Allah ta’ala berfirman:
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”QS at Taubah:41.
Termasuk jihad fi sabilillah adalah mendermakan harta benda demi kehidupan dakwah. Mencari harta benda demi kepentingan dakwah, menyokong dan mengokohkannya termasuk dalam kategori hal yang menjadi syarat sempurna suatu kewajiban.
Cukuplah sebagai gambaran bagi kita ketika Allah menjadikan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam sebagai seorang ahli perdagangan sejak sebelum diutus saat usia beliau baru dua puluh tahun.
Setelah diutus, Allah lalu mengokohkannya dengan dukungan isterinya Sayyidah Khadijah al Kubro yang juga seorang pedagang, para khalifah empat dan sepuluh orang yang dijamin masuk surga, serta yang lain di mana kebanyakan adalah para pedagang.
Dan bagaimana kekayaan para sahabat begitu melimpah sejak hijrah mereka masih berjalan tidak lebih dari tujuh tahun. Dan bagaimana pula nenek moyang kita di negeri ini memeluk islam juga melalui tangan-tangan para pedagang yang notabenenya adalah para da’i. Serta bagaimana pula sekarang ini, yahudi yang meski minoritas tetapi menguasai dunia karena kekuatan ekonomi dan perdagangan mereka.
Tuhan kita Allah ta’aala adalah Dzat Maha Kaya dan Maha Memberikan kekayaan. Maka sudah semestinya hambaNya memiliki sifat ini dari sisi memperoleh kekayaan. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sendiri adalah figur yang kaya lagi dermawan hingga tidak pernah menyimpan rizki untuk esok harinya. Karena hal-hal tersebut inilah Alqur’an menyinggung tentang pentingnya perdagangan: “...kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya... “QS al Baqarah:282. “ ... mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,... “QS Fathir:29. “ ... perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya... “QS at Taubah:24. “laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah.... “QS an Nuur: 37. Dan tentunya itu semua dengan mengetahui simpul-simpul yang kuat dan kokoh dalam menjalankan perdagangan.
Sudah dimaklumi bahwa jalan dakwah memiliki tahapan-tahapan, maka sudah tibalah saatnya bagi kita dalam tahapan ini untuk menyokong dakwah kita dengan sokongan harta benda melalui apa saja yang mudah dilaksanakan untuk menghimpun harta benda secara berjamaah seraya memurnikan niat mendahulukan kemaslahatan jamaah atas kepentingan pribadi dan menjauhkan diri dari istighlal (menggunakan kesempatan).
Karena inilah rahasia kesuksesan dan keberuntungan dalam urusan ini. Serta didukung dengan langkah cepat sebagaimana firman Allah: “Dan sesungguhnya tidak ada bagi manusia kecuali apa yang ia usahakan. Dan usahanya itu pasti akan terlihat”, kejujuran sesuai petunjuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: ”Dia pasti beruntung jika ia jujur“ dan tangan yang terpercaya berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: “Berikanlah amanat kepada orang yang mempercayaimu “ serta tidak meremehkan dan bersikap santai.
=والله يتولى الجميع برعايته=
Tidak Memiliki Maka Tidak Memberi
Author:
Unknown
Genre:
»
tausiah Abi ihya
Rating
Posted by Unknown
Posted on