
Mayoritas manusia dan bahkan mungkin sudah menjadi karakter umum  manusia, sangat enggan untuk menyebut nama musuh atau orang yang  membenci dan dibenci, apalagi menuturkan kebaikan– kebaikannya. Tetapi  bagi manusia yang berlapang dada seperti halnya manusia Salaf tidak  demikian halnya. Kebencian, ketidak cocokkan atau kejahatan orang lain  tidak menjadikan lidah keluh untuk menyebut dan mengatakan dengan terus  terang dan lengkap seputar kebaikan orang lain. Suatu ketika orang–orang  menyebut Amar bin Ash ra di hadapan Khalid bin Walid ra, padahal antara  keduanya ini sedang ada masalah. Mendengar Amar disebut, Khalid dengan  kebesarang jiwanya mengakui terus terang kebaikan–kebaikan Amar. Saat  orang–orang bertanya, “Bukankah Amar membenci anda?” maka dengan tegas  Khalid menjawab, “Apa yang terjadi di antara kami tidak sampai menyentuh  urusan agama”
Sikap dan tindakan obyektif kepada musuh atau  siapa saja yang tidak sepaham tidak jarang dan memiliki peluang besar  menjatuhkan manusia dalam lembah ketidak adilan dan cenderung menjauh  dari kebenaran. Karena itulah Alqur’an mengingatkan:
...وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـئَانُ قَوْمٍ عَلَى أَلاَّ تَعْدِلُوْا ...
“…dan janganlah sesekali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorongmu untuk tidak berlaku adil…”QS al Ma’idah: 8.
Tidak  memusuhi seorangpun dari umat Islam. Inilah satu prinsip yang harus  dianut dan selalu diingat, sebab semua orang Islam itu saudara. Meskipun  mereka telah berbuat salah, akan tetapi kebaikan– kebaikan juga  tertanam dan muncul dari mereka kepada kita. Memang hal ini tidaklah  mudah, tetapi bagi siapa saja yang bisa dan mampu melakukannya maka  baginya pahala surga. Adalah Imam Sya’rani, seringkali Beliau dicela,  berusaha diusir dan dikeluarkan dari Mesir dan dalam kitab–kitab tulisan  Beliau banyak diselipkan uraian–uraian yang bertentangan dengan Aqidah  Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Meski begitu Beliau dengan tulus menyebut  kebaikan prilaku orang–orang yang telah berbuat zhalim terhadapnya.  Dalam prinsip Beliau, ini semua bisa dilakukan tak lebih karena Inayah  atau pertolongan dari Allah. Beliau senantiasa mengingat, pesan Alqur’an  selalu terngiang di telinganya bahwa keburukan jangan dibalas dengan  keburukan tetapi dibalas dengan kebaikan. Api tidak dimatikan dengan  api, tetapi dipadamkan dengan air, “Tolaklah perbuatan buruk mereka  dengan yang lebih baik”QS al Mu’minun: 96.

Sikap mengakui dan  menghargai kebaikan lawan dan jasa orang yang dibenci telah dengan jelas  diajarkan oleh Allah Subhaanahu Wata’aala ketika Dia yang menyatakan  perang dan sangat benci dengan Abu Lahab, “Celakalah kedua tangan Abu  Lahab…”QS Tabbat.  ternyata masih memberikan penghargaan berupa  meringankan siksaan atas Abu Lahab setiap hari Senin karena Abu Lahab  mempunyai kebaikan berupa memerdekakan sahaya bernama Tsuwaibah karena  kabar gembira yang disampaikan tentang kelahiran Rasulullah Muhammad  Shallallahu alaihi wasallam. Sungguh sikap Obyektif terhadap lawan ini  tidak bisa dilakukan kecuali oleh manusia–manusia yang berjiwa besar  yang salah satunya bisa diperoleh dari keluasan ilmu dan wawasan.
Author:
Unknown
Genre:
 »
tinta santri
Rating
Posted by Unknown
 Posted on 



