doa, rahmat, dan petunjuk. Mereka dikaruniai ilmu pertma dan ilmu terakhir.
Dibukalah bagi mereka perbendaharaan segala sesuatu hingga ilmu. Mereka
diberikan jalur sanad dan nasab, perubahasan akhir kata bahasa, dan menyusun
kitab-kitab. Sunnah Nabi mereka terjaga di setiap masa sehingga Nabi Isa bin
Maryam as. turun. Di antara mereka ada wali-wali quthub, autad, nujaba, dan
abdal. Dan di antara mereka ada yang menjadi imam shalat Nabi Isa as. Di antara
mereka ada yang berperilaku laksana perilaku malaikat dalam hal (selalu)
bertasbih dan tidak membutuhkan makan. Mereka memerangi Dajjal. Para malaikat mendengar adzan dan talbiyah mereka di
langit. Mereka para pemuji Allah di setiap keadaan. Mereka bertakbir di atas
setiap bukit. Mereka bertasbih setiap kali menuruni lembah. Mereka mengucapkan
kala hendak melakukan sesuatu, “Aku melakukannya insya’allah (jika Allah
menghendaki).” Jika marah mereka bertahlil. Jika berebutan mereka bertasbih.
Jika menghendaki sesuatu mereka beristikharah terlebih dahulu baru kemudian
melakukan sesuatu tersebut. Jika telah naik di atas punggung kendaraan, mereka
memuji Allah ta’ala. Mushaf-mushaf mereka ada di dalam dada-dada mereka.
Pendahulu mereka (dalam beramal) adalah pendahulu mereka (dalam masuk surga) dan
memasuki surga tanpa hisab. Orang pertengahan mereka (muqtashid) adalah orang
yang selamat dan dihisab dengan hisab yang ringan. Sedang orang dzalim mereka
diberikan pengampunan. Tidak seorang pun dari mereka melainkan dikasih-sayangi.
Mereka memakai warna-warni pakaian penghuni surga. Mereka memperhatikan
matahari untuk shalat. Mereka ummatan wasathan (umat yang adil/moderat dengan
pensucian Allah azza wa jalla). Para malaikat
mendatangi mereka kala mereka berperang. Allah memfardlukan pada mereka apa yang
juga difardlukan pada para nabi dan rasul, yaitu berwudlu dan mandi janabat,
demikian pula haji dan jihad. Mereka diberikan ibadah-ibadah sunnah laksana apa
yang diberikan kepada para nabi. Mereka diseru dengan “Wahai orang-orang yang
beriman,” sedang umat-umat selain mereka di dalam kitab-kitab suci mereka
diseru dengan, “Wahai orang-orang miskin.”
Mereka
diajk bicara dengan firman-Nya, “Maka ingatlah Aku, niscaya Aku mengatmu.”
(Q.S. al-Baqarah: 152) Allah memerintahkan agar mereka mengingat-Nya tanpa
perantara, sedang Bani Israil diajak bicara dengan firman-Nya, “Ingatlah kalian
nikmat-Mu yang aku telah berikan nikmat itu kepada kalian dan penuhilah
terhadap janji-Ku.” (Q.S. al-Baqarah: 40) Karena mereka tidak mengenali Allah
kecuali dengan nikmat-nikmat-Nya. Jadilah nikmat-nikmat itu menyampaikan mereka
pada mengingat Sang Pemberi nikmat. Dan tatkala turun ayat, “Orang-orang yang
terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin
dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha
kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah,” (Q.S. at-Taubah: 100)
Rasulullah saw. bersabda, “Ini bagi umatku, dan setelah ridha tidak akan ada
lagi kemurkaan. Mereka dinamakan ahlul qiblah. Persaksian mereka boleh atas orang-orang
selain mereka, sementara umat-umat dahulu persaksian mereka selain agama mereka
tidak diperbolehkan. Ibnu Mas’ud ra. berkata, “Pada umat ini tidak dihalalkan
menelanjangi, memperlama hukum, membelenggu leher, dan membelenggu tangan,”
yakni pakaian mereka tidak boleh dilepaskan, tidak boleh diperlama dalam
menegakkan sanksi hukum, akan tetapi dia dipukul dalam kondisi duduk dan
berpakaian.
