Pada bulan Sya’ban ada malam yang diagungkan dimuliakan dan penuh keberkahan yaitu malam Nishfu Sya’ban di mana pada malam itu Allah Menampak kepada hambaNya dengan ampunan dan kasih sayang yang merata. Dia Memberikan ampunan kepada para peminta pemohon ampunan dan kasih sayang kepada para peminta kasih sayang. Dia mengabulkan do’a orang – orang yang kesulitan, dan menghilangkan kesusahan orang – orang yang susah. Pada malam itu Allah Memberikan bonus kebebasan dari nereka kepada sekelompok orang serta di dalamnya Allah menulis rizki dan amal perbuatan. Tentang keutamaan malam itu, ada banyak hadits yang warid yang sebagiannya berstatus dha’if atau munqathi’ meski sebagiannya lebih ringan tingkat ke – dha’ifannya. Meski begitu, sebagiannya dihukumi shahih oleh al Hafizh Ibnu Hibban. Di sini akan kami sebutkan hadits paling masyhur yang terkait topik ini.
Imam Thabarani dan Ibnu Hibban meriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal ra dari Nabi shallallahu alaihi wasallam. Beliau bersabda:
يَطَّلِعُ اللهُ إِلَى جَمِيْعِ خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ وَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ
“Allah Melihat kepada seluruh makhlukNya pada malam nishfu sya’ban dan memberikan ampunan kepada seluruh makhlukNya kecuali orang musyrik, atau Musyahin”
Musyahin, adalah orang munafik yang sangat buruk kelakuannya yang selalu memicu perpecahan dan menyalakan api permusuhan di antara kedua pihak yang saling mencintai. Ibnul Atsir dalam an Nihayah berkata: Musyahin, ia orang yang saling bermusuhan. Syahna’, adalah permusuhan[1].
Imam Baihaqi meriwayatkan dari Aisyah ra sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Jibril datang kepadaku dan berkata: “Ini adalah malam nishfu Sya’ban. Di dalamnya Allah memiliki orang – orang yang dimerdekakan sebanyak bilangan bulu – bulu kambing Bani Kalb[2]. Dan di dalamnya Allah tidak melihat orang orang musyrik, tidak musyahin, tidak orang yang memutuskan kerabat, tidak orang yang menjuntaikan pakaian (Isbal), tidak orang yang durhaka kepada kedua
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin Amar bin Ash ra. Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Pada malam nishfu Sya’ban Allah melihat kepada makhlukNya. Lalu Dia Memberikan ampunan kepada para hambaNya kecuali dua orang; Musyahin dan orang yang membunuh” (dikatakan al Hafizh al Mundziri)
Imam Turmudzi dan Imam Ibnu Majah meriwayatkan dari Aisyah ra. Ia berkata: “Aku kelihangan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Lalu aku keluar dan ternyata Beliau berada di Baqi’ sambil menengadahkan wajah ke langit. Beliau bersabda: “Apakah kamu khawatir Allah dan RasulNya meminggirkanmu?” aku menjawab: “Saya menyangka engkau datang kepada sebagian para isterimu” Beliau lalu bersabda:
إِنَّ اللهَ تبَارَكَ وَتَعَالَى يَنْـزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ ِلأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعْرِ غَنَمِ كَلْبٍ
“Sesungguhnya Allah tabaarak wata’aalaa turun ke langit dunia pada malam nishfu sya’ban lalu Dia Memberikan ampunan kepada lebih banyak dari jumlah bulu kambing suku Kalb”(Imam Turmudzi berkata: Aku tidak mendengar Hadits Aisyah ra kecuali dari jalur ini. Dan aku mendengar Muhammad – Imam Bukhari - mengatakan bahwa hadits ini dha’if karena munqathi’ dalam dua tempat)
Imam Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Musa al Asy’ari ra dari Nabi shallallahu alaihi wasallam:
“Sesungguhnya Allah pada malam nishfu sya’ban melihat lalu Dia memberikan ampunan kepada seluruh makhlukNya kecuali musyrik dan musyahin”(ini berasal dari riwayat Ibnu Luhai’ah dan di dalamnya juga ada komentar tentang riwayat Dhohhak dari Aiman al Kalbi. Imam Dzahabi berkata: Tidak diketahui siapa dia)
Imam Thabarani dan Baihaqi meriwayatkan dari jalur Makhul dari Abu Tsa’labah al Khasyani ra. sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Pada malam nishfu sya’ban Allah melihat para hambaNya lalu Dia memberikan ampunan kepada orang – orang beriman dan menangguhkan orang – orang kafir dan membiarkan para pemilik kedengkian dengan kedengkiannya sehingga mereka meninggalkannya”
Imam Bazzar dan Baihaqi meriwayatkan dari Abu Bakar As Shiddiq ra dari Nabi shallallahu alaihi wasallam. Beliau bersabda:
“Pada malam nishfu sya’ban Allah turun ke langit dunia. Lalu Dia Memberikan ampunan kepada segala sesuatu kecuali lelaki musyrik dan lelaki yang dalam hatinya ada kebencian” (Sanadnya tidak mengapa menurut al Hafizh al Mundziri)
Imam Baihaqi meriwayatkan dengan sanad dha’if dari Utsman bin Abu al Ash dari Nabi shallallahu alaihi wasallam:
