Keistimewaan Syariat dan Umat Nabi saw. di Alam Dunia 2

    Author: Unknown Genre: »
    Rating




    Nabi saw. diberikan keistimewaan berupa dihalalkannya ghanimah (rampasan perang) dan dijadikannya bumi seluruhnya sebagai masjid, sementara umat-umat terdahulu tidak memiliki tempat shalat melainkan di dalam biara dan gereja. Debu bisa dibuat alat bersuci, yaitu tayammum. Dan diistimewakan dengan wudlu, karena wudlu dahulu hanya dilakukan nabi-nabi, bukan umat-umat mereka. Dengan mengusap khuf (sejenis sepatu kulit), istinja’ dengan benda beku (keras), dan memadukan antara air dan batu dalam istinja’ itu. Dengan shalat lima waktu secara komplit, dan tidak pernah shalat lima waktu itu komplit bagi seorang pun. Shalat lima waktu menjadi penghapus dosa-dosa di antaranya. Diistimewakan pula dengan shalat Isya’, dan shalat Isya’ (dahulu) tidak pernah dilakukan seorang pun. Dengan adzan dan iqamah. Dimulainya shalat dengan takbir. Dengan membaca ‘aamiin’. Dan dengan doa: “Allahumma rabbana wa lakal hamd” (Ya Allah, Tuhan kami, dan bagi-Mulah segala puji). Diharamkannya berbicara dlam shalat. Menghadap Ka’bah. Shaf dalam shalat laksana shafnya para malaikat. Penghormatan salam dan ia adalah penghormatan para malaikat dan penghuni surga. Dijadikannya hari Jum’at sebagai hari raya beliau dan umat beliau. Diistimewakan pula dengan waktu yang mustajabah (doa mudah diperkenankan pada waktu itu). Dengan Idul Adha. Dengan shalat Jum’at dan shalat berjamaah. Shalat malam (dalam bentuk yang diajarkan seperti sekarang). Shalat dua hari raya. Shalat gerhana matahari dan bulan. Shalat Istisqa. Shalat witir. Shalat bisa diqashar dalam perjalanan. Dibolehkannya jama’ (menghimpun) di antara dua shalat saat bepergian, sewaktu hujan, dan saat sakit. Shalat khauf (saat perang) yang tidak pernah diajarkan pada seorang dari umat-umat sebelum kita. Dan shalat ‘syiddatul khauf’ (kondisi sangat genting) saat berkecamuknya perang dengan cara isyarah dan menghadap kemanapun. Bulan Ramadhan menurut ketentuan dan tata cara seperti ini. Malaikat membelenggu setan di bulan Ramadhan itu. Surga berhias di dalamnya. Bau tidak sedapnya mulut orang-orang yang berpuasa lebih harum daripada minyak kesturi. Para malaikat memohonkan ampun pada mereka di saat berbuka. Sebagian besar mereka diampuni di akhir malam Ramadhan. Diistimewakan pula dengan sahur dan menyegerakan berbuka. Dengan diperkenankannya makan, minum, dan jima’ pada malam hari hingga fajar, yang dulunya diharamkan atas orang-orang sebelum kita setelah tidur. Diharamkannya wishal dalam puasa, sedang dahulu diperkenankan bagi orang-orang sebelum kita. Diperbolehkannya bicara saat puasa, dan dahulu hal itu diharamkan, berbeda dengan shalat. Dengan Lailatul Qadar. Dengan hari Arafah. Dijadikannya puasa Arafah melebur dosa dua tahun karena hal itu menjadi tradisi beliau. Puasa Asyura’ melebur dosa satu tahun, karena ia tradisinya Nabi Musa as. Membasuh dua tangan usai makan bernilai dua kebajikan karena hal itu sunnah beliau, dan sebelumnya dengan satu kebajikan karena hal itu hukum Taurat. Mandi dari terkena penyakit ain (akibat pandangan mata berbahaya), dan mandi itu akan bisa mencegah bahaya penyakit ain. Istirja’ saat ditimpa musibah. Hauqalah. Liang lahad, dan umat terdahulu adalah liang syaqq, yaitu tanah dibelah. Menyembelih ternak dengan cara ditusuk, sedang mereka hanya punya hukum dzabah (penyembelihan dengan pisau). Menyisir rambut kepala, sementara dahulu mereka harus mengurai lepas. Diistimewakan juga dengan mewarnai rambut, sedang mereka dahulu tidak boleh merubah uban. Merapikan jenggot. Memotong pendek kumis, sedang mereka dahulu memotong jenggot dan merapikan kumis mereka. Dahulu mereka melakukan aqiqah hanya untuk anak laki-laki, anak perempuan tidak diaqiqahi. Sementara aqiqah diajarkan pada kita untuk laki dan perempuan. Ditinggalkannya berdiri kepada jenazah. Disegerakannya shalat maghrib dan shubuh. Dimakruhkannya memakai tanah keras berbatu. Makruhnya shalat Jum’at sendirian. Dimakruhkannya puasa hari Jum’at sendirian saja, sedang kaum Yahudi dahulu puasa pada hari raya mereka secara sendirian. Dipadukannya Tasua (tanggal 9 Muharram) pada Asyura (tanggal 10 Muharram) dalam hal puasa. Sujud di atas dahi, sedang dahulu mereka sujud di atas tepi. Dimakruhkannya berjalan melenggang ke kiri dan ke kanan dalam shalat, sedang mereka dahulu melenggang ke kiri dan ke kanan. Dimakruhkannya memejamkan mata di dalam shalat. Meringkas dan duduk sebentar setalah shalat untuk berdoa. Imam boleh membaca waktu shalat dengan melihat mushaf. Berpegangan tali dalam shalat. Makan pada hari raya sebelum shalat, sedang Ahlul Kitab dahulu tidak boleh makan pada hari raya sehingga mereka melakukan shalat. Shalat dengan memakai sandal dan khuf.
    Ibnu Umar ra. berkata, “Bani Israil dahulu jika imam-imam mereka membaca, maka mereka menjawab (merespon) bacaan imam-imam tersebut. Allah lalu tidak menyukai hal itu pada umat ini. Dia berfirman,
    وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا
    Dan apabila dibacakan al-Qur’an, maka dengarlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang. (Q.S. al-A’raaf: 204)
    Dan Rasulullah saw. melarang seseorang yang dilihatnya duduk dalam shalat seraya berpegangan pada tangan kirinya seraya bersabda, “Ini adalah shalatnya Yahudi.” Kalangan wanita umat ini diberikan izin shalat di masjid, dan dahulu wanita-wanita Bani Israil dilarang.