Para ulama berkata, “Dulu, permulaan syariat dibangun di
atas prinsip memberi keringanan. Dalam syariat Nuh, Shaleh, dan Ibrahim tidak
dikenal prinsip memberatkan. Lalu datangnya Musa as. dengan pemberatan dan
pembebanan, dan diikuti oleh Isa seperti itu. Dan datanglah syariat Nabi kita
Muhammad saw. menghapus pemberatan yang dilakukan Ahli Kitab, dan di atas kemudahan
orang-orang sebelum mereka. Syariat beliau berada di atas puncak kemoderatan.
Wallahu a’lam.
Bagian Ketiga
Keistimewaan Pribadi Nabi saw. di
Akhirat
Nabi
saw. diberikan keistimewaan bahwa beliau adalah orang yang pertama kali bumi membelah
terhadapnya. Beliau orang yang pertama kali sadar dari pingsan lama. Beliau
dikirab di dalam 70.000 malaikat dan dikirab di atas buraq. Namanya diumumkan
di mauqif (tempat pemberhentian di akhirat). Di mauqif, beliau diberikan
pakaian perhiasan teragung dari surga. Beliau berdiri di sisi kanan arasy.
Diberikan keistimewaan pula dengan maqam mahmud (kedudukan yang terpuji). Di
tangan beliau ada panji puji-pujian. Adam dan orang-orang berikutnya berada di
bawah panji beliau. Beliau pada saat itu adalah imam, penuntun, dan penceramah
para nabi. Beliau orang yang pertama kali diberi restu bersujud. Orang yang
pertama kali mengangkat kepala. Orang yang pertama kali melihat Allah ta’ala.
Orang yang pertama kali memberi syafaat. Orang yang pertama kali diberian
syafaat. Beliau memohon kepada Allah terhadap hak selainnya, sedang setiap
manusia memohon terhadap diri mereka.
Beliau
diberikan keistimewaan berupa syafaat udzma (terbesar) di dalam ketentuan
pemisah. Syafaat di dalam memasukkan satu kaum ke dalam surga tanpa hisab.
Syafaat di dalam mengeluarkan kebanyakan umat beliau dari neraka, sehingga
tidak tersisalah seorang pun dari mereka. Diistimewakan pula beliau dengan
syafaat untuk sekelompok kaum muslimin yang shaleh agar mendapatkan pengampunan
di dalam keteledoran ibadah mereka. Syafaat di mauqif dalam rangka memberi
keringanan terhadap orang yang dihisab. Syafaat terhadap orang-orang kafir yang
dikekalkan dalam neraka agar siksanya diperingan. Syafaat terhadap anak-anak
kecil kaum musyrikin agar supaya mereka tidak disiksa. Beliau memohon kepada
Tuhannya agar seorang pun dari Ahli Bait beliau tidak masuk neraka, dan Allah
memenuhinya. Beliau orang yang pertama kali melewati di atas titian shirath
menuju surga. Setiap helai rambut kepala dan muka beliau memiliki cahaya,
sedang para nabi lain hanya memiliki dua cahaya.
Orang-orang
seluruhnya diperintahkan menundukkan kepala mereka sehingga puteri beliau
melewati di atas shirath. Beliau orang yang pertama kali mengetuk pintu surga
dan orang yang pertama kali memasukinya. Beliau diberikan keistimewaan dengan
al-Kautsar dan telaga (haud) terbesar. Setiap nabi memiliki haud (telaga),
namun haud beliau paling lebar dan paling banyak didatangi. Beliau
diistimewakan dengan al-wasilah, yaitu derajat tertinggi di surga. Tiang-tiang
mimbar beliau adalah batu-batu besar yang bertingkat-tingkat di surga. Mimbar
beliau berada di atas taman dari taman-taman surga. Apa yang berada di antara
mimbar dan makam beliau adalah taman dari taman-taman surga. Beliau tidak
dituntut adanya pembukti atas tabligh beliau. sedang nabi-nabi lain dituntut
untuk itu. Beliau menjadi saksi para nabi atas tabligh mereka. setiap sebab dan
nasab terputus pada hari kiamat selain sebab dan nasab beliau.
Nabi Adam as.
diberikan gelar di surga dengan Nabi saw., bukan semua anak keturunannya dalam
rangka memuliakan beliau. Maka dikatakan pada Nabi Adam, “Abu Muhammad.”
Hadits-hadits menerangkan bahwa ahlu fatrah (orang-orang yang hidup pada masa
kevakuman dari dakwah nabi-nabi) diuji pada hari kiamat. Barangsiapa patuh maka
masuk surga, dan barangsiapa durhaka maka masuk neraka. Dan Ahlu Bait beliau
seluruhnya diduga akan patuh pada saat ujian itu agar tenteram jiwa beliau pada
mereka.
