Rosululloh saw bersabda:
لَآهِجْرَة َبَعْدَ
الْفَتْحِ وَلَكِنْ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ (رواه البخارى)
Tidak ada
hijrah setelah terbukanya kota Makkah,tetapi (hijrah yang ada) ialah jihad dan
niat (HR.Bukhori)
Hijrah Rosululloh saw
bersama sahabat dari Makkah ke Madinah merupakan peristiwa monumental dalam
sejarah Islam.Hijrah menjadi titik tolak terbentuknya daulah Islam yang pertama
di muka bumi.Hijrah merupakan deklarasi berdirinya Negara Islam di bawah
pimpinan baginda Nabi Muhammad saw.Hijrah menjadi awal kelapangan yang
dijanjkan Oleh Alloh bagi kaum muslimin.Peristiwa akbar ini mempersembahkan
segenap potensi keimanan para pelakunya.Dari tenaga,harta,keluarga hingga darah
yang tidak ada bandingannya hingga kini.Kholifah Umar bin Khotthob karenanya
menjadikan hijrah sebagai pangkal dimulainya penanggalah hijrah sebagai
kalender Islam.
Hadis shohih di muka
menyatakan bahwa hijrah berhukum wajib yang bersejarah itu telah berakhir
dengan dibukanya kota Makkah.Akan tetapi,hijrah dalam bentuk jihad dan niat
akan tetap lestari sepanjang masa.Jihad untuk menyebarluaskan syiar agama. Niat
yang tulus untuk menuntut ilmu,niat membatasi keinginan hawa nafsu,niat yang kokoh
untuk mengangkat kehidupan ummat dan sebagainya merupakan bagian dari hijrah.Hijrah
dalam bentuk jihad dan niat inilah pola hijrah yang harus kita tumbuh
kembangkan melalui wadah jamaah ini.
Ketika pertama tiba di kota
Madinah,beliau Rosululloh saw meletakkan asas-asas penting bagi berdirinya
Negara Islam dan masyarakat muslim.Diantara asas itu adalah membangun masjid
dan ta’aakhi
(mempersaudarakan sesama kaum muslimin)
Masjid merupakan asas utama
dan terpenting bagi pembentukan masyarakat muslim.Masyarakat muslim tidak akan
terbentuk secara kokoh dan rapi kecuali dengan komitmen terhadap tatanan aqidah
Islam.Dan hal ini dapat ditumbuhkan melalui semangat masjid.Di rumah-rumah
Alloh swt ini berkali-kali kaum muslimin bertemu.Mereka menata shof yang rapi
ketika menghambakan diri kepada Alloh swt.Mereka mengikatkan diri kepada satu hukum
Alloh swt.Mereka juga merajut kebersamaan.Perbedaan-perbedaan
pangkat,kedudukan,kekayaan,status dan atribut social lainnya
terhapuskan.Egoisme dan keangkuhan yang bersemayam pada diri masing-masing
tertundukkan.Dengan semangat masjid terciptalah persaudaraan antar mereka yang
selanjutnya menumbuhkan solidaritas dan kekuatan.
Atas dasar ini,setiap
anggota jamah dakwah hendaknya bergaul secara akrab dengan masjid,khususnya masjid
di wilayahnya masing-masing.Rumah Alloh ini tidak boleh dijauhi dan
disia-siakan.Dengan aktif dimasjid akan banyak hal yang bisa dilakukan
,uatamanya terkait dengan dakwah bil hal.Di
masjid dakwah akan efektif dan optimal.
Rosululloh saw menjamin bahwa
orang yang selalu akrab dengan masjid pasti memiliki rasa keimanan.Sabda
Rosululloh yang diceritakan dari Sahabat Abu Said Al Khudri menyatakan:
اِذَارَاَيْتُمُ الرَّجُلَ يَعْتَادُ
الْمَسَاجِدَ فَا شْهَدُوْا لَهُ بِالْاِيْمَانِ، قَالَ اللهُ عَزّ وَجَلّ: $yJ¯RÎ) ãßJ÷èt yÉf»|¡tB «!$# ô`tB ÆtB#uä «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ÌÅzFy$# t - رواه
الترمذى
Jika kamu melihat seseorang
membiasakan diri pada masjid maka persaksikanlah bahwa dia memiliki keimanan.Alloh azza wajalla berfirman:“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian,” (QS At Taubah: 18) HR Tirmidzi.
Selain
membangun masjid,asas penting lain yang diletakkan Rosululloh saw pertama
setibanya di Madinah adalah ta’aakhi,yakni membuat persaudaraan
antara kaum muhajirin dan kaum Anshor,setelah ta’aakhi pertama,yaitu
mempersaudarakan antar kaum muhaajirin di Makkah.
Sahabat Abdulloh bin Salam menceritakan ketika
baru tiba di Madinah Rosululloh saw disambut semarak oleh kaum muslimin.Mereka
berebutan mendekati beliau.Dan petuah yang beliau sampaikan pertama pada waktu
itu,sebagaimana didengar oleh Abdulloh bin Salam adalah:
يَااَيُّهاَ النَّاسُ اَفْشُوْا
السَّلاَمَ، وَاَطْعِمُواالطّعَامَ، وَصِلُواالْاَرْحَامَ، وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ،
تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِالسَّلَامِ
- رواه
الترمذى
Wahai
segenap manusia,tebarkanlah salam,berikanlah makanan,jalinlah kekerabatan dan
sholatlah (di malam hari) kala manusia tidur.Niscaya kalian akan masuk surga
dengan sentosa. (HR Tirmidzi)
Ungkapan
beliau pertama di Madinah ini memiliki makna penting bagi tegaknya
prinsip-prinsip ta’aakhi.Seruan menebarkan salam,memberikan makanan,dan
menjalin kekerabatan merupakan unsur-unsur perekat persatuan.Hal-hal itu
diyakini dapat menghilangkan egoisme dan keangkuhan.Mendekatkan jarak
perbedaan.Menjalin komunikasi.Meredam tersebarnya bibit permusuhan dan
kebencian.Sedang sholat malam berfaidah menjernihkan hati,menanggalkan egoisme
dan keangkuhan.Hati yang bening akan mudah disatukan.Adapaun hati yang kotor akan sulit bahkan mustahil dipertautkan.Hati
yang kotor nan keras merupakan kendala berjamaah.