    Dan di dalam syara’ mereka terdahulu, ada ajaran terhapusnya hukum jika pihak lawan mengangkat (mengadukan) hukum itu pada hakim lain yang melihat hal yang berbeda dengan hukum (yang pertama) itu.
                Diistimewakan pula dengan sorban berjumbai, dan ini adalah identitas (atribut) malaikat. Dengan bersarung di tengah. Dimakruhkannya mengurai tangan saat berdiri shalat. Pakaian luar yang besar lagi panjang (jubah hijau). Mengikat tengah pada satu gamis. Mencukur sebagian kepala. Bulan-bulan qamariyah. Wakaf. Wasiat sepertiga saat mereka meninggal. Menyegerakan jenazah. Umat beliau adalah sebaik-baik umat. Umat-umat (dahulu) diperlihatkan (kejelekannya) pada mereka (umat Muhammad), sedang mereka tidak diperlihatkan. Dua namanya diderivasi dari asma Allah ta’ala, yaitu al-muslimun dan al-mukminun. Agama mereka dinamakan Islam. Dan tidaklah disifati dengan ini melainkan nabi-nabi bukan umat-umat mereka. Dihapuskan bagi mereka beban yang dahulu dibebankan pada umat-umat sebelum mereka. Diperkenankan bagi mereka menyimpan harta jikalau mau mengeluarkan zakatnya. Dan Allah tidak menjadikan kesulitan pada mereka dalam agama.
                Diperkenankan bagi mereka pula makan unta, burung unta, keledai liar, angsa, itik, semua ikan, lemak, dan darah yang tidak mengalir, seperti hati dan limpa, serta urat.
                Dihilangkan dari mereka: siksaan disebabkan salah dan lupa, apa yang mereka dipaksa atasnya, serta suara hati. Orang yang sengaja berbuat buruk dan ia belum melakukannya tidaklah dicatat keburukan, justeru dicatat sebagai kebaikan. Dan jika ia melakukan kebaikan, maka dicatatlah 10 kebikan hingga 700 kali lipat. Dihapuskan juga bagi mereka membunuh diri dalam bertaubat, mencukil mata karena memandal hal yang tidak halal, memotong tempat najis, dan seperempat harta dalam zakat. Dihapuskan pula bagi mereka membaptis anak, mengebiri, praktek kependetaan, dan menetap terus di masjid. Dalam hadits disebutkan, “Meninggalkan wanita, daging, dan membuat tempat pertapaan rahib bukanlah termasuk (ajaran) agamaku.”
                Orang Yahudi yang melakukan kerja pada hari Sabtu, maka dia disalib, sedang Allah tidak menjadikan hari Jum’at bagi kita seperti itu. Mereka tidak makan makanan sehingga berwudlu seperti wudlu untuk shalat. Barangsiapa mencuri maka dijadikan budak. Barangsiapa membunuh dirinya diharamkanlah surga baginya. Jika seorang raja berkuasa atas mereka, raja itu mensyaratkan bahwa mereka semua adalah budaknya. Dan raja itu boleh mengambil atau tidak mengambil harta mereka sekehendaknya.
    Disyara’kan bagi mereka menikahi 4 wanita dan disyara’kan pula talak 3 kali. Diperingan untuk mereka menikahi (wanita) selain agama mereka, menikahi budak wanita, mempergauli wanita haid selain senggama, dan mendatangi wanita dari qubulnya dengan cara apa saja yang mereka kehendaki. Diajarkan bagi mereka pula memiliki antara kisas dan diyat. Diajarkan pula membela diri dari orang yang menyerang, sementara Bani Israil dahulu diwajibkan atas mereka jika seseorang membentangkan tangannya pada orang lain, maka orang lain itu tidak bisa menolak darinya sehingga ia membuhuhnya atau membiarkannya.
    Diharamkan bagi mereka: membuka aurat, meratapi mayit, memahat, minum yang memabukkan, alat-alat yang melalaikan, menikahi dua bersaudara, wadah-wadah perak dan emas, sutera dan perhiasan emas bagi kalangan laki-laki, sujud kepada selain Allah, sementara hal itu dahulu merupakan penghormatan bagi orang-orang sebelum kita, lalu sebagai gantinya kita diberikan ajaran salam. Dimakruhkan bagi mereka gedung-gedung tinggi. Mereka terpelihara dari bersekongkol atas kesesatan dan dari ahli (penganut) kebatilan memenangkan atas ahli kebenaran, serta dari doa buruk nabi mereka yang bila doa buruk itu terjadi, maka binasalah mereka. Kesepakatan mereka adalah hujjah. Perbedaan mereka adalah rahmat. Sedang perbedaan orang-orang sebelummereka adalah azab. Thaun bagi mereka adalah kesyahidan dan rahmat, sedang bagi umat-umat terdahulu adalah azab. Berdoa apa saja mereka niscaya dikabulkan. Mereka beriman dengan kitab pertama sekaligus dengan kitab terakhir. Mereka haji di Baitul Haram. Mereka tidak akan menjauh dari tanah haram itu selamanya. Disegerakan bagi mereka pahala di dunia beserta disimpannya pahala amal itu di akhirat. Gunung dan pepohonan mereka senang dengan lewat mereka di atasnya karena tasbih dan pensucian mereka. Pintu-pintu langit terbuka karena amal-amal mereka dan arwah mereka. Para malaikat merasa senang terhadap mereka. Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada mereka sebagaimana bershalawat kepada para nabi, sebagaimana firman-Nya,
    هُوَ الَّذِى يَُصَلِّى عَلَيْكُمْ وَمَلاَئِكَتُهُ
    Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu). (Q.S. al-Ahzaab: 43)
                Nyawa mereka dicabut di atas ranjang-ranjang mereka, sedang mereka adalah para syuhada’ di sisi Allah. Jamuan ditaruh di depan mereka, lalu mereka tidak mengangkat jamuan itu sehingga diampunilah mereka. Seseorang dari mereka tidak memakai baju, lalu mengibas-ibaskannya sehingga diberikan pengampunan baginya. Ash-Shiddiq mereka adalah ash-shiddiq yang paling utama. Mereka adalah para ulama lagi hukama yang mereka hampir saja semua menjadi nabi-nabi karena kefaqihan mereka. Di jalan Allah, mereka tidak takut celaan orang yang mencela. Mereka rendah hati kepada orang-orang beriman lagi merasa mulia atas orang-orang kafir. Amal pendekatan mereka adalah shalat, sedang amal pendekatan mereka dulunya adalah darah-darah mereka. Orang yang amalnya tidak diterima ditutupi, sedang orang-orang sebelum mereka ditelanjangi (dibuka aibnya) jika api tidak memakan qurban mereka. dosa-dosa mereka bisa diampuni dengan istighfar. Penyesalan mereka merupakan taubat.
                Diriwayatkan bahwasanya Adam as. berkata, “Sesungguhnya Allah azza wa jalla memberikan pada umat Muhammad saw. 4 kemuliaan yang hal itu tidak diberikannya padaku: dulu taubatku berada di Makkah, sedang salah seorang dari mereka bisa bertaubat di mana saja; dilepaslah bajuku manakala aku durhaka, sedang mereka tidak; diceraikanlah antara aku dan isteriku; dan aku dikeluarkan dari surga.”
                Bani Israil dahulu jika salah seorang dari mereka berbuat salah, diharamkanlah baginya makanan baik mereka, dan keesokan hari kesalahannya itu tertulis di atas pintu rumahnya. Mereka diberikan jaminan tidak akan dibinasakan dengan kelaparan, tidak pula dengan musuh dari selain mereka yang dapat memusnahkan mereka, tidak dibinasakan pula dengan banjir, dan tidak pula dibinasakan dengan siksaan yang dahulu disiksakan pada orang-orang sebelum mereka. Jika ada 2 orang menyaksikan baik pada seorang hamba, maka berhaklah hamba itu masuk surga.
                Sedang umat-umat terdahulu, salah seorang dari mereka tidak berhak masuk surga kecuali telah disaksikan baik oleh seratus orang. Mereka umat yang amalnya sedikit, paling banyak pahalanya, dan paling pendek umurnya. Seseorang dari umat terdahuku lebih beribadah daripada mereka dengan 30 kali lipat, sedang mereka lebih baik daripadanya 30 kali lipat. Saat ditimpa musibah, mereka diberikan doa, rahmat, dan petunjuk. Mereka dikaruniai ilmu pertma dan ilmu terakhir. Dibukalah bagi mereka perbendaharaan segala sesuatu hingga ilmu. Mereka diberikan jalur sanad dan nasab, perubahasan akhir kata bahasa, dan menyusun kitab-kitab. Sunnah Nabi mereka terjaga di setiap masa sehingga Nabi Isa bin Maryam as. turun. Di antara mereka ada wali-wali quthub, autad, nujaba, dan abdal. Dan di antara mereka ada yang menjadi imam shalat Nabi Isa as. Di antara mereka ada yang berperilaku laksana perilaku malaikat dalam hal (selalu) bertasbih dan tidak membutuhkan makan. Mereka memerangi Dajjal. Para malaikat mendengar adzan dan talbiyah mereka di langit. Mereka para pemuji Allah di setiap keadaan. Mereka bertakbir di atas setiap bukit. Mereka bertasbih setiap kali menuruni lembah. Mereka mengucapkan kala hendak melakukan sesuatu, “Aku melakukannya insya’allah (jika Allah menghendaki).” Jika marah mereka bertahlil. Jika berebutan mereka bertasbih. Jika menghendaki sesuatu mereka beristikharah terlebih dahulu baru kemudian melakukan sesuatu tersebut. Jika telah naik di atas punggung kendaraan, mereka memuji Allah ta’ala. Mushaf-mushaf mereka ada di dalam dada-dada mereka. Pendahulu mereka (dalam beramal) adalah pendahulu mereka (dalam masuk surga) dan memasuki surga tanpa hisab. Orang pertengahan mereka (muqtashid) adalah orang yang selamat dan dihisab dengan hisab yang ringan. Sedang orang dzalim mereka diberikan pengampunan. Tidak seorang pun dari mereka melainkan dikasih-sayangi. Mereka memakai warna-warni pakaian penghuni surga. Mereka memperhatikan matahari untuk shalat. Mereka ummatan wasathan (umat yang adil/moderat dengan pensucian Allah azza wa jalla). Para malaikat mendatangi mereka kala mereka berperang. Allah memfardlukan pada mereka apa yang juga difardlukan pada para nabi dan rasul, yaitu berwudlu dan mandi janabat, demikian pula haji dan jihad. Mereka diberikan ibadah-ibadah sunnah laksana apa yang diberikan kepada para nabi. Mereka diseru dengan “Wahai orang-orang yang beriman,” sedang umat-umat selain mereka di dalam kitab-kitab suci mereka diseru dengan, “Wahai orang-orang miskin.”
                Mereka diajk bicara dengan firman-Nya, “Maka ingatlah Aku, niscaya Aku mengatmu.” (Q.S. al-Baqarah: 152) Allah memerintahkan agar mereka mengingat-Nya tanpa perantara, sedang Bani Israil diajak bicara dengan firman-Nya, “Ingatlah kalian nikmat-Mu yang aku telah berikan nikmat itu kepada kalian dan penuhilah terhadap janji-Ku.” (Q.S. al-Baqarah: 40) Karena mereka tidak mengenali Allah kecuali dengan nikmat-nikmat-Nya. Jadilah nikmat-nikmat itu menyampaikan mereka pada mengingat Sang Pemberi nikmat. Dan tatkala turun ayat, “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah,” (Q.S. at-Taubah: 100) Rasulullah saw. bersabda, “Ini bagi umatku, dan setelah ridha tidak akan ada lagi kemurkaan. Mereka dinamakan ahlul qiblah. Persaksian mereka boleh atas orang-orang selain mereka, sementara umat-umat dahulu persaksian mereka selain agama mereka tidak diperbolehkan. Ibnu Mas’ud ra. berkata, “Pada umat ini tidak dihalalkan menelanjangi, memperlama hukum, membelenggu leher, dan membelenggu tangan,” yakni pakaian mereka tidak boleh dilepaskan, tidak boleh diperlama dalam menegakkan sanksi hukum, akan tetapi dia dipukul dalam kondisi duduk dan berpakaian.
                Para ulama berkata, “Dulu, permulaan syariat dibangun di atas prinsip memberi keringanan. Dalam syariat Nuh, Shaleh, dan Ibrahim tidak dikenal prinsip memberatkan. Lalu datangnya Musa as. dengan pemberatan dan pembebanan, dan diikuti oleh Isa seperti itu. Dan datanglah syariat Nabi kita Muhammad saw. menghapus pemberatan yang dilakukan Ahli Kitab, dan di atas kemudahan orang-orang sebelum mereka. Syariat beliau berada di atas puncak kemoderatan. Wallahu a’lam.