Ada
keterangan juga bahwa derajat surga sejumlah bilangan ayat-ayat al-Qur’an, dan
dikatakan kepada ahli al-Qur’an, “Bacalah dan naiklah…” (dan seterusnya).
Kedudukan akhirnya adalah pada ayat akhir yang bisa dibacanya, dan tidaklah ada
keterangan semacam ini dalam kitab-kitab suci lainnya. Tidaklah dibaca di dalam
surga melainkan kitab suci beliau, bukan kitab-kitab suci yang lain. Dan tidak
digunakan sebagai bahasa pengantar di dalam surga melainkan bahasa beliau.
Beliau saw.
bersabda, “Aku orang yang pertama kali mengetuk pintu surga. Penjaga lalu tegak
berdiri dan berkata, “Siapa engkau?!” Aku jawab, “Aku Muhammad.” Katanya, “Aku
berdiri dan aku akan bukakan untukmu. Dan aku tidak pernah berdiri untuk satu
orang pun sebelummu dan sesudahmu.” Wallahu a’lam.
Bagian Keempat
Keistimewaan Umat Nabi saw. di Akhirat
Nabi
saw. diberikan keistimewaan bahwa umat beliau adalah umat yang pertama kali
bumi membelah terhadap mereka. Umat beliau akan datang pada hari kiamat dengan
wajah putih berseri karena bekas-bekas wudlu. Di mauqif mereka berada di atas
bukit yang tinggi. Bagi mereka dua cahaya laksana para nabi, sementara bagi
selain mereka hanya satu cahaya. Pada muka mereka ada tanda dari bekas sujud.
Anak keturunan mereka dapat berjalan di depan mereka. kitab-kitab mereka
diberikan dengan tangan kanan. Mereka dapat melewati shirath laksana kilat dan
angina. Orang baik mereka bisa memberikan syafaat pada orang buruk mereka. Adzab
mereka disegerkan di dunia dan di alam barzakh agar bisa datang pada hari
kiamat bersih mengkilat. Mereka masuk kubur dengan dosa-dosa mereka, dan keluar
(dari kubur) tanpa dosa, bersih dari dosa, karena permohonan ampunan yang
dilakukan kaum mukminin. Bagi mereka apa yang mereka usahakan sekaligus apa
saja yang diusahakan untuk mereka, sementara tidak ada bagi umat terdahulu
melainkan apa yang mereka usahakan.
Mereka
diberikan keputusan sebelum segenap makhluk. Orang-orang lemah mereka diampuni.
Mereka adalah manusia yang paling berat timbangannya. Mereka menduduki posisi
sebagai hakim-hakim yang adil yang memberi kesaksian bahwa rasul-rasul mereka
benar-benar telah bertabligh pada mereka.
Masing-masing
dari mereka diberikan satu orang yahudi atau nasrani. Lalu dikatakan padanya,
“Wahai muslim, ini tebusanmu dari neraka.” Mereka memasuki surga sebelum
umat-umat yang lain. Ada
70.000 di antara mereka yang memasuki surga tanpa hisab, dan masing-masing dari
70.000 itu diikuti serta 70.000 orang pula.
Anak-anak kecil mereka semuanya berada di surga. Penghuni surga itu 120
baris; umat-umat lain 40 baris, sedang umat ini 80 baris. Allah menampak kepada
mereka, mereka lalu dapat melihat-Nya seraya bersujud pada-Nya, menurut
konsensus ulama Ahlus Sunnah. Dalam hadits disebutkan, “Setiap umat, sebagian
mereka ada di surga dan sebagian lain berada di neraka, kecuali umat ini,
karena mereka semua berada di surga.” Wallahu a’lam.
Bagian Kelima
Keistimewaan Nabi saw. Berupa Berbagai
Kewajiban, yang menjadi Dispensasi atas Selainnya, dan kadangkala para nabi
ambil bagian pada sebagian kewajiban itu.
Nabi saw. diberikan kekhususan
(keistimewaan) dengan kewajiban (melakukan) shalat Dluha, shalat Witir, shalat
Tahajjud, bersiwak, berkurban, bermusyawarah, shalat dua rakaat fajar, mandi
Jum’at, dan empat rakaat sebelum zawal (waktu bergesernya matahari dari
tengah-tengah langit). Beliau diberikan kekhususan pula wudlu setiap kali shalat,
dan setiap kali hadats, kemudian dihapus dengan bersiwak. Dengan istiadzah.