إِذَا كَانَ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ نَادَى مُنَادٍ : هَلْ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَغْفِرَ لَهُ هَلْ مِنْ سَائِلٍ فَأُعْطِيَهَ فَلاَ يَسْأَلُ أَحَدٌ شَيْئًا إِلاَّ أُعْطِيَهُ إِلاَّ زَانِيَةً بِفَرْجِهَا أَوْ مُشْرِكًا
“Ketika malam nishfu sya’ban ada orang yang memanggil: “Adakah orang yang memohon ampunan lalu aku memberikan ampunan kepadanya. Adakah orang yang meminta lalu aku memberikan permintaannya. Maka tiada seorang meminta kecuali diberikan permintaannya kecuali wanita pezina dengan kemaluannya atau orang musyrik”(Beginilah dalam riwayat Imam Baihaqi. Sementara dalam riwayat selainnya secara mutlak tanpa batasan malam nishfu sya’ban)
Dalam al Musnad dari Hasan al Bashri. Beliau berkata:
Utsman bin Abi al Ash bertemu dengan Kilab bin Umayyah yang sedang duduk di tempat tukang pungutan liar (al Asyir) di Bashrah. “Kenapa kamu berada di sini?” tanya Utsman. Kilab menjawab: “Ziyad yang menempatkanku di sini” Utsman bertanya: “Apakah aku akan menceritakan kepadamu hadits yang aku mendengarnya dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam?” Kilab mengiyakan dan Utsman lalu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
كَانَ لِدَاوُدَ نَبِيُّ اللهِ عَلَيْهِ السَّلاَمُ سَاعَةٌ يُوْقِظُ فِيْهَا أَهْلَهُ يَقُوْلُ : يَاآلَ دَاوُدَ قُوْمُوْا فَصَلُّوْا فَإِنَّ هَذِهِ السَّاعَةَ يَسْتَجِيْبُ الله فِيْهَا الدُّعَاءَ إِلاَّ لِسَاحِرٍ أَوْ عَاشِرٍ
“Adalah Nabi Dawud Nabi Allah alaihissalam memiliki saat di mana Beliau membangunkan keluarganya seraya berkata: Wahai keluarga Dawud, bangkit dan shalatlah kalian karena sesungguhnya pada saat ini Allah mengabulkan do’a kecuali tukang sihir atau tukang pungutan liar”
Kilab bin Umayyah segera meninggalkan tempat dan kemudian menaiki perahu datang kepada Ziyad untuk meminta pengampunan, dan Ziyad pun mengampuninya.
Sementara dalam versi riwayat Thabarani dalam al Kabir dan al Ausath dari Nabi shallallahu alaihi wasallam dengan teks:
تُفْتَحُ أَبْوَابُ السَّمَاءِ نِصْفَ اللَّيْلِ فَيُنَادِي مُنَادٍ : هَلْ مِنْ دَاعٍ فَيُسْتَجَابُ لَهُ هَلْ مِنْ سَائِلٍ فَيُعْطَى هَلْ مِنء مَكْرُوْبٍ فَيُفَرَّجُ عَنْهُْ فَلاَ يَبْقَى مُسْلِمٌ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ إِلاَّ اسْتَجَابَ الله لَهُ إِلاَّ زَانِيَةً تَسْعَي بِفَرْجِهَا أَوْ عَشَّارًا
“Pintu – pintu langit dibuka pada separuh malam lalu ada orang yang memanggil: “Apakah ada orang yang berdo’a maka ia dikabulkan. Adakah orang yang meminta maka ia diberi. Adakah orang yang susah maka akan dihilangkan darinya kesusahan” hingga tiada tersisa seorang muslim yang mengajukan suatu permohonan kecuali Allah Mengabulkannya kecuali pezina dengan kemaluannya dan tukang pungutan liar”
Tidak hal yang bertentangan di antara riwayat – riwayat ini sebagaimana tidak samar lagi bahwasanya malam nishfu sya’ban secara umum tercakup dalam riwayat Imam Ahmad dan Imam Thabarani. Imam Baihaqi meriwayatkan dari Makhul dari Katsir bin Murrah dari Nabi shallallahu alaihi wasallam:
فِى لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ يَغْفِرُ اللهُ ِلأَهْلِ اْلأَرْضِ إِلاَّ مُشْرِكًا أَوْ مُشَاحِـنًا
“Pada malam nishfu sya’ban Allah mengampuni penduduk bumi kecuali musyrik dan musyahin” (Imam Baihaqi berkata: Hadits Mursal Jayyid. Katsir bin Murrah adalah seorang Tabiin)
Imam Baihaqi meriwayatkan dari Ala’ bin al Harits sesungguhnya Sayyidah Aisyah ra berkata: Suatu malam Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bangun dan melakukan shalat. Beliau lalu memanjangkan sujud sehingga aku mengira Beliau telah tiada. Menyaksikan ini aku bangkit dan menggerakkan jempol Beliau. Ternyata jempolnya bergerak hingga aku kembali ke tempatku. Selesai shalat, beliau bersabda: “Wahai Aisyah, apakah kamu mengira bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam telah mengkhianatimu?” aku menjawab: “Tidak, demi Allah wahai Rasulullah, tetapi saya mengira engkau telah tiada karena sujudmu yang panjang” Beliau bersabda: “Tahukah kamu malam apakah ini?” aku menjawab: “Allah dan UtusanNya lebih mengetahui” Beliau bersabda:
هَذِهِ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِنَّ الله عَزَّ وَجَلَّ يَطَّلِعُ عَلَى عِبَادِهِ فِى لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِلْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَرْحَمُ الْمُسْتَرْحِمِيْنَ وَيُؤَخِّرُ أَهْلَ الْحِقْدِ كَمَا هُمْ
“Ini adalah malam nishfu sya’ban. Sesungguhnya Allah azza wajalla melihat para hambaNya pada malam nishfu sya’ban lalu Dia mengampuni orang – orang yang meminta ampun dan mengasihi orang – orang yang memohon rahmat dan mengakhirkan para pemilik kedengkian” (Imam Baihaqi berkata: Ini adalah Mursal Jayyid dan mungkin Ala’ mengambilnya dari Makhul)