    Bagian Ketiga
    Keistimewaan Pribadi Nabi saw. di Akhirat

                Nabi saw. diberikan keistimewaan bahwa beliau adalah orang yang pertama kali bumi membelah terhadapnya. Beliau orang yang pertama kali sadar dari pingsan lama. Beliau dikirab di dalam 70.000 malaikat dan dikirab di atas buraq. Namanya diumumkan di mauqif (tempat pemberhentian di akhirat). Di mauqif, beliau diberikan pakaian perhiasan teragung dari surga. Beliau berdiri di sisi kanan arasy. Diberikan keistimewaan pula dengan maqam mahmud (kedudukan yang terpuji). Di tangan beliau ada panji puji-pujian. Adam dan orang-orang berikutnya berada di bawah panji beliau. Beliau pada saat itu adalah imam, penuntun, dan penceramah para nabi. Beliau orang yang pertama kali diberi restu bersujud. Orang yang pertama kali mengangkat kepala. Orang yang pertama kali melihat Allah ta’ala. Orang yang pertama kali memberi syafaat. Orang yang pertama kali diberian syafaat. Beliau memohon kepada Allah terhadap hak selainnya, sedang setiap manusia memohon terhadap diri mereka.
                Beliau diberikan keistimewaan berupa syafaat udzma (terbesar) di dalam ketentuan pemisah. Syafaat di dalam memasukkan satu kaum ke dalam surga tanpa hisab. Syafaat di dalam mengeluarkan kebanyakan umat beliau dari neraka, sehingga tidak tersisalah seorang pun dari mereka. Diistimewakan pula beliau dengan syafaat untuk sekelompok kaum muslimin yang shaleh agar mendapatkan pengampunan di dalam keteledoran ibadah mereka. Syafaat di mauqif dalam rangka memberi keringanan terhadap orang yang dihisab. Syafaat terhadap orang-orang kafir yang dikekalkan dalam neraka agar siksanya diperingan. Syafaat terhadap anak-anak kecil kaum musyrikin agar supaya mereka tidak disiksa. Beliau memohon kepada Tuhannya agar seorang pun dari Ahli Bait beliau tidak masuk neraka, dan Allah memenuhinya. Beliau orang yang pertama kali melewati di atas titian shirath menuju surga. Setiap helai rambut kepala dan muka beliau memiliki cahaya, sedang para nabi lain hanya memiliki dua cahaya.
                Orang-orang seluruhnya diperintahkan menundukkan kepala mereka sehingga puteri beliau melewati di atas shirath. Beliau orang yang pertama kali mengetuk pintu surga dan orang yang pertama kali memasukinya. Beliau diberikan keistimewaan dengan al-Kautsar dan telaga (haud) terbesar. Setiap nabi memiliki haud (telaga), namun haud beliau paling lebar dan paling banyak didatangi. Beliau diistimewakan dengan al-wasilah, yaitu derajat tertinggi di surga. Tiang-tiang mimbar beliau adalah batu-batu besar yang bertingkat-tingkat di surga. Mimbar beliau berada di atas taman dari taman-taman surga. Apa yang berada di antara mimbar dan makam beliau adalah taman dari taman-taman surga. Beliau tidak dituntut adanya pembukti atas tabligh beliau. sedang nabi-nabi lain dituntut untuk itu. Beliau menjadi saksi para nabi atas tabligh mereka. setiap sebab dan nasab terputus pada hari kiamat selain sebab dan nasab beliau.
    Nabi Adam as. diberikan gelar di surga dengan Nabi saw., bukan semua anak keturunannya dalam rangka memuliakan beliau. Maka dikatakan pada Nabi Adam, “Abu Muhammad.” Hadits-hadits menerangkan bahwa ahlu fatrah (orang-orang yang hidup pada masa kevakuman dari dakwah nabi-nabi) diuji pada hari kiamat. Barangsiapa patuh maka masuk surga, dan barangsiapa durhaka maka masuk neraka. Dan Ahlu Bait beliau seluruhnya diduga akan patuh pada saat ujian itu agar tenteram jiwa beliau pada mereka.
    Ada keterangan juga bahwa derajat surga sejumlah bilangan ayat-ayat al-Qur’an, dan dikatakan kepada ahli al-Qur’an, “Bacalah dan naiklah…” (dan seterusnya). Kedudukan akhirnya adalah pada ayat akhir yang bisa dibacanya, dan tidaklah ada keterangan semacam ini dalam kitab-kitab suci lainnya. Tidaklah dibaca di dalam surga melainkan kitab suci beliau, bukan kitab-kitab suci yang lain. Dan tidak digunakan sebagai bahasa pengantar di dalam surga melainkan bahasa beliau.
    Beliau saw. bersabda, “Aku orang yang pertama kali mengetuk pintu surga. Penjaga lalu tegak berdiri dan berkata, “Siapa engkau?!” Aku jawab, “Aku Muhammad.” Katanya, “Aku berdiri dan aku akan bukakan untukmu. Dan aku tidak pernah berdiri untuk satu orang pun sebelummu dan sesudahmu.” Wallahu a’lam.