Tabah menghadapi musuh, meski jumlah musuh itu banyak. Bila beliau berduel
dengan orang dalam peperangan, beliau tidak akan memperlihatkan diri sebelum
orang itu terbunuh. Menampakkan aktivitas mengubah kemungkaran. Dan aktivitas
mengubah kemungkaran ini tidak bisa gugur bagi beliau disebabkan rasa takut.
Kewajiban beliau memenuhi janji. Beliau membayar hutang orang mati dari
kalangan kaum muslimin yang tidak mampu membayar. Isteri-isteri beliau diberi
pilihan untuk mencerai beliau atau memilih beliau, dan rujuknya mereka
(isteri-isteri itu) setelah mereka memilih beliau. Tidak diperkenankannya
menikahi mereka atau mengganti mereka sebagai balas jasa pada mereka. Kemudian
semua itu dihapuskan (hukumnya tidak boleh dilakukan oleh orang-orang selain
beliau, pen.) agar anugerah itu hanya menjadi milik beliau semata. Beliau harus
melakukan shalat fardlu secara sempurna tanpa cela. Keharusan bagi beliau untuk
menolak/membela dengan cara yang lebih baik. Beliau dibebani ilmu siasat
seorang diri yang tidak dibebankan pada manusia seluruhnya. Beliau dibebani
musyahadah (menyaksikan) al-haq pada saat berinteraksi dengan manusia. Beliau
juga dibebani amal yang tidak dibebankan pada manusia seluruhnya.
Beliau
harus menjauhi dunia saat wahyu turun. Shalat, puasa, dan hukum-hukum lainnya
tidak pernah gugur dari beliau. Beliau dibebani beristighfar 70 kali sehari.
Seluruh ibadah sunnah beliau yang mengikuti ibadah fardlu adalah dalam rangka menambah
pahala, bukan dalam rangka menambal cela-cela ibadah fardlunya, karena semua
ibadah dari beliau adalah sempurna. Beliau diberikan kekhususan berupa shalat lima puluh kali setiap
siang dan malam hari, sesuai dengan titah pada malam Isra’. Sebagian ulama
mengemukakan hadits-hadits mengenai shalat beliau selain lima
waktu, dan (shalat beliau selain lima
waktu) mencapai 100 rakaat.
Beliau
diberikan kekhususan wajibnya aqiqah dan membalas pemberian hadiah. Allah
mewajibkan beliau bertawakkal penuh. Dia mengharamkan pada beliau menyimpan
barang. Beliau selalu menyediakan makan pada keluarga orang miskin yang
meninggal dunia. Beliau memenuhi jinayat dari orang yang diberi sanksi jinayat
itu, sedang dia orang yang tidak punya. Beliau diberikan kekhususan wajib
bersabar atas apa yang tidak beliau inginkan, dan bersabar diri bersama dengan
orang-orang yang menyeru Tuhannya setiap pagi dan sore, dan wajib menyeru (mengajak
bicara) manusia dengan apa yang mereka pahami.
Bagian Keenam
Keistimewaan Nabi saw. Berupa Hal-hal
yang Diharamkan Sebagai Kemuliaan bagi Beliau
Rasulullah saw.
diberikan keistimewaan berupa diharamkannya menerima zakat, sedekah, dan
kaffarat, atas beliau, keluarga beliau, dan budak-budak beliau, jika mereka
memiliki apa yang bisa mencukupi mereka, serta atas isteri-isteri beliau,
menurut ijma’ ulama’. Abu Hurairah ra. berkata, “Yang diharamkan atas beliau
hanyalah sedekah-sedekah berupa barang, bukan sedekah-sedekah yang bersifat
umum, seperti masjid-masjid dan air-air galian.”
Beliau
diberikan keistimewaan pula dengan diharamkannya menjadikan keluarga beliau
sebagai pekerja/buruh, mengarahkan nadzar dan kaffarat kepada mereka, serta
memakan gaji seseorang dari keturunan Ismail. Keistimewaan beliau lainnya
adalah diharamkannya menulis, bersyair, dan membaca kitab. Haram bagi beliau
melepas baju besi ketika beliau telah memakainya sehingga beliau terbunuh atau
Allah memberik keputusan antara beliau dan musuh beliau, begitu pula para nabi
yang lain. Diharamkan pula memberi untuk mendapatkan yang lebih banyak (yakni
memberikan hadiah agr diberi balasan yang lebih banyak daripada hadiahnya).