Dengan
tegaknya asas ini,kaum muslimin yang asalanya bercerai-berai dengan sekian
banyak fanatisme kelompok dan kesukuan seperti Aus dan Khozroj,petani dan
politikus,serta pedagang dan bangsawan terajut dalam bingkai persatuan dalam
satu keluarga besar yang penuh dengan solidaritas.Hal ini didukung karena pada
diri mereka telah tertanamkan terlebih dahulu keimanan yang mendalam,jihad yang
sungguh-sungguh,serta niat yang tulus dan lurus.Tidak ada kepentingan
individual yang menonjol kecuali kepentinagn dakwah dan mengangkat Islam secara
bersama-sama dengan lega hati.Fenomena ini direkam oleh Al Quran:
Dan
ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena
nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; QS Ali Imron 103
Negara
manapun tidak akan tegak tanpa kesatuan dan dukungan ummatnya.Sedang kesatuan
dan dukungan tidak akan lahir tanpa adanaya saling bersaudara dan saling
mencintai.Setiap jamaah yang tidak disatukan oleh ikatan kasih sayang dan
persaudaraan yang sebenarnya tidak akan mungkin dapat bersatu pada suatu prinsip.Selama persatuan yang sebenarnya tidak terwujudkan dalam suatu ummat
atau jamaah,maka selama itu pula tidak akan mungkin terbentuk sebuah Negara
atau jamaah yang kokoh.
Persaudaraan haruslah didahului oleh akidah yang menjadi ideologi
dan faktor pemersatu.Persaudaraan antara
dua orang yang berbeda akidah dan pemikiran adalah mimpi dan khayalan.Apalagi
bila akidah atau pemikiran itu melahirkan
perilaku tertentu dalam kehidupan nyata.
Dalam melihat
peristiwa hijrah kita melihat kepiawaian Rosululloh saw.Beliau menjadikan
aqidah Islamiyah yang bersumber dari Alloh swt sebagai asas persaudaraan yang
menghimpun hari para sahabatnya dan menempatkan semua manusia dalam satu
barisan ubudiyah kepada-Nya tanpa perbedaan apapaun kecuali ketaqwaan dan amal
sholeh.Persaudaraan,saling tolong menolong,dan saling mengutamakan tidak
mungkin dapat berkembang diantara orang-orang yang dipecah belah oleh
akidah,pemikiran dan kepentingan yang beraneka ragam.Fakta yang dominan terjadi
justru adalah sikap memperturutkan egoisme dan hawa nafsunya sendiri-sendiri.
Setelah
masjid,agaknya asas ini mendesak untuk diresapi oleh anggota jamaah.Antar
jamaah hendaklnya menampakkan kasih sayang yang sesungguhnya.Satu jamaah
dituntut memperlakukan jamaah lain sebagai saudaranya.Dengan begitu,jamaah akan
bergerak kuat.Keadilan dan kesentosaan akan meliputi segenap anggotanya.Dalam
hal ini hanya bisa dicapai ketika faktor akidah dan hati dikedepankan.Niat yang
lurus diutamakan.Jauh dari kepentingan dan motivasi individual.Karena bila kepentingan dan motivasi
individual dikedepankan maka sampai kapanpun tegaknya jamaah yang ideal tidak
akan terjadi.
Ibarat
penumpang disatu gerbong kereta api.Mereka kelihatan bersatu dalam satu
gerbong.Tapi sesungguhnya mereka bercerai-berai karena masing-masing memiliki
kepentingan-kepentingan individu dengan segala egoisme dan keangkuhannya.Mereka
hakikatnya tidak berjamaah namun sekedar bergerombol.
Bila kita
telah diikat oleh satu sistem berjamaah
dan didalamnya kita justru memilih bercerai-berai ,menampakkan
permusuhan dan kebencian,serta mengedepankan egoisme dan kengkuhan,hal ini
jangan-jangan merupakan sikap kita menukar nikmat Alloh dengan niqmat atau adzab-Nya.Karena
ukhuwwah adalah nikmat sedang berpecah belah adalah adzab.Kita telah memilih
berpindah dari satu keberkahan kepada kemungkaran yang tidak ada baiknya sama
sekali.
Tujuan kita
menegaakan daulah Islamiyah bersama dengan bangkitnya ummat Islam melaksanakan
ajaran agamanya dengan trjadinya
perceraian itu dengan demikian akan semakin sulit dicapai,bahkan terancam gagal.Ibarat
serombongan penumpang menyeberang dari Tanjung Perak ke Pulau Madura dengan
kapal Feri.Tujuan sampai ke pulau Madura tidak akan tercapai karena feri itu
ternyata telah pecah sedari awal berangkatnya akibat keretakan yang terjadi di
dalamnya.Na’udzubillah.
Maka,keretakan
harus kita rajut.Yang terserak harus kita kumpulkan.Yang tercecer harus kita
wadahi.Masing-masing dengan mengedepankan hati nurani yang bening.Pada saat
yang sama,kita efektifkan dan optimalkan dakwah melalui jalur masjid sebagai
manifestasi menteladani semangat hijrah Rosululloh saw.