    Bagian Keempat
    Keistimewaan Umat Nabi saw. di Akhirat

                Nabi saw. diberikan keistimewaan bahwa umat beliau adalah umat yang pertama kali bumi membelah terhadap mereka. Umat beliau akan datang pada hari kiamat dengan wajah putih berseri karena bekas-bekas wudlu. Di mauqif mereka berada di atas bukit yang tinggi. Bagi mereka dua cahaya laksana para nabi, sementara bagi selain mereka hanya satu cahaya. Pada muka mereka ada tanda dari bekas sujud. Anak keturunan mereka dapat berjalan di depan mereka. kitab-kitab mereka diberikan dengan tangan kanan. Mereka dapat melewati shirath laksana kilat dan angina. Orang baik mereka bisa memberikan syafaat pada orang buruk mereka. Adzab mereka disegerkan di dunia dan di alam barzakh agar bisa datang pada hari kiamat bersih mengkilat. Mereka masuk kubur dengan dosa-dosa mereka, dan keluar (dari kubur) tanpa dosa, bersih dari dosa, karena permohonan ampunan yang dilakukan kaum mukminin. Bagi mereka apa yang mereka usahakan sekaligus apa saja yang diusahakan untuk mereka, sementara tidak ada bagi umat terdahulu melainkan apa yang mereka usahakan.
                Mereka diberikan keputusan sebelum segenap makhluk. Orang-orang lemah mereka diampuni. Mereka adalah manusia yang paling berat timbangannya. Mereka menduduki posisi sebagai hakim-hakim yang adil yang memberi kesaksian bahwa rasul-rasul mereka benar-benar telah bertabligh pada mereka.
                Masing-masing dari mereka diberikan satu orang yahudi atau nasrani. Lalu dikatakan padanya, “Wahai muslim, ini tebusanmu dari neraka.” Mereka memasuki surga sebelum umat-umat yang lain. Ada 70.000 di antara mereka yang memasuki surga tanpa hisab, dan masing-masing dari 70.000 itu diikuti serta 70.000 orang pula.  Anak-anak kecil mereka semuanya berada di surga. Penghuni surga itu 120 baris; umat-umat lain 40 baris, sedang umat ini 80 baris. Allah menampak kepada mereka, mereka lalu dapat melihat-Nya seraya bersujud pada-Nya, menurut konsensus ulama Ahlus Sunnah. Dalam hadits disebutkan, “Setiap umat, sebagian mereka ada di surga dan sebagian lain berada di neraka, kecuali umat ini, karena mereka semua berada di surga.” Wallahu a’lam.

    Bagian Kelima
    Keistimewaan Nabi saw. Berupa Berbagai Kewajiban, yang menjadi Dispensasi atas Selainnya, dan kadangkala para nabi ambil bagian pada sebagian kewajiban itu.

    Nabi saw. diberikan kekhususan (keistimewaan) dengan kewajiban (melakukan) shalat Dluha, shalat Witir, shalat Tahajjud, bersiwak, berkurban, bermusyawarah, shalat dua rakaat fajar, mandi Jum’at, dan empat rakaat sebelum zawal (waktu bergesernya matahari dari tengah-tengah langit). Beliau diberikan kekhususan pula wudlu setiap kali shalat, dan setiap kali hadats, kemudian dihapus dengan bersiwak. Dengan istiadzah. Tabah menghadapi musuh, meski jumlah musuh itu banyak. Bila beliau berduel dengan orang dalam peperangan, beliau tidak akan memperlihatkan diri sebelum orang itu terbunuh. Menampakkan aktivitas mengubah kemungkaran. Dan aktivitas mengubah kemungkaran ini tidak bisa gugur bagi beliau disebabkan rasa takut. Kewajiban beliau memenuhi janji. Beliau membayar hutang orang mati dari kalangan kaum muslimin yang tidak mampu membayar. Isteri-isteri beliau diberi pilihan untuk mencerai beliau atau memilih beliau, dan rujuknya mereka (isteri-isteri itu) setelah mereka memilih beliau. Tidak diperkenankannya menikahi mereka atau mengganti mereka sebagai balas jasa pada mereka. Kemudian semua itu dihapuskan (hukumnya tidak boleh dilakukan oleh orang-orang selain beliau, pen.) agar anugerah itu hanya menjadi milik beliau semata. Beliau harus melakukan shalat fardlu secara sempurna tanpa cela. Keharusan bagi beliau untuk menolak/membela dengan cara yang lebih baik. Beliau dibebani ilmu siasat seorang diri yang tidak dibebankan pada manusia seluruhnya. Beliau dibebani musyahadah (menyaksikan) al-haq pada saat berinteraksi dengan manusia. Beliau juga dibebani amal yang tidak dibebankan pada manusia seluruhnya.
                Beliau harus menjauhi dunia saat wahyu turun. Shalat, puasa, dan hukum-hukum lainnya tidak pernah gugur dari beliau. Beliau dibebani beristighfar 70 kali sehari. Seluruh ibadah sunnah beliau yang mengikuti ibadah fardlu adalah dalam rangka menambah pahala, bukan dalam rangka menambal cela-cela ibadah fardlunya, karena semua ibadah dari beliau adalah sempurna. Beliau diberikan kekhususan berupa shalat lima puluh kali setiap siang dan malam hari, sesuai dengan titah pada malam Isra’. Sebagian ulama mengemukakan hadits-hadits mengenai shalat beliau selain lima waktu, dan (shalat beliau selain lima waktu) mencapai 100 rakaat.
                Beliau diberikan kekhususan wajibnya aqiqah dan membalas pemberian hadiah. Allah mewajibkan beliau bertawakkal penuh. Dia mengharamkan pada beliau menyimpan barang. Beliau selalu menyediakan makan pada keluarga orang miskin yang meninggal dunia. Beliau memenuhi jinayat dari orang yang diberi sanksi jinayat itu, sedang dia orang yang tidak punya. Beliau diberikan kekhususan wajib bersabar atas apa yang tidak beliau inginkan, dan bersabar diri bersama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya setiap pagi dan sore, dan wajib menyeru (mengajak bicara) manusia dengan apa yang mereka pahami.

    Bagian Keenam
    Keistimewaan Nabi saw. Berupa Hal-hal yang Diharamkan Sebagai Kemuliaan bagi Beliau

    Rasulullah saw. diberikan keistimewaan berupa diharamkannya menerima zakat, sedekah, dan kaffarat, atas beliau, keluarga beliau, dan budak-budak beliau, jika mereka memiliki apa yang bisa mencukupi mereka, serta atas isteri-isteri beliau, menurut ijma’ ulama’. Abu Hurairah ra. berkata, “Yang diharamkan atas beliau hanyalah sedekah-sedekah berupa barang, bukan sedekah-sedekah yang bersifat umum, seperti masjid-masjid dan air-air galian.”
                Beliau diberikan keistimewaan pula dengan diharamkannya menjadikan keluarga beliau sebagai pekerja/buruh, mengarahkan nadzar dan kaffarat kepada mereka, serta memakan gaji seseorang dari keturunan Ismail. Keistimewaan beliau lainnya adalah diharamkannya menulis, bersyair, dan membaca kitab. Haram bagi beliau melepas baju besi ketika beliau telah memakainya sehingga beliau terbunuh atau Allah memberik keputusan antara beliau dan musuh beliau, begitu pula para nabi yang lain. Diharamkan pula memberi untuk mendapatkan yang lebih banyak (yakni memberikan hadiah agr diberi balasan yang lebih banyak daripada hadiahnya). Diharamkan bagi beliau pandangan mata khianat. Menikahi wanita kalangan Ahli Kitab. Memanjangkan pandangan pada kemewahan yang diberikan pada manusia. Diharamkan menyerbu musuh kala beliau mendengar takbir. Diharamkan bagi beliau minuman keras sejak pertama kali diutus sebelum diharamkan bagi manusia sekitar 20 tahun sebelumnya. Beliau tidak pernah meminumnya sama sekali, Abu Bakar juga, baik di masa jahiliyah maupun di masa Islam. Larangan telanjang dan membuka aurat sejak lima tahun sebelum beliau diutus.

    Bab Ketujuh
    Keistimewaan Nabi saw. dari Hal-hal Mubah

                Rasulullah saw. diberikan keistimewaan dengan dimubahkannya berdiam di masjid dalam kondisi junub. Diperbolehkannya shalat witir di atas kendaraan dan dalam kondisi duduk, terkait dengan diwajibkannya shalat witir itu atas beliau. Membaca dengan keras bacaan di dalam shalat witir, sedang selain beliau membacanya dengan pelan. Diperkenankannya shalat yang satu rakaat sebagiannya dengan berdiri dan sebagian lainnya dengan duduk, menurut sebagian ulama. Mencium saat puasa lengkap dengan dominasi syahwat, karena sifat keterpeliharaan beliau. Wishal. Jika butuh, beliau bisa memaksa orang atas makanan, minuman, dan pakaiannya, dan wajib pagi pemiliknya untuk menyerahkannya pada beliau, walaupun dia harus mati. Dia harus menebus ruh Rasulullah saw. dengan ruhnya. Diperkenankannya melihat ajnabiyah (wanita yang tidak haram dinikahi), berduaan dengan mereka, dan membonceng mereka. Menikah lebih dari 4 isteri, begitu pula nabi-nabi yang lain. Menikah tanpa mahar di awal dan di akhir. Menikah tanpa wali. Menikah tanpa saksi. Menikah pada waktu ihram. Menikah tanpa persetujuan si wanita. Jika beliau ingin menikahi seorang wanita (baru sekedar keinginan saja), maka orang selain beliau diharamkan untuk meminang wanita itu. Jika beliau menyukai wanita yang telah menikah, maka wajib bagi suaminya untuk mentalak isterinya itu, agar beliau bisa menikahinya.
    Beliau bisa meminang di atas pinangan orang selain beliau. Beliau boleh menikahkan wanita pada orang yang beliau kehendaki tanpa seizin wanita itu dan izin walinya, atau beliau boleh menikahi wanita itu untuk diri beliau. beliau bisa menjadi wali dua belah pihak tanpa izin si wanita dan tanpa izin wali si wanita itu. Beliau menikahkan puteri Hamzah, padahal pamannya masih ada, yaitu Abbas. Beliau lebih didahulukan daripada wali yang terdekat. Kata beliau kepada Ummu Salamajh, “Perintahkan puteramu untuk menikahkanmu.” Beliau lalu menikahi Ummu Salamah, padahal putera Ummu Salamah waktu itu masih kecil, belum baligh. Allah menikahkan beliau dengan Zainab, lalu mempergauli Zainab, dengan pengawinan Allah ta’ala, tanpa akad dari diri beliau. Beliau bisa mengecualikan ucapannya setelah beberapa waktu secara terpisah. Beliau juga boleh memilih barang rampasan perang sekendak beliau sebelum dibagi.
    Beliau bisa menjadi saksi atas diri beliau dan anak beliau. Beliau bisa menerima kesaksian orang yang memberikan kesaksian kepada beliau dan kepada anak beliau. Beliau diperkenankan menerima hadiah, berbeda dengan pejabat-pejabat selain beliau. Beliau boleh membunuh orang yang beliau tuduh berzina tanpa ada bukti, sementara hal itu tidak diperkenankan bagi selain beliau. Beliau boleh berdoa untuk orang yang beliau kehendaki dengan menggunakan redaksi ‘shalat/shalawat’, sedang kita hanya boleh berdoa (dengan redaksi shalat/shalawat itu) kepada nabi atau malaikat. Beliau boleh berkurban untuk umat beliau, dan tidaklah seseorang beleh berkurman untuk orang selainnya tanpa izinnya. Beliau boleh memadukan dalam kata ganti antara beliau dan Allah, berbeda dengan selain beliau. Bagi beliau boleh membunuh orang yang mencela atau mencaci beliau. Beliau boleh mengkapling bumi-bumi sebelum bumi-bumi itu ditaklukkannya, karena Allah telah menjadikan bumi seluruhnya sebagai miliknya. Dan lebih dari itu, beliau berhak pula untuk mengkapling tanah surga.