Diharamkan bagi beliau pandangan mata khianat. Menikahi wanita kalangan Ahli
Kitab. Memanjangkan pandangan pada kemewahan yang diberikan pada manusia.
Diharamkan menyerbu musuh kala beliau mendengar takbir. Diharamkan bagi beliau
minuman keras sejak pertama kali diutus sebelum diharamkan bagi manusia sekitar
20 tahun sebelumnya. Beliau tidak pernah meminumnya sama sekali, Abu Bakar
juga, baik di masa jahiliyah maupun di masa Islam. Larangan telanjang dan
membuka aurat sejak lima
tahun sebelum beliau diutus.
Bab Ketujuh
Keistimewaan Nabi saw. dari Hal-hal
Mubah
Rasulullah
saw. diberikan keistimewaan dengan dimubahkannya berdiam di masjid dalam
kondisi junub. Diperbolehkannya shalat witir di atas kendaraan dan dalam
kondisi duduk, terkait dengan diwajibkannya shalat witir itu atas beliau.
Membaca dengan keras bacaan di dalam shalat witir, sedang selain beliau
membacanya dengan pelan. Diperkenankannya shalat yang satu rakaat sebagiannya
dengan berdiri dan sebagian lainnya dengan duduk, menurut sebagian ulama.
Mencium saat puasa lengkap dengan dominasi syahwat, karena sifat
keterpeliharaan beliau. Wishal. Jika butuh, beliau bisa memaksa orang atas
makanan, minuman, dan pakaiannya, dan wajib pagi pemiliknya untuk
menyerahkannya pada beliau, walaupun dia harus mati. Dia harus menebus ruh
Rasulullah saw. dengan ruhnya. Diperkenankannya melihat ajnabiyah (wanita yang
tidak haram dinikahi), berduaan dengan mereka, dan membonceng mereka. Menikah
lebih dari 4 isteri, begitu pula nabi-nabi yang lain. Menikah tanpa mahar di
awal dan di akhir. Menikah tanpa wali. Menikah tanpa saksi. Menikah pada waktu
ihram. Menikah tanpa persetujuan si wanita. Jika beliau ingin menikahi seorang
wanita (baru sekedar keinginan saja), maka orang selain beliau diharamkan untuk
meminang wanita itu. Jika beliau menyukai wanita yang telah menikah, maka wajib
bagi suaminya untuk mentalak isterinya itu, agar beliau bisa menikahinya.
Beliau bisa
meminang di atas pinangan orang selain beliau. Beliau boleh menikahkan wanita
pada orang yang beliau kehendaki tanpa seizin wanita itu dan izin walinya, atau
beliau boleh menikahi wanita itu untuk diri beliau. beliau bisa menjadi wali
dua belah pihak tanpa izin si wanita dan tanpa izin wali si wanita itu. Beliau
menikahkan puteri Hamzah, padahal pamannya masih ada, yaitu Abbas. Beliau lebih
didahulukan daripada wali yang terdekat. Kata beliau kepada Ummu Salamajh,
“Perintahkan puteramu untuk menikahkanmu.” Beliau lalu menikahi Ummu Salamah,
padahal putera Ummu Salamah waktu itu masih kecil, belum baligh. Allah
menikahkan beliau dengan Zainab, lalu mempergauli Zainab, dengan pengawinan
Allah ta’ala, tanpa akad dari diri beliau. Beliau bisa mengecualikan ucapannya setelah
beberapa waktu secara terpisah. Beliau juga boleh memilih barang rampasan
perang sekendak beliau sebelum dibagi.
Beliau bisa
menjadi saksi atas diri beliau dan anak beliau. Beliau bisa menerima kesaksian
orang yang memberikan kesaksian kepada beliau dan kepada anak beliau. Beliau
diperkenankan menerima hadiah, berbeda dengan pejabat-pejabat selain beliau. Beliau
boleh membunuh orang yang beliau tuduh berzina tanpa ada bukti, sementara hal
itu tidak diperkenankan bagi selain beliau. Beliau boleh berdoa untuk orang
yang beliau kehendaki dengan menggunakan redaksi ‘shalat/shalawat’, sedang kita
hanya boleh berdoa (dengan redaksi shalat/shalawat itu) kepada nabi atau
malaikat. Beliau boleh berkurban untuk umat beliau, dan tidaklah seseorang
beleh berkurman untuk orang selainnya tanpa izinnya. Beliau boleh memadukan
dalam kata ganti antara beliau dan Allah, berbeda dengan selain beliau. Bagi
beliau boleh membunuh orang yang mencela atau mencaci beliau. Beliau boleh
mengkapling bumi-bumi sebelum bumi-bumi itu ditaklukkannya, karena Allah telah
menjadikan bumi seluruhnya sebagai miliknya. Dan lebih dari itu, beliau berhak
pula untuk mengkapling tanah surga.
