Allah tabaraka wa ta’ala:
“Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat sesuai keadaannya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalanNya”QS al Isra’:84.
Ada beberapa makna terkait penafsiran firman Allah (Alaa Syaakilatih) dalam ayat ini:
1. Sesuai titian alamiah atau asal kejadiannya
2. Sesuai niat yang menjadi landasannya
3. Sesuai madzhab yang ia jalankan
4. Sesuai perilaku yang dibiasakan olehnya sejak masa perkembangannya
5. Sesuai jalan yang dipilih oleh dirinya sendiri
Semua makna ini saling berdekatan (saling terkait) dan Allah memberikan balasan kepada setiap orang sesuai amal masing-masing. Allah lebih mengetahui untuk memberikan balasan (pahala) bagi orang yang lebih benar (terarah) jalur, niat, madzhab, perilaku dan jalannya.
Dan karena sesungguhnya kita telah membentuk jamaah ini sejak pertumbuhannya sehingga hari ini dengan fenomena yang ada di dalamnya dari gerakan[5] dan manhaj[6]nya, dengan berkah amal yang berkesinambungan, terus memandu (mengawal) perjalanannya, saling memberikan kepercayaan di antara individu anggota jamaah maka jamaah yang pada mulanya adalah benih yang ditanam kini telah berubah menjadi sebuah pohon yang berbuah karena anugerah dan pertolongan Allah. Allah berfirman: “Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan “QS Yunus:58.
Kita bergembira dan menghaturkan pujian kepada Allah atas hal tersebut. Iya, tetapi tidak semua pohon bisa berbuah, maka carilah pohon-pohon yang bisa berbuah. Apakah buahnya? Buahnya adalah amal. Amal sangat identik dengan kehidupan. Karena itulah selama anda sebagai seorang yang masih hidup maka harus menjadi seorang yang terus beramal. Tidak ada yang mendorong untuk beramal seperti dilakukan oleh Islam yang telah menilai sama antara jarum di tangan seorang wanita yang memperbaiki urusan rumahnya dengan pedang di tangan seorang mujahid yang berperang di jalan Allah. Sungguh Islam menilai seorang mukmin yang bekerja sebagai kekasih Allah sebagaimana disabdakan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: “Sesungguhnya Allah ta’ala mencintai seorang hamba mukmin yang bekerja” (HR Thabarani-Baihaqi), “Sesungguhnya Allah ta’ala mencintai jika salah seorang kalian melakukan amal maka ia melakukannya secara profesional”(HR Baihaqi), “Sesungguhnya Allah ta’ala mencintai dari seorang yang bekerja dan ketika bekerja maka ia bekerja dengan sebaik mungkin”(HR Baihaqi)[7].
Dan demi menunaikan hak sesuatu yang memang harus kita syukuri berupa anugerah yang telah dihadiahkan Allah kepada kita maka perlu secara seksama mendengarkan hikmah-hikmah penting berikut ini:
1. Jangan berhenti dari suatu amal oleh karena kamu menganggap tidak lagi membutuhkannya
2. Jika beramal maka jangan menjadi orang yang lambat melakukannya. Dan hendaklah amalmu teratur secara rapi. Kemudian tetapilah kejujuran (shidiq) dan Istiqamah.
3. Amal yang paling utama adalah yang mengumpulkan kecepatan dan profesionalitas
4. Andai bukan karena langkah yang terus terayun dalam fase-fase amalan niscaya segala sesuatu yang terserak tidak pernah akan berubah menjadi sebuah rangkaian-rangkain (yang rapi), dan rahasia-rahasia kehidupan yang tidak diketahui juga tetap tidak pernah bisa terungkap.
5. Sekiranya sudah sampai pada harapan maka teruslah berusaha mencari tambahan. Jangan menghentikan amalan dalam batas tertentu, karena seringkali berhenti menjadi sebab kemunduran, dan seringkali tidak adanya usaha menambah menjadi sebab kemerosotan[8].
Dan kami menutup (tulisan) ini dengan wasiat guru kami Abuya As Sayyid Muhammad bin Alawi al Maliki al Hasani yang pernah mengatakan:
1. Barang siapa melihat (dirinya) telah sampai (wushul) maka sesungguhnya ia telah terputus
2. Barang siapa melihat (dirinya) telah sampai maka sesungguhnya ia belum pernah memulai
3. Kamu senatiasa terus mencari dan mencari
Dan kami memohon kepada Allah agar menyempurnakan amal serta penerimaan ketulusan amal. Amin.
- والله يتولى الجميع برعايته -
[1] توصية غرة نوفمبر 2010 م
[2] توصية غرة ديسمبر 2010 م
[3] الجامع الصغير 1/75
[4] انظر : (النواة فى حقول الحياة) ص 56-57 للشيخ السيد محمد حبيب العبيدى
[5] Taushiah awal Nofember 2010 M
[6] Taushiah awal Desember 2010 M
[7] Al Jami’ as shaghir 1/75
[8] Lihat An nawah fi huqulil hayat hal 56-57 karangan Syekh As Sayyid Muhammad Habib al Ubaidi
بسم الله الرحمن الرحيم
(النَّجَاحُ شَجَرَةٌ ثَمَرُهَا الْعَمَلُ)
قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : (ö@è% @@à2 ã@yJ÷èt 