    Bagian Kedelapan
    Keistimewaan Nabi saw. Berupa Berbagai Kemuliaan dan Keutamaan

                Rasulullah saw. diberikan keistimewaan berupa pangkat shalawat. Beliau tidak diwarisi. Begitu pula para nabi. Mereka mewasiatkan seluruh harta benda mereka sebagai sedekah. Jika beliau keluar berperang dengan sendirian, maka setiap orang wajib ikut keluar bersamanya, berdasarkan firman Allah ta’ala,
    مَا كَانَ لِأَهْلِ الْمَدِيْنَةِ وَمَنْ حَوْلَهُمْ مِنَ الْأَعْرَابِ أَنْ يَتَخَلَّفُوا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ
    Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab badui yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (pergi berperang). (Q.S. at-Taubah: 120)
                Dan hukum ini tidak berlaku bersama selain beliau dari para khalifah.
    Beliau diberikan keistimewaan diharamkannya melihat pribadi isteri-isteri dan puteri-puteri beliau di dalam kain penutup badan, diharamkannya membuka wajah mereka dan telapak tangan mereka karena suatu persaksian atau lainnya, dan diharamkan pula menanyai mereka secara adu lidah (musyafahah). Shalat mereka harus di tengah rumah. Mereka adalah para ibunda orang-orang beriman. Mereka wajib duduk di dalam rumah sepeninggal Nabi saw. Beliau memperbolehkan mereka dan Ahlul Bait beliau duduk di dalam masjid dalam kondisi haid dan janabat.
    Shalat sunnah beliau dengan duduk laksana shalat sunnah beliau dengan berdiri tanpa uzur. Wajib bagi orang yang shalat memenuhi panggilan beliau, demikian pula para nabi. Jabir ra. berkata, “Tidaklah ada wudlu bagi orang yang tertawa di dalam shalat, hanya wudlu itu diwajibkan kepada para sahabat karena mereka tertawa di belakang Rasulullah saw.” Diharamkan memanggil beliau dari luar kamar dan meneriaki beliau dari jauh. Beliau diberikan keistimewaan dengan kesucian darah, air seni, dan air-air sisa beliau, bahkan meminum air seni beliau bisa menjadi obat. Barangsiapa mencaci beliau dia dibunuh. Barangsiapa menghina beliau maka dia kufur. Mencintai beliau menjadi kewajiban atas umat, demikian pula mencintai Ahlu Bait beliau dan para sahabat beliau. Tidak ada sama sekali seorang isteri nabi melacur. Anak-anak keturunan dari puteri-puteri beliau dinisbatkan kepada beliau. Dalam hadits diterangkan, “Sesungguhnya Allah ta’ala tidak mengutus seorang nabi pun kecuali Dia menjadikan anak keturunan nabi itu dari tulang pinggangnya, selain aku, karena Allah ta’ala menjadikan anak keturunanku dari tulang pinggang Ali.”
    Tidak boleh mengawini puteri-puteri beliau. Sebagian ulama melarang mengawini anak-anak keturunan puteri-puteri beliau, dan terus ke bawah hingga hari kiamat. Muka beliau nampak. Siapa berhubungan kerabat dengan beliau karena pernikahan dari dua sisi, dia tidak akan masuk neraka. Tidak boleh berijtihad tentang mihrab yang beliau shalat menghadapnya, tidak ke arah kanan, tidak pula ke arah kiri. Dan hendaknya mengagungkan derajat beliau dengan menghindari berdoa bagi beliau dengan menggunakan lafadz rahmat.
    Tidak seorang pun diperkenankan mengukit “Muhammad Rasulullah” pada cincinnya sebagai cincin beliau dahulu. Beliau tidak berucap dalam keadaan murka dan senang kecuali kebenaran. Melihat beliau adalah nyata, demikian pula para nabi.
    Para nabi tidak diperkenankan bersifat gila dan pingsan yang masanya lama, sementara pingsan mereka tidaklah sama dengan pingsan selain mereka, sebagaimana ketidaksamaan tidur mereka dengar tidurnya selian mereka. Secara global, wajiblah mensucikan para nabi dari segala kekurangan yang membuat jiwa-jiwa berlari dari mereka. Beliau boleh mengkhususkan orang yang beliau kehendaki dengan sesuatu hukum yang beliau kehendaki pula, seperti beliau menjadikan persaksiannya Khuzaimah sebanding dengan persaksian dua orang, dan seperti dispensasi beliau untuk meratap kepada Khaulah binti Hakim, dispensasi meninggalkan berkabung bagi Asma binti Umais, pengkhususan beliau kepada wanita-wanita muhajirin untuk mewarisi rumah-rumah suami-suami mereka, karena mereka (wanita-wanita muhajirin) merupakan kaum pengembara yang tidak memiliki tempat tinggal.
    Beliau melihat dari belakang beliau laksana beliau melihat arah depan, arah kanan, dan arah kiri beliau. Beliau melihat di malam dan kegelapan laksana beliau melihat di waktu siang. Saat berwudlu, ludah beliau membuat tawar air yang asin, dan ludah itu mencukupi bagi bayi. Ketajaman suara dan pendengaran beliau tidak dapat dicapai oleh selain beliau. Mata beliau tidur, sedang hati beliau tidak tidur. Beliau tidak pernah menguap sama sekali. Beliau tidak pernah pula ihtilam (bermimpi mengeluarkan sperma). Demikian pula para nabi yang lainnya dalam tiga perkara terakhir. Keringat beliau lebih harum daripada minyak kesturi.
    Jika berjalan dengan orang yang tinggi, beliau mengungguli tingginya. Jika duduk, maka pundak beliau lebih tinggi dari seluruh orang-orang yang duduk. Bayangan beliau tidak jatuh di atas bumi. Tidak tampak bayangan beliau pada matahari dan bulan. Lalat sama sekali tidak hinggap pada baju beliau. kutu juga tidak pernah menyakiti beliau.
    Jika beliau menaiki binatang kendaraan, binatang itu tidak mengeluarkan kotoran dan tidak pula kencing saat beliau menaikinya. Telapak kaki beliau tidak memiliki lekukan. Jari kelingking kaki beliau menancap kukunya. Jika beliau berjalan, bumi terlibat untuk beliau. Dalam bersenggama dan berduel, beliau diberikan kekuatan 40 orang. Dan setiap orang kekuatannya laksana kekuatan 100 orang.