Bagian Kedelapan
Keistimewaan Nabi saw. Berupa Berbagai
Kemuliaan dan Keutamaan
Rasulullah
saw. diberikan keistimewaan berupa pangkat shalawat. Beliau tidak diwarisi.
Begitu pula para nabi. Mereka mewasiatkan seluruh harta benda mereka sebagai
sedekah. Jika beliau keluar berperang dengan sendirian, maka setiap orang wajib
ikut keluar bersamanya, berdasarkan firman Allah ta’ala,
مَا
كَانَ لِأَهْلِ الْمَدِيْنَةِ وَمَنْ حَوْلَهُمْ مِنَ الْأَعْرَابِ أَنْ
يَتَخَلَّفُوا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ
Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah
dan orang-orang Arab badui yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut
menyertai Rasulullah (pergi berperang). (Q.S. at-Taubah: 120)
Dan
hukum ini tidak berlaku bersama selain beliau dari para khalifah.
Beliau diberikan
keistimewaan diharamkannya melihat pribadi isteri-isteri dan puteri-puteri
beliau di dalam kain penutup badan, diharamkannya membuka wajah mereka dan
telapak tangan mereka karena suatu persaksian atau lainnya, dan diharamkan pula
menanyai mereka secara adu lidah (musyafahah). Shalat mereka harus di tengah
rumah. Mereka adalah para ibunda orang-orang beriman. Mereka wajib duduk di
dalam rumah sepeninggal Nabi saw. Beliau memperbolehkan mereka dan Ahlul Bait
beliau duduk di dalam masjid dalam kondisi haid dan janabat.
Shalat sunnah
beliau dengan duduk laksana shalat sunnah beliau dengan berdiri tanpa uzur.
Wajib bagi orang yang shalat memenuhi panggilan beliau, demikian pula para
nabi. Jabir ra. berkata, “Tidaklah ada wudlu bagi orang yang tertawa di dalam
shalat, hanya wudlu itu diwajibkan kepada para sahabat karena mereka tertawa di
belakang Rasulullah saw.” Diharamkan memanggil beliau dari luar kamar dan
meneriaki beliau dari jauh. Beliau diberikan keistimewaan dengan kesucian
darah, air seni, dan air-air sisa beliau, bahkan meminum air seni beliau bisa
menjadi obat. Barangsiapa mencaci beliau dia dibunuh. Barangsiapa menghina
beliau maka dia kufur. Mencintai beliau menjadi kewajiban atas umat, demikian
pula mencintai Ahlu Bait beliau dan para sahabat beliau. Tidak ada sama sekali seorang
isteri nabi melacur. Anak-anak keturunan dari puteri-puteri beliau dinisbatkan
kepada beliau. Dalam hadits diterangkan, “Sesungguhnya Allah ta’ala tidak
mengutus seorang nabi pun kecuali Dia menjadikan anak keturunan nabi itu dari
tulang pinggangnya, selain aku, karena Allah ta’ala menjadikan anak keturunanku
dari tulang pinggang Ali.”
Tidak boleh
mengawini puteri-puteri beliau. Sebagian ulama melarang mengawini anak-anak
keturunan puteri-puteri beliau, dan terus ke bawah hingga hari kiamat. Muka
beliau nampak. Siapa berhubungan kerabat dengan beliau karena pernikahan dari
dua sisi, dia tidak akan masuk neraka. Tidak boleh berijtihad tentang mihrab
yang beliau shalat menghadapnya, tidak ke arah kanan, tidak pula ke arah kiri. Dan
hendaknya mengagungkan derajat beliau dengan menghindari berdoa bagi beliau
dengan menggunakan lafadz rahmat.
Tidak seorang
pun diperkenankan mengukit “Muhammad Rasulullah” pada cincinnya sebagai cincin
beliau dahulu. Beliau tidak berucap dalam keadaan murka dan senang kecuali
kebenaran. Melihat beliau adalah nyata, demikian pula para nabi.
