Puasa Ramadan dan Buah-buah Takwa
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا
كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana puasa itu diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa.
Makna dan Penjelasan Ayat
Sikap bertakwa
kepada Allah swt memiliki sekian banyak tingkatan. Namun bila
dikelompokkan, tingkatan itu bisa dibagi menjadi tiga. Pertama,
tingkatan takwa tertinggi (maksimal), yaitu “bertakwa dengan
sebenar-benarnya” yang hanya bisa dicapai oleh para nabi, syuhada, dan
orang-orang shaleh. Kedua, tingkatan terendah (minimal), yang tersirat
dari ungkapan: “jangan sekali-kali mati melainkan dalam keadaan beragama
Islam”. Dalam tingkatan ini seseorang tidak menyisakan takwa kecuali
mati dalam keadaan bertauhid, sekadar berbekal syahadat belaka. Allah
swt berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam. (Q.S. Ali Imran: 102)
Di antara dua tingkatan
itu ada tingkatan takwa ketiga, yang merupakan tingkatan standar, yang
hendaknya diupayakan oleh orang-orang beriman jika tidak mampu mencapai
tingkatan yang tertinggi. Dalam tingkatan standar ini takwa bermakna
menjalankan perintah Allah swt dan menjauhi larangan-Nya. Hal ini
terkait dengan adanya rasa takut, malu, kewaspadaan, kehati-hatian,
disiplin, mawas diri, amanat (tanggung jawab), jujur, dan akhlak mulia
lainnya.
Orang yang bertakwa sebagai buah dari ketaatan dan
kepatuhan menjalankan perintah dan menjauhi larangan akan selalu berkata
benar, kata yang menyejukkan, bertindak jujur dan adil, bertanggung
jawab, sabar, rendah hati, santun, memelihara diri, dermawan, memenuhi
janji, tidak mendendam, berkasih sayang, dan sebagainya.
Berbagai bentuk akhlak mulia itulah indikasi takwa yang bisa terlihat
karena hakikat takwa tempatnya tersembunyi, yaitu di dalam hati nurani
yang tidak tampak kecuali oleh Allah swt. Bukan pada bentuk lahir dan
aksesoris seperti gamis, tasbih, sarung, kopiah, dan sebagainya.
Rasulullah saw sebagaimana diriwayatkan Imam Muslim bersabda: “Attaqwa
hahuna” (takwa itu di sini) seraya menunjuk dadanya tiga kali.
Takwa adalah bekal hidup yang paling istimewa. Karena itu takwa menjadi
nasehat utama yang dipesankan oleh para nabi dan rasul dulu, saat ini,
dan kelak. Allah swt berfirman:
وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِيْنَ أُوْتُوْا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوْا اللهَ
Dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi
kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu: bertakwalah kepada Allah.
(Q.S. An Nisaa’: 131)
Puasa di bulan Ramadhan dalam hal ini
akan bisa mengantar manusia kepada ketakwaan yang lebih baik daripada
sebelumnya. Puasa melatih manusia ikhlas hati, disiplin, mawas diri,
amanat, jujur, bekerja tanpa pamrih, takut, dan malu semata-mata karena
merasa berada dalam pengawasan Allah swt.
Ayat dalam tema di
muka menyebutkan bahwa takwa merupakan target yang hendak dicapai dari
aktivitas puasa, bukan lapar, haus, atau mengekang seks semata, seperti
pada agama-agama lain yang berarti semakin menderita maka nilai puasa
semakin baik. Nabi saw menjelaskan bahwa ada sekian banyak orang
berpuasa tidak memperoleh hasil dari puasanya kecuali lapar dan dahaga.
Hal ini karena dia dalam berpuasa tidak berupaya meningkatkan kadar
ketakwaannya.
Ayat dalam tema tersebut menjelaskan hikmah puasa
yaitu “laallakum tattaqun” (agar bertakwa). Maksud dari hikmah ini
adalah pertama, dengan puasa kita menjadi takut (takwa) menjalankan
kemaksiatan-kemaksiatan. Atau kedua, dengan puasa, kita menjadi
orang-orang yang bertakwa (mencapai derajat atau kedudukan muttaqin).
Makna pertama cocok bagi orang-orang yang menjalankan puasa sedang pada
dirinya telah melekat kemaksiatan. Dengan puasa insya’allah kemaksiatan
yang dahulu dilakukannya menjadi berhenti. Sarana puasa sangat tepat
baginya untuk membakar segala kesalahannya itu apalagi segala perangkat
untuk itu telah disediakan di bulan Ramadhan seperti tarawih, tadarus,
i’tikaf, dan sedekah lengkap dengan suasana yang mendukung di mana setan
dibelenggu dan pintu neraka ditutup. Rasulullah saw bersabda:
الصِّيَامُ جُنَّةٌ – رواه البخارى ومسلم
Puasa itu perisai. (H.R. Bukhari Muslim)
Makna kedua pas bagi orang yang menjalankan puasa sedang kualitas
keimanannya telah stabil. Baginya sarana puasa dimanfaatkan untuk
meningkatkan amaliah sehingga menjadi lebih tinggi. Dari sini dikenal
istilah puasa khusus dan puasa khususul khusus yang khas dilakukan
orang-orang dalam kelas yang tinggi. Puasanya di samping menahan
larangan fisik juga menahan larangan psikis seperti menjaga keikhlasan
hati. Sabda Rasulullah saw:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ – رواه البخارى ومسلم
Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar keimanan dan keikhlasan maka
diampunilah dosanya yang telah lalu. (H.R. Bukhari Muslim)
Pada
ayat tersebut digunakan perangkat kata: “laalla”. Menurut tata bahasa
Arab, kata “laalla” bermakna tarajji yaitu pengharapan (barangkali) yang
mungkin terjadi (optimisme). Namun bila kata “laalla” itu disebutkan di
dalam Al Qur’an dan datangnya dari Allah swt maka dia tidak berarti
pengharapan lagi tetapi berarti kepastian dan kenyataan (hakikat dan
yakin).
Dari sini kalau puasa dijalankan dengan baik dan benar
target takwa pasti bisa dicapai. Kalau target takwa ini bisa diraih,
maka dialah orang yang beruntung jasmani dan rohaninya di dunia maupun
di akhirat. Karena orang yang bertakwa dijanjikan jaminan kemuliaan dan
keistimewaan yang luar biasa. Di antara janji dan jaminan itu adalah:
Pertama, mendapatkan pujian. Firman Allah swt:
وَإِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُوْرِ
Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu
termasuk urusan yang patut diutamakan. (Q.S. Ali Imran: 186)
Kedua, penjagaan dari musuh. Firman Allah swt:
وَإِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا لاَيَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْأً
Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun
tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. (Q.S. Ali Imran: 120)
Ketiga, diberikan jalan keluar dan rizki yang halal tak diduga. Firman Allah swt:
وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَيَحْتَسِبُ
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya
jalan keluar dan memberinya rizki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. (Q.S. Ath Thalaq: 2-3)
Keempat, amal diperbaiki dan dosa diampuni. Allah swt berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً
سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لِكُمْ ذُنُوْبَكُمْ
Hai orang-orang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu
dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. (Q.S. Al Ahzab: 70-71)
Kelima, meraih dua bagian rahmat dan diberikan nur. Allah swt berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ وَآمِنُوْا بِرَسُوْلِهِ
يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيَجْعَلْ لَكُمْ نُوْرًا
تَمْشُوْنَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
Hai orang-orang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah
memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya
yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu.
(Q.S. Al Hadid: 28)
Keenam, diterima amalnya. Firman Allah swt:
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ
Sesungguhnya Allah hanya menerima (pengabdian) dari orang-orang yang bertakwa. (Q.S. Al Maidah: 27)
Ketujuh, meraih kemuliaan. Allah swt berfirman:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertakwa di antara kamu. (Q.S. Al Hujurat: 13)
Kedelapan, diselamatkan dari neraka. Firman Allah swt:
ثُمَّ نُنَجِّى الَّذِيْنَ اتَّقَوْا
Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa. (Q.S. Maryam: 72)
Kesembilan, dicintai dan dikasihi Allah. Di dalam Al Qur’an disebutkan:
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِيْنَ
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. (Q.S. At Taubat: 4)
Kesepuluh, dihilangkan gelisah dan sedihnya di dunia dan akhirat. Allah swt berfirman:
أَلاَ إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللهِ لاَخَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَهُمْ يَحْزَنُوْنَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَكَانُوْا يَتَّقُوْنَ
Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran bagi
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Yaitu orang-orang yang
beriman dan mereka itu bertakwa. (Q.S. Yunus: 62-63)
Kesebelas, diberikan ilmu laduni (perenial, otodidak). Firman Allah swt:
وَاتَّقُوْا اللهَ وَيُعَلِّمْكُمُ اللهُ
Dan bertakwalah kepada Allah niscaya Allah mengajarmu. (Q.S. Al Baqarah: 282).[]
Posted by Unknown
Posted on