    Beliau orang yang paling qanaah dalam hal makanan. Cukup bagi beliau satu suapan. Bumi menelan apa yang keluar dari beliau. Dari tempat beliau tercium bau minyak kesturi. Begitu pula para nabi. Dalam jalur nasab beliau semenjak Nabi Adam tidak pernah terdapat perzinaan sama sekali. Gerak-gerik (lingkungan) beliau berada di kalangan orang-orang yang bersujud sehingga beliau keluar sebagai nabi. Kedua orangtua beliau tidak melahirkan selain beliau. Berhala-berhala terjungkir karena kelahiran beliau. Beliau lahir telah berkhitan, terpotong pusar beliau, dan bersih, tidak ada kotoran. Beliau terlahir ke bumi dalam keadaan bersujud seraya mengangkat jari beliau laksana orang yang berdoa lagi merendahkan diri. Saat lahir, sang ibunda melihat cahaya keluar darinya yang menerangi istana-istana Syam. Demikian pula ibunda-ibunda para nabi sama melihatnya. Tidak ada seorang wanita yang menyusui beliau kecuali masuk Islam. Saat dalam ayunan, beliau bergerak dengan digerakkan oleh para malaikat. Bulan miring ke arah beliau saat beliau menunjuk padanya. Dalam ayunan, beliau bisa berbicara mengucapkan, “Allahu Akbar kabira wal hamdu lillah katsira.” Ruh beliau dikembalikan lagi setelah beliau wafat. Kemudian beliau diperintahkan memilih antara kekal di dunia dan kembali kepada Allah, beliau lalu memilih kembali kepada-Nya, demikian pula para nabi yang lain.
    Allah mengutus Jibril datang kepadanya tiga hari di masa sakitnya untuk menanyakan keadaannya. Ketika malaikat pencabut nyawa turun kepadanya, ikut turun pula seorang malaikat yang disebut “Ismail”. Dia tinggal di udara dan tidak pernah naik ke langit dan tidak pula pernah turun ke bumi sama sekali sebelum hari itu. Mereka sama mendengar suara malaikat pencabut nyata menangis dan menyerunya, “Wa muhammadaaah,” (wahai Muhammad!!!).
    Allah dan para malaikat menshalati beliau. Manusia juga menshalati beliau secara bergelombang tanpa imam. Kata mereka, “Beliau adalah imam kalian baik dalam waktu hidup maupun meninggal.” Dan tanpa doa jenazah yang terkenal itu. Beliau dimakamkan di rumah beliau di mana beliau meninggal. Demikian pula para nabi.
    Dan yang lebih utama bagi para nabi adalah dimakamkan di pemakaman. Gelaplah bumi sepeninggal beliau. Beliau tetaplah hidup di makam beliau  seraya shalat di dalamnya lengkap dengan adzan dan iqamah, begitu pula nabi-nabi lainnya. Membaca hadits-hadits beliau merupakan ibadah yang berpahala laksana membaca al-Qur’an. Dianjurkan mandi dan memakai wewangian untuk membaca hadits beliau. Suara tidak boleh ditinggikan di sisi beliau sebagaimana di masa hidup beliau. Dimakruhkan pembaca hadits beliau berdiri karena (kedatangan) seseorang. Para pengemban (penghafal dan pengamal) hadits  wajah-wajah mereka senantiasa berseri. Sahabat-sahabat beliau seluruhnya adalah adil.
    Di antara keistimewaan beliau lainnya juga, adalah, sepeninggal beliau, imam hanyalah satu, dan tidaklah para nabi sebelum beliau seperti itu. Dan tidak seorang pun dari kalangan makhluk yang sekufu (selevel) di dalam menikahi keluarga beliau. Mereka disebut “al-asyraaf” (orang-orang mulia). Mereka adalah keturunan Ali, Aqil, Ja’far, dan Abbas. Demikian peristilahan para ulama. Semoga Allah meridai mereka semua.
    Puteri beliau, Fatiman ra., memiliki berbagai keistimewaan. Di antaranya adalah, dia tidak pernah haid. Jika melahirkan, dia segera suci dari nifas setelah sesaat, sehingga shalat tidak lepas darinya. Karena itu, dia disebut az-Zahra’ (wanita cemerlang). Tatkaka dia lapar, Nabi saw. meletakkan tangan beliau pada dadanya, maka dia tidak lagi lapar setelah itu. Tatkala hendak meninggal, dia memandikan dirinya sendiri seraya berwasiat agar tak seorang pun membukanya. Sahabat Ali ra. lalu mengebumikannya dengan mandinya itu.
    Nabi saw. jika mengusap kepala orang botak dengan tangan beliau, maka tumbuhlah rambut dalam seketika. Beliau menanam pohon kurma dan pada tahun itu juga pohon itu berbuah. Saat beliau tersenyum pada malam hari, senyum beliau menerangi rumah. Beliau bisa mendengar gemerisik sayap-sayap Jibril, sedang dia berada jauh di Sidratul Muntaha. Beliau mencium bau kala dia (Jibril) membawa wahyu pada beliau. Beliau boleh membaca al-Qur’an dengan maknanya (pengertiannya). Arasy bergoncang hebat jika salah satu sahabat beliau meninggal karena rasa gembira bisa berjumpah dengan ruhnya.
    Beliau tidak berjalan melewati satu jalan, lalu seseorang mengikuti beliau di jalan itu, niscaya tahulah dia bahwa belau telah melewati jalan itu karena bau wangi dan keharuman beliau. Secara garis besar, sifat-sifat beliau yang baik tidaklah bisa dihitung dan dibatasi. Dan dalam kadar ini agaknya terdapat kecukupan dan penjelasan atas hal-hal selainnya.
    Imam Sya’rani radliyallah anhu berkata, “Aku telah menulis berbagai keistimewaan ini dari tulisan sayyidina dan syaikhina, pamungkas para penghafal hadits, yaitu Syeikh Jalaluddin as-Suyuthi (rahimahullah. Semoga Allah memberikan manfaat dengan ilmunya kepada kita dan kaum muslimin).” Dan dia berkata, “Aku meneliti berbagai keistimewaan ini sehingga aku menyelesaikannya pada batas ini selama 20 tahun. Dan aku tidak mengetahui seorang pun yang bisa menyelesaikannya hingga batas ini.” Wallahu a’lam

    Leave a Reply

    Shoutul Haromain FM


    Streaming Islam Android App on Google Playstore

    follow me

    VISITOR

    free counters