Para nabi tidak diperkenankan
bersifat gila dan pingsan yang masanya lama, sementara pingsan mereka tidaklah
sama dengan pingsan selain mereka, sebagaimana ketidaksamaan tidur mereka
dengar tidurnya selian mereka. Secara global, wajiblah mensucikan para nabi
dari segala kekurangan yang membuat jiwa-jiwa berlari dari mereka. Beliau boleh
mengkhususkan orang yang beliau kehendaki dengan sesuatu hukum yang beliau
kehendaki pula, seperti beliau menjadikan persaksiannya Khuzaimah sebanding
dengan persaksian dua orang, dan seperti dispensasi beliau untuk meratap kepada
Khaulah binti Hakim, dispensasi meninggalkan berkabung bagi Asma binti Umais,
pengkhususan beliau kepada wanita-wanita muhajirin untuk mewarisi rumah-rumah
suami-suami mereka, karena mereka (wanita-wanita muhajirin) merupakan kaum
pengembara yang tidak memiliki tempat tinggal.
Beliau melihat
dari belakang beliau laksana beliau melihat arah depan, arah kanan, dan arah
kiri beliau. Beliau melihat di malam dan kegelapan laksana beliau melihat di
waktu siang. Saat berwudlu, ludah beliau membuat tawar air yang asin, dan ludah
itu mencukupi bagi bayi. Ketajaman suara dan pendengaran beliau tidak dapat
dicapai oleh selain beliau. Mata beliau tidur, sedang hati beliau tidak tidur.
Beliau tidak pernah menguap sama sekali. Beliau tidak pernah pula ihtilam
(bermimpi mengeluarkan sperma). Demikian pula para nabi yang lainnya dalam tiga
perkara terakhir. Keringat beliau lebih harum daripada minyak kesturi.
Jika berjalan
dengan orang yang tinggi, beliau mengungguli tingginya. Jika duduk, maka pundak
beliau lebih tinggi dari seluruh orang-orang yang duduk. Bayangan beliau tidak
jatuh di atas bumi. Tidak tampak bayangan beliau pada matahari dan bulan. Lalat
sama sekali tidak hinggap pada baju beliau. kutu juga tidak pernah menyakiti
beliau.
Jika beliau
menaiki binatang kendaraan, binatang itu tidak mengeluarkan kotoran dan tidak
pula kencing saat beliau menaikinya. Telapak kaki beliau tidak memiliki
lekukan. Jari kelingking kaki beliau menancap kukunya. Jika beliau berjalan,
bumi terlibat untuk beliau. Dalam bersenggama dan berduel, beliau diberikan
kekuatan 40 orang. Dan setiap orang kekuatannya laksana kekuatan 100 orang.
Beliau orang
yang paling qanaah dalam hal makanan. Cukup bagi beliau satu suapan. Bumi
menelan apa yang keluar dari beliau. Dari tempat beliau tercium bau minyak
kesturi. Begitu pula para nabi. Dalam jalur nasab beliau semenjak Nabi Adam
tidak pernah terdapat perzinaan sama sekali. Gerak-gerik (lingkungan) beliau
berada di kalangan orang-orang yang bersujud sehingga beliau keluar sebagai
nabi. Kedua orangtua beliau tidak melahirkan selain beliau. Berhala-berhala
terjungkir karena kelahiran beliau. Beliau lahir telah berkhitan, terpotong
pusar beliau, dan bersih, tidak ada kotoran. Beliau terlahir ke bumi dalam
keadaan bersujud seraya mengangkat jari beliau laksana orang yang berdoa lagi
merendahkan diri. Saat lahir, sang ibunda melihat cahaya keluar darinya yang
menerangi istana-istana Syam. Demikian pula ibunda-ibunda para nabi sama
melihatnya. Tidak ada seorang wanita yang menyusui beliau kecuali masuk Islam.
Saat dalam ayunan, beliau bergerak dengan digerakkan oleh para malaikat. Bulan
miring ke arah beliau saat beliau menunjuk padanya. Dalam ayunan, beliau bisa
berbicara mengucapkan, “Allahu Akbar kabira wal hamdu lillah katsira.” Ruh
beliau dikembalikan lagi setelah beliau wafat. Kemudian beliau diperintahkan
memilih antara kekal di dunia dan kembali kepada Allah, beliau lalu memilih
kembali kepada-Nya, demikian pula para nabi yang lain.
Allah mengutus
Jibril datang kepadanya tiga hari di masa sakitnya untuk menanyakan keadaannya.
Ketika malaikat pencabut nyawa turun kepadanya, ikut turun pula seorang
malaikat yang disebut “Ismail”. Dia tinggal di udara dan tidak pernah naik ke
langit dan tidak pula pernah turun ke bumi sama sekali sebelum hari itu. Mereka
sama mendengar suara malaikat pencabut nyata menangis dan menyerunya, “Wa
muhammadaaah,” (wahai Muhammad!!!).
Allah dan para
malaikat menshalati beliau. Manusia juga menshalati beliau secara bergelombang
tanpa imam. Kata mereka, “Beliau adalah imam kalian baik dalam waktu hidup
maupun meninggal.” Dan tanpa doa jenazah yang terkenal itu. Beliau dimakamkan
di rumah beliau di mana beliau meninggal. Demikian pula para nabi.
Dan yang lebih
utama bagi para nabi adalah dimakamkan di pemakaman. Gelaplah bumi sepeninggal
beliau. Beliau tetaplah hidup di makam beliau
seraya shalat di dalamnya lengkap dengan adzan dan iqamah, begitu pula
nabi-nabi lainnya. Membaca hadits-hadits beliau merupakan ibadah yang berpahala
laksana membaca al-Qur’an. Dianjurkan mandi dan memakai wewangian untuk membaca
hadits beliau. Suara tidak boleh ditinggikan di sisi beliau sebagaimana di masa
hidup beliau. Dimakruhkan pembaca hadits beliau berdiri karena (kedatangan)
seseorang. Para pengemban (penghafal dan pengamal)
hadits wajah-wajah mereka senantiasa
berseri. Sahabat-sahabat beliau seluruhnya adalah adil.
Di antara
keistimewaan beliau lainnya juga, adalah, sepeninggal beliau, imam hanyalah
satu, dan tidaklah para nabi sebelum beliau seperti itu. Dan tidak seorang pun
dari kalangan makhluk yang sekufu (selevel) di dalam menikahi keluarga beliau.
Mereka disebut “al-asyraaf” (orang-orang mulia). Mereka adalah keturunan Ali,
Aqil, Ja’far, dan Abbas. Demikian peristilahan para ulama. Semoga Allah meridai
mereka semua.
Puteri beliau,
Fatiman ra., memiliki berbagai keistimewaan. Di antaranya adalah, dia tidak
pernah haid. Jika melahirkan, dia segera suci dari nifas setelah sesaat,
sehingga shalat tidak lepas darinya. Karena itu, dia disebut az-Zahra’ (wanita
cemerlang). Tatkaka dia lapar, Nabi saw. meletakkan tangan beliau pada dadanya,
maka dia tidak lagi lapar setelah itu. Tatkala hendak meninggal, dia memandikan
dirinya sendiri seraya berwasiat agar tak seorang pun membukanya. Sahabat Ali
ra. lalu mengebumikannya dengan mandinya itu.
Nabi saw. jika
mengusap kepala orang botak dengan tangan beliau, maka tumbuhlah rambut dalam
seketika. Beliau menanam pohon kurma dan pada tahun itu juga pohon itu berbuah.
Saat beliau tersenyum pada malam hari, senyum beliau menerangi rumah. Beliau
bisa mendengar gemerisik sayap-sayap Jibril, sedang dia berada jauh di Sidratul
Muntaha. Beliau mencium bau kala dia (Jibril) membawa wahyu pada beliau. Beliau
boleh membaca al-Qur’an dengan maknanya (pengertiannya). Arasy bergoncang hebat
jika salah satu sahabat beliau meninggal karena rasa gembira bisa berjumpah
dengan ruhnya.
Beliau tidak
berjalan melewati satu jalan, lalu seseorang mengikuti beliau di jalan itu, niscaya
tahulah dia bahwa belau
telah melewati jalan itu karena bau wangi dan keharuman beliau. Secara garis
besar, sifat-sifat beliau yang baik tidaklah bisa dihitung dan dibatasi. Dan
dalam kadar ini agaknya terdapat kecukupan dan penjelasan atas hal-hal
selainnya.
Imam Sya’rani
radliyallah anhu berkata, “Aku telah menulis berbagai keistimewaan ini dari
tulisan sayyidina dan syaikhina, pamungkas para penghafal hadits, yaitu Syeikh
Jalaluddin as-Suyuthi (rahimahullah. Semoga Allah memberikan manfaat dengan
ilmunya kepada kita dan kaum muslimin).” Dan dia berkata, “Aku meneliti
berbagai keistimewaan ini sehingga aku menyelesaikannya pada batas ini selama
20 tahun. Dan aku tidak mengetahui seorang pun yang bisa menyelesaikannya
hingga batas ini.” Wallahu a’lam