Allah tabaaraka wata’aalaa berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”QS al Baqarah:218.
Hijrah Nabawiyyah mengukirkan manhaj yang jelas bagi dakwah islam sekaligus meletakkan pondasi kokoh yang seyogyanya dijadikan pijakan oleh seorang juru dakwah. Hal yang dimaksud adalah:
1. Amal yang ikhlas, jujur dan benar
2. Menertibkan Amal
3. Tanzhim dan Tansiq (Menejemen yang rapi)
4. Kehatia-hatian yang semestinya
5. Memusatkan fikiran untuk menyatukan kemauan dan menguatkan tekad
Di mana amal tersebut sama sekali tidak terkait dengan kekuatan gaib ataupun bantuan Allah seperti apa yang terjadi dalam peristiwa Isro’ meski yang menyertai Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam perjalanan hijrah adalah yang bersama beliau juga dalam perjalanan isro’ yaitu penghulu malaikat, Jibril alaihissalaam.
Jadi hijrah nabawiyyah memberikan isyarat penetapan undang-undang alam di hadapan manusia tentang at tajribah wat tathbiiq (pengalaman dan praktek) sebagaimana dalam firman Allah: “dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya)“QS An Najm:39-40.
Dan kehendak Allah telah menjadikan perumpamaan hijrah ini sebagai bukti paling nyata dari hal tersebut.
Maka sebagai buahnya Allah mengembalikan lagi kepada mereka tanah air (yang sempat hilang) sekaligus memberikan anugerah kepada mereka banyak negeri-negeri lain melalui penaklukan-penaklukan islam serta mengantarkan mereka ke seluruh belahan dunia.
Seperti pula sunnah Allah dalam makhlukNya telah mengumumklan melalui pengalaman dan praktek ini di hadapan pendengaran generasi-generasi (penerus) bahwa keterikatan kuat dengan iman dan ketundukan diri kepada suluk islam adalah modal terbaik guna mencapai dan meraih keberhasilan-keberhasilan secara materi sebagaimana dikatakan dalam hikmah: “Barang siapa memperbaiki urusan akhiratnya niscaya Allah memperbaiki untuknya urusan dunianya”
Inilah contoh paling jelas bagi ketetapan Allah yang menyatakan: “Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi)“QS Al Qashash:5. “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa....“QS An Nuur:55. “Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya...“QS Yunus:26.
Berikutnya sungguh wajib bagi kita memahami islam bukan semata berkonsentrasi pada ritual atau ibadah-ibadah yang dijalankan oleh individu-indvidu. Sebaliknya islam merupakan sistem (manjhaj) yang saling menyempurnakan untuk cara bagaimana berinteraksi dengan alam dan kehidupan. Jika tidak demikian maka bagaimana mungkin bisa terwujud di tangan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para sahabat radhiyallahu anhum sekian banyak pencapaian-pencapaian kemajuan dunia?
Rahmat Allah semoga menaungi Ibnu Atho’illah As Sakandari yang mengatakan: “Amalan-amalan (tidak lebih hanya) bentuk-bentuk yang berwujud. Sementara nyawanya adalah rahasia ikhlash di dalamnya” “Jenis-jenis amalan beraneka ragam mengikuti ragam keadaan-keadaan yang datang dari Allah (sebagai mauhibah)”
Jadi amalan-amalan beraneka ragam sejalan dengan kemampuan-kemampuan manusia, mauhibah mereka serta apa yang diciptakan Allah dalam diri mereka dan membuat mereka mampu memfokuskan diri untuknya.
=والله يتولى الجميع برعايته=