Oleh KH M Ihya Ulumiddin
بسم الله الرحمن الرحيم
Alloh tabaroka wata’ala berfirman:
[Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh. Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka...]QS al Hajj:27-28.
Tuanku sekaligus orang tuaku Abuya al Habib Muhammad bin Alawi al Maliki al Hasani dalam bukunya Fi Rihab al Bait al Harom cetakan pertama tahun 1399 H/1979 M mengatakan:
Dalam sekolah haji seorang muslim mendapatkan faedah sekian banyak hal-hal positif berupa akhlak yang baik dan nilai-nilai kemanusian yang tinggi di mana ia bisa mempelajari dan mempraktekkannya. Hal demikian karena sesungguhnya ia mengetahui bahwa dosanya tidak akan pernah diampuni, celanya tidak akan pernah bisa tertutupi, kesalahan-kesalahannya tidak akan bisa terhapus, amalnya tidak akan diterima, dosa-dosanya tidak akan keluar seperti saat ia dilahirkan ibunya dan ia tidak akan menjadi termasuk ahli surga kecuali jika hajinya mabrur. Hajinya tidak akan mabrur kecuali jika ia berhaji lalu tidak berkata kotor dan tidak pula berbuat fasiq.
Adalah dimaklumi bahwa orang yang berakal tidak rela menanggung beban beratnya bepergian, beratnya kelelahan, perjalanan dan pembiayaan, kemudian ia kembali dengan tangan hampa tidak memiliki apapun, kosong dari membawa hasil dan bonus pekerjaan-pekerjaan (yang telah dilakukan).
Jika ia mengetahui bahwa hasil dan bonus itu tidak bisa diperoleh kecuali dengan akhlaq yang diridhoi dan adab-adab syariat maka pasti ia akan memantapkan dirinya guna berlatih agar bisa mempraktekkan akhlaq dan adab tersebut.
Dan sesudah itu, ia akan tampil dalam kondisi diri yang telah terlatih serta telah merias, menghias dan memahkotai dirinya dengan mahkota akhlaq. Selanjutnya ia akan menjauhi caci maki, saling mencela, menghina, kata-kata kotor, melaknat, dan menuduh salah serta hal-hal selain tersebut yang bukan termasuk sifat seorang mukmin yang kesemuanya menjadi sebab kebencian dan jalan terbukanya fitnah-fitnah dan bencana. Dan sekaligus menjadi sebab terjadinya saling membenci dan saling menjauhi.
Ia juga akan selalu menjaga persaudaraan islam yang menuntut seorang muslim agar berbelas kasih, menyayangi, membantu dan menyantuni saudara-saudara kaum muslimin. Juga menuntut darinya agar bersikap toleran yang termasuk di antara sifat-sifat terpuji yang paling kuat memunculkan efek positif, paling banyak memberikan faedah, dan paling dominan dalam membiasakan bersikap baik karena sikap toleran ini bisa mempertautkan hati serta mendekatkan jiwa karena sesungguhnya ia (sikap toleran) adalah buah mulia dari perpaduan beberapa akhlaq mulia seperti sikap bijak, sabar, memaafkan di saat mampu membalas, tawadhu’, dan dermawan.
Demikianlah, dalam haji seorang muslim menjalani kehidupan di sekolah ini yang di sana ia menerima berbagai macam pelajaran baik ilmu maupun praktek, serta berbagai jenis latihan-latihan ruhiyyah dan akhlaq.
= والله يتولَّى الجميع برعايته =
مَنْهَجُ اْلأَخْلاَقِ فِى مَدْرَسَةِ الْحَجِّ
قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: [وَأَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالاً وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ لِيَشْهَدُوْا مَنَافِعَ لَهُمْ _ الأية]الحج:27-28 .
قَالَ سَيِّدِي الْوَالِدُ أَبُوْيَ الْحَبِيْبُ مَحَمَّدٌ بْنُ عَلَوِى الْمَالِكِى الْحَسَنِى فِى كِتَابِهِ : فِى رِحَابِ الْبَيْتِ الْحَرَامِ الطَّبْعَةُ اْلأُوْلَى سَنَةَ 1399 هـ/1979 م ص 27:
يَسْتَفِيْدُ الْمُسْلِمُ فِى مَدْرَسَةِ الْحَجِّ خِصَالاً كَثِيْرَةً مِنَ الْأَخْلاَقِ الْحَسَنَةِ وَالْآدَابِ اْلإِنْسَانِيَّةِ الرَّاقِيَةِ يَتَعَلَّمُهَا وَيَتَدَرَّبُ عَلَيْهَا وَذَلِكَ لِأَنَّهُ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَنْ يُغْفَرَ لَهُ ذَنْبُهُ وَلَنْ يُسْتَرَ عَيْبُهُ وَلَنْ تُنْمَحَى خَطَايَاهُ وَلَنْ يُقْبَلَ عَمَلُهُ وَلَنْ يَخْرُجَ ذُنُوْبُهُ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ وَلَنْ يَكُوْنَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَكُوْنَ حَجُّهُ مَبْرُوْرًا وَلاَ يَكُوْنُ حَجُّهُ مَبْرُوْرًا إِلَّا إِذَا حَجَّ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ .
وَمَعْلُوْمٌ أَنَّ الْعَاقِلَ لاَ يَرْضَى أَنْ يَتَكَبَّدَ مَشَاقَّ السَّفَرِ وَالتَّعَبِ وَالرِّحْلَةِ وَاْلإِنْفَاقِ ثُمَّ يَرْجِعُ بِخُفَّى حُنَيْنٍ فَقِيْرًا خَالِيًا مِنْ هَذِهِ الْمَكَاسِبِ وَالْمَغَانِمِ . فَإِذَا عَلِمَ أَنَّ هَذِهِ الْمَكَاسِبَ وَالْمَغَانِمَ لاَ تُنَالُ إِلاَّ بِالْأَخْلاَقِ الْمَرْضِيَّةِ وَالْآدَابِ الشَّرْعِيَّةِ فَإِنَّهُ يُلْزِمُ نَفْسَهُ بِهَا وَيُدَرِّبُهَا وَيُمَرِّنُهَا عَلَيْهَا وَيَخْرُجُ بَعْدَ ذَلِكَ وَقَدْ رَاضَ نَفْسَهُ وَتَوَّجَهَا بِتَاجِ اْلأَخْلاَقِ وَزَيَّـــنَهَا وَحَلاَّهَا بِذَلِكَ فَيَتَجَنَّبُ السِّبَابَ وَالْمُشَاتَـمَةَ وَالسُّخْرِيَّةَ وَفُحْشَ التَّعْبِيْرِ وَاللَّعْنَ وَالطَّعْنَ وَأَمْثَالَ هَذِهِ الْأُمُوْرِ الَّتِى لَيْسَتْ هِيَ مِنْ صِفَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالَّتِى هِيَ سَبَبُ الْبَغْضَاءِ وَوَسِيْلَةُ الْفِتَنِ وَالْبَلاَءِ , وَبِهَا يَقَعُ التَّشَاحُنُ وَالتَّنَافُرُ وَالتَّبَاغُضُ .
وَيُرَاعِى أُخُوَّةَ اْلإِسْلاَمِ الَّتِى تَطْلُبُ مِنَ الْمُسْلِمِ الْعَطْفَ وَالرَّحْمَةَ وَالْمُسَاعَدَةَ وَالْمُوَاسَاةَ لِإِخْوَانِهِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالَّتِى تَطْلُبُ مِنْهُ التَّسَامُحَ الَّذِى هُوَ أَيْمَنُ الصِّفَاتِ الْحَمِيْدَةِ أَثَرًا وَأَجْزَلُهَا فَائِدَةً وَأَعْوَدُهَا بِالْخَيْرِ يُؤَلِّفُ الْقُلُوْبَ وَيُقَرِّبُ النُّفُوْسَ وَالَّذِى هُوَ ثَمْرَةٌ جَلِيْلَةٌ لِمَجْمُوْعِ طَائِفَةٍ مِنَ اْلأَخْلاَقِ الْكَرِيْمَةِ مِنْهَا الْحِلْمُ وَالصَّبْرُ وَالْعَفْوُ عِنْدَ الْمَقْدِرَةِ وَالتَّوَاضُعُ وَالسَّخَاءُ .
وَهَكَذَا يَعِيْشُ الْمُسْلِمُ فِى الْحَجِّ فِى هَذِهِ الْمَدْرَسَةِ الَّتِى يَتَلَقَّى فِيْهَا أَنْوَاعًا مُخْتَلِفَةً مِنَ الدُّرُوْسِ الْعِلْمِيَّةِ وَضُرُوْبًا مُتَـنَوِّعَةً مِنْ أَنْوَاعِ الرِّيَاضَاتِ الرُّوْحِيَّةِ وَالْأَخْلاَقِيَّةِ .إهـ
= والله يتولَّى الجميع برعايته =