Ahad 05 Oktober 2014
Ibadah Syukur
Menghindari Kufur
الخطبة الأولى
ألله أكبر ألله أكبر ألله أكبر . ألله أكبر ألله أكبر ألله
أكبر . ألله أكبر ألله أكبر ألله
أكبر . ألله أكبر ولله الحمد . إن الحمد
لله نحمده ونستعينه ونستغفره . ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا . من
يهد الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له . أشهد أن لا إله إلا الله و أشهد أن
محمدا عبده ورسوله . أللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد كما صليت على
سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم .
وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد كما باركت على سيدنا إبراهيم وعلى آل
سيدنا إبراهيم فى العالمين إنك حميد مجيد . أما بعد فأوصيكم بتقوى الله فقد فاز
المتقون . قال الله تبارك وتعالى " إنِاَّ أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ.
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ . إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ اْلأَبْتَرُ" وَقَالَ:
"وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ للهِ"
Ma’asyirol Muslimin,Hafizhakumullah
Pagi hari ini kita
merayakan hari raya Idul Adha, Idul Qurban atau Idun Nahri tahun 1435 H. Hari
raya ini sangat terkait dengan kondisi kita sebagai umat Islam yang diajarkan
agar bersyukur kepada Allah Sang Pencipta juga bersyukur kepada sesama manusia
yang telah berjasa, sedikit atau banyak, terutama kedua orang tua kita
sebagaimana firman Allah:
أَنِ
اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَ
“Dan hendaklah kamu bersyukur kepadaKu dan kepada kedua orang
tuamu” (QS Luqman:14)
Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرِ اللهَ
“Barang siapa tidak pernah bersyukur kepada manusia maka tidak
pernah bersyukur kepada Allah”(HR Turmudzi no:1955 Kitab al Birr was shilah
bab (35))
Ma’asyirol Muslimin,Hafizhakumullah
Di antara manusia yang
kita diajarkan agar menghargai dan berterima kasih kepadanya adalah Nabiyullah
Ibrahim as, yang merupakan nenek moyang para nabi, alaihimussalam,
termasuk nenek moyang Baginda Nabi Muhammad Saw. Bentuk-bentuk penghargaan ini
salah satunya adalah adanya syariat menyembelih hewan kurban yang akar
sejarahnya adalah kerelaan Nabi Ibrahim Khalilullah menyembelih anaknya sendiri
semata menuruti perintah Allah, yang ternyata perintah itu tidak lain hanyalah
ujian kekuatan iman. Sementara bagi kita, syariat berkurban juga sangat terkait
dengan sekian banyak nikmat Allah yang tercurah.
Kepada Rasulullah Saw
Muhammad Saw, Allah berfirman:
إنِاَّ أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ
وَانْحَرْ.
"Sesungguhnya
Kami telah memberikan al Kautsar kepadamu, maka shalat dan berkurbanlah kamu."QS Al Kautsar:1-2.
Selain bermakna telaga di
surga, ada sekian macam makna al Kautsar, yang di antaranya adalah
bermakna banyak. Ia, sungguh Allah telah memberikan banyak sekali nikmat
kepada Rasulullah Saw; secara fisik beliau manusia yang manusia paling tampan
melebihi ketampanan Nabi Yusuf as, beliau paling kuat karena diberikan kekuatan
sama dengan 40 orang, beliau seorang yang kaya raya, paling luas ilmunya,
paling bertaqwa, paling banyak anak keturunannya, dan yang terbesar adalah
menjadikan Rasulullah Saw sebagai manusia yang paling dicintai dan seorang
utusan yang paling utama.
Karena anugerah-anugerah
inilah kemudian Allah memerintahkan Rasulullah Saw agar melakukan dua hal:
Pertama: “Maka shalatlah
karena Tuhanmu”
Perintah Allah ini dengan
sempurna bisa dilaksanakan oleh Rasulullah Saw. Beliau senantiasa menjalankan shalat lima
waktu di masjid bersama para sahabat kecuali jika ada udzur sakit atau sedang
bepergian. Beliau juga sangat suka menjalankan shalat-shalat sunnah. Shalat
bagi beliau adalah penyejuk hati sehingga setiap kali ada masalah maka beliau
bersegera menjalankan shalat. Dikisahkan bahwa kaki beliau bengkak karena saking
lamanya berdiri dalam shalat. Ketika ditanya mengapa harus melakukan hal
seperti ini, maka beliau menjawab:
أَفَلَا أَكُوْنُ عَبْدًا شَكُوْرًا
“Bukankah seharusnya aku menjadi seorang hamba yang banyak
bersyukur?!”
Artinya Rasulullah Saw
adalah manusia yang paling banyak beribadah kepada Allah. Meski demikian
halnya, beliau tetap saja merasa kurang dalam beribadah sehingga mengadu kepada
Allah:
سُبْحَانَكَ مَا عَبَدْنَاكَ حَقَّ عِبَادَتِكَ , لَا
أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَي نَفْسِكَ
“(Ya Allah) Maha Suci Engkau, kami tidak bisa menyembahMu dengan
sebenar-benarnya pengabdian kepadaMu. Saya tidak bisa menghitung pujian
kepadaMu seperti Engkau memuji kepada diriMu sendiri”
Kedua: Allah memerintahkan Rasulullah Saw: “dan
berkurbanlah”
Maka Rasulullah Saw juga
berkurban. Disebutkan bahwa pada haji wada’, Rasulullah Saw berkurban
hingga 63 ekor unta.
Ma’asyirol Muslimin,Hafizhakumullah
Jika Rasulullah Saw telah
mendapatkan anugerah seperti di atas, maka demikian halnya dengan kita. Meski
tidak sebanyak yang diterima oleh Rasulullah Saw, tetap saja nikmat-nikmat
Allah yang tercurah kepada kita banyak sekali sehingga Allah menyatakan bahwa
jika mencoba menghitung nikmat-nikmatNya niscaya kita tidak akan mampu. Allah
Tuhan Sang Pencipta telah memberikan sekian banyak nikmat dan anugerah yang
tidak terhingga. Ke manapun melangkah, maka di sanalah kaki kita berpijak di
bumi Allah. Di manapun berada maka di sanalah kita berteduh di bawah langit
Allah azza wa jalla. Tak seteguk air atau sesuap makanan yang memasuki
mulut dan perut kita kecuali itu adalah curahan nikmat Allah. Dan yang
terpenting, lingkungan kita aman, tubuh kita sehat dan kita pun bisa menikmati
makanan atau minuman sesuai dengan selera. Kondisi seperti ini dalam standar
Rasulullah Saw adalah sebuah anugerah besar yang merupakan pilar-pilar utama
kenikmatan duniawi. Beliau bersabda:
مَنْ
أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوْتُ
يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيْزَتْ لَهُ الدُّنْيَا بِحَذَافِيْرِهَا
“Barang siapa dari kalian aman berada di rumahnya, sehat
tubuhnya dan di sisinya ada makanan untuk hari itu maka sungguh seakan dunia
dan seisinya diperolehkan kepadanya” (HR Turmudzi no:2346)
Ma’asyirol Muslimin,Hafizhakumullah
Jika Rasulullah Saw
diwajibkan oleh Allah supaya shalat dan berkurban sebagai bentuk rasa syukur
atau nikmat-nikmatNya, maka demikian halnya pula dengan kita.
Kita wajib mendirikan
shalat lima dengan ketentuan:
- Menjalankan shalat tepat waktu. Jangan sampai kita sengaja melewatkan shalat dari waktunya, karena Rasulullah Saw telah memberikan gambaran beratnya dosa dan siksaan seseorang yang dengan sengaja meninggalkan shalat wajib, meski hanya sekali. Beliau bersabda:
مَنْ فَاتَتْهُ الْعَصْرُ فَكَأَنَّمَا وُتِرَ مَالَهُ
وَأَهْلَهُ
“Barang
siapa melewatkan shalat ashar dengan sengaja maka sungguh ia seakan kehilangan
keluarga dan harta bendanya” (HR Muslim no:626)
- Menyepurnakan syarat, rukun dan adab-adab shalat. Dan khusus bagi kaum lelaki, maka menjalankan shalat lima waktu di masjid secara berjamaah, karena shalat berjamaah sangat berguna membantu kesuksesan hidup di dunia maupun di akhirat. Di dunia, seseorang yang membiasakan shalat berjamaah di masjid, akan mendapatkan kesehatan, keluasan rizki, ketentraman hidup serta meraih derajat tinggi dalam komunitasnya. Sedang di akhirat, in syaa Allah akan diselamatkan dari api neraka serta ditinggikan derajatnya di surga.
Keuntungan shalat berjamaah di masjid tersebut, karena
dengan membiasakan diri shalat lima waktu di masjid, seseorang benar-benar
membuktikan diri sebagai pemilik hati yang beriman kepada Allah dan hari akhir.
Rasulullah Saw bersabda:
إِذَا رَأَيْتُمُ الرَّجُلَ يَعْتَادُ الْمَسْجِدَ
فَاشْهَدُوْا لَهُ بِالْإِيْمَانِ
“Jika kamu
melihat seseorang membiasakan dirinya akrab dengan masjid maka saksikanlah oleh
kalian bahwa orang tersebut benar-benar memiliki keimanan” (HR Turmudzi. Kitab
al Iman Bab Maa Jaa’a fi Hurmatis shalat)
Ma’asyirol Muslimin,Hafizhakumullah
Selanjutnya pada hari
raya Idul Adha seperti saat ini, bagi orang yang mampu, maka menurut imam Abu
Hanifah hukumnya wajib untuk menyembelih hewan kurban. Terlepas bagi yang mampu
atau kurang mampu, semua umat islam sangat dianjurkan agar menyisihkan sebagian
pendapatan untuk membeli hewan kurban, karena selain bisa menyenangkan orang
lain dan menciptakan keharmonisan dalam masyarakat, ibadah ini juga memiliki
manfaat sangat luar biasa bagi pribadi yang berkurban.
Pertama: sebagai ibadah
yang paling dicintai oleh Allah. Rasulullah Saw bersabda:
مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ
إِلَى اللهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ ...
“Anak Adam tidak
melakukan amal pada hari korban lebih dicintai oleh Allah daripada mengalirkan
darah (Hewan kurban)..." (HR Turmudzi/1526).
Kedua: Memiliki pahala
yang tidak terhitung sebagaimana Rasulullah Saw mengabarkan:
لِصَاحِبِهَا بِكُلِّ شَعْرَةٍ حَسَنَةٌ
“Bagi pemilik hewan kurban ada satu nilai kebaikan sebagai
pahala sehelai bulu hewan kurbannya”(HR Turmudzi)
Ketiga: Sebagai
tameng neraka bagi orang yang berkurban. Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ ضَحَّي طَيِّبَةً بِهَا نَفْسُهُ مُحْتَسِبًا
لِأُضْحِيَّتِهِ كَانَتْ لَهُ حِجَابًا مِنَ النَّارِ
“Barang siapa berkurban dengan hati yang lega dan tulus mencari
pahala Allah bagi kurbannya, maka kurban itu akan menjadi benteng neraka
baginya” (HR Thabarani. Lihat al Matjar ar rabih
hadits no:888)
Selain menyembelih hewan
kurban pada hari raya idul adha, perintah berkurban juga memiliki makna
agar dalam kehidupan ini kita juga berusaha mendapatkan pahala dari Allah
dengan cara berbuat baik kepada sesama makhluk Allah. Tidak terbatas berbuat
baik kepada sesama manusia, bahkan kepada hewan pun kita diperintahkan untuk
berbuat baik. Kisah seorang pelacur yang mendapatkan ampunan Allah karena belas
kasihnya berusaha memberi minum anjing yang kehausan, dan sebaliknya seorang
wanita beriman yang masuk neraka karena menyiksa kucing. Dua kisah ini
memberikan semangat bagi kita untuk terus berusaha berkurban dengan ilmu, harta,
jabatan, waktu, tenaga, dan dan segala yang kita miliki untuk memberikan
kesenangan kepada sesama dan sebisa mungkin untuk tidak menyengsarakan atau
menyakiti orang lain.
AllahuAkbar3xWalillahilHamd
Ma’asyirol Muslimin, Hafizhakumullah
Akhirnya semoga kita senatiasa
mendapatkan pertolongan Allah agar bisa menjadi termasuk para hambaNya yang
setia, pandai bersyukur dan bisa menjalankan semua perintah secara baik,
sempurna dan ikhlash karena Allah. Semoga semua nikmat-nikmat Allah yang jelas
maupun yang samar bisa kita gunakan sebaik-baiknya untuk beribadah mengabdi dan
mendekat kepadaNya. Jika hal ini tidak kita lakukan, maka sangat mungkin,
keamanan akan dirubah Allah menjadi kekacauan, kesehatan akan diusir oleh
penyakit dan kelancaran rizki akan berubah menjadi sulitnya mencari
penghidupan. Nauzdzu billah min dzalik. Imam Ibnu
Atho’ilah dalam al Hikam memberikan peringatan:
مَنْ لَمْ يُقْبِلْ عَلَى اللهِ بِمُلَاطَفَاتِ
إِحْسَانِهِ قَيَّدَ إِلَيْهِ بِسَلَاسِلِ امْتِحَانِهِ
Barang siapa yang tidak serius
menghadap kepada Allah dengan kelembutan-kelembutan kebaikanNya, nicaya Allah
akan mengikat dan menariknya menuju kepadaNya dengan rantai-rantai ujian dan cobaan
ألله أكبر ألله أكبر ألله أكبر ولله الحمد . بَارَكَ الله
ُلِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنضفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ
مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنَّا تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ
هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ .