Lembar Jum’at "Menata Niat"

    Author: Unknown Genre: »
    Rating


    Oleh :K.H. M Ihya’ Ulumiddin
    بسم الله الرحمن الرحيم
    الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي لَمْ يَتَّـخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيْكٌ فِى الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِّنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيْرًا . وَالَّذِي خَلَقَ كُلَّ شَيْءٍِ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيْرًا . أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى هَذاالنَّبِيِّ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ . أَمَّا بَعْدُ .

    مَعَاشِرَ الْحَاضِرِيْنَ حَفِظَكُمُ اللهُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّـقُوْنَ قَالَ اللهَ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ السَّمِيْعِ الْعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ [ وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ ] الذاريات : 56.

    Jamaah Jum’at yang berbahagia hafizhakumullah,

    Pertama – tama dari atas mimbar ini saya ingin menyampaikan wasiat untuk diri saya sendiri khususnya dan umumnya yang hadir di tempat yang berkah ini. Wasiat yang terkait dengan penghambaan kita kepada Allah Swt. sebatas mana kita telah melaksanakan penghambaan ini.yang semestinya hamba seharusnya patuh terus kepada Allah Swt.yang telah menciptanya, yang mengatur hidupnya. Sudah tentu yang demikian, Allah Swt. haknya untuk disembah dan dipatuhi ini akan memberikan berkah dalam kehidupannya.

    Seorang muslim, melakukan pekerjaan sekecil apapun harus mengetahui apakah hukumnya, hal ini sangat penting. Halal ataukah haram, makruh, sunnah ataukah mubah. Keterikatan inilah yang disebut dengan dasar – dasar Taqwa. Taqwa yang memiliki arti mentaati segala perintah – perintahNya dan menjauhi segala larangan – laranganNya. Mudah diucapkan tetapi berat dijalankan bagi hamba yang kalah dengan nafsunya, kalah dengan syaithonnya.

    Jamaah Jum’at yang berbahagia hafizhakumullah

    Pada muqaddimah khutbah telah kami sampaikan di antara firman Allah Swt. yang terkait dengan ibadah sebagai kewajiban hidup bagi manusia dan seperti yang difirmankan Allah Swt dalam surat Ad Dzariyat : 56

    : [ وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ ] الذاريات : 56.

    Dan tidak Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepadaKu “

    Makna lengkapnya: Kecuali untuk mengenal Aku, setelah mengenal Aku lalu mengagungkan Aku. Setelah mengagungkan Aku, menyembah Aku. Sementara ibadah bersifat khusus yang disebut ibadah mahdhah ( sholat, zakat, puasa, haji dan lain – lain ) dalam aturan – aturan tertentu, dan ada yang bersifat umum ( ibadah aammah ) yaitu segala kegiatan dan aktifitas selama berhubungan dengan Allah, Allah al Qarib, Dzat yang Maha dekat.

    Jamaah Jum’at yang berbahagia hafizhakumullah

    Pekerjaan kita sehari – hari sekecil apapun selama ada hubungan dekat dengan Allah disebut ibadah. Peran Basmalah dan Hamdalah sangat penting dalam aktifitas tersebut agar dapat menjadi ibadah. Dimulai dengan Basmalah dan diakhiri dengan Alhamdulillah, seluruh aktivitas akan bernilai ibadah yang selanjutnya akan membawa keberkahan hidup, yaitu hidup yang diberi kebaikan menurut Allah, tidak hidup dengan aturan – aturan dan fikiran kita sendiri, tidak juga seukuran kemampuan kita. Sementara jika kita mengandalkan kemampuan atau fikiran kita maka sangat terbatas, apalagi tujuan hanya mendapatkan uang sebagai contoh, bertujuan mendapatkan keberuntungannya, bukan untuk beribadah karena Allah ta’ala.

    Karena itu, untuk menjadikan seluruh aktifitas kita menjadi ibadah atau tidak kita perlu Tahrirun niyyah, menata niat. Jika seseorang makan umpamanya, dalam makan itu dia mengingat semoga dengan makan ini diberi kekuatan untuk beribadah kepada Allah, di samping memulainya dengan Basmalah dan mengakhirinya dengan Hamdalah, dan juga yang lain; tidur, ke WC rekreasi dll, maka makannya itu memiliki status ibadah. Di sinilah sebetulnya tuntutan kepada kita untuk bisa mengamalkan makna ayat tersebut dengan mudah, karena semua yang ada pada kita, kemampuan kita, kepemilikan kita, pangkat kita adalah anugerah Allah semata – mata. Maka bentuk kesyukuran kita kepada Allah adalah ibadah itu. kesyukuran itulah yang menjadikan keberkahan hidup.

    Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

    مَنْ كَانَتِ اْلآخِرَةُ هَمّـهُ جَمَعَ اللهُ شَمْلَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِى قَلْبِهِ وَأَتَـتْهُ الدُّنْيَا رَاغِمَةً وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ شَتَّتَ اللهُ شَمْلَهُ وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَـيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا قُدِّرَ لَهُ

    Barang siapa akhirat (beribadah ) menjadi tujuan hidupnya maka Allah memberikan kemudahan apa yang menjadi rencananya dan Allah menjadikan kekayaan di hatinya dan pasti datang kepadanya dunia dengan sendirinya. Dan barang siapa dunia ( bukan ibadah ) menjadi tujuan hidupnya, Allah akan membuat tercerai berai yang direncanakannya, dan Allah menjadikan rasa faqir ( butuh ) selalu dalam hatinya dan tidak datang kepadanya dunia kecuali yang telah ditentukan untuknya “ HR Ahmad, Turmudzi, Ibnu Majah.

    Jika kita melihat orang – orang sholeh, tidak pernah ngoyo, selalu mensyukuri, tidak pernah lepas dari Allah Swt, ada atau tidak ada yang dimilikinya tetap bersyukur dan cukup. Sementara orang yang menjadikan siang jadi malam atau malam menjadi siang, kaki menjadi kepala, kepala menjadi kaki, toh tetap dapatnya segitu saja.

    Menjadikan hidup berkah ini sangat penting dan sangat terkait dengan niat yang kita pasang. Niat akan menjadi salah jika kita wiridan yang banyak agar dagangan kita menjadi laris. Aneh, semestinya kita meraih dunia untuk kekuatan beribadah, bukan malahan sholat dhuha, sholat tahajjud agar lancar rizki. Terbalik, mestinya singkatone ndonyani bisa ngakherati, ojo singkatone ngakherati malah ndonyani. Aktivitas yang kelihatan bersifat duniawi dapat menjadi aktivitas ukhrawi. Bukan sebaliknya, aktivitas yang kelihatan bersifat ukhrawi ternyata bersifat duniawi. Ini semua terletak pada niat awal yang dipasang. Niat yang dipasang di awal inilah yang harus ditata kembali. Keberkahan akan kita dapatkan jika meletakkan niat kita di awal sebagai ibadah.

    Jamaah Jum’at yang berbahagia hafizhakumullah

    Alangkah indahnya jika seluruh aktivitas kita sehari – hari bernilai ibadah yang diterima oleh Allah, yang menyenangkanNya, yang akan mendapatkan pahala di akhirat berlipat sesuai dengan janji Allah.
    Kembali kepada firman Allah di atas, mari kita fahami bersama maknanya dan menata kembali niat kita agar setiap aktivitas kita berkah dan diberkahi Allah Swt.



    Leave a Reply

    Shoutul Haromain FM


    Streaming Islam Android App on Google Playstore

    follow me

    VISITOR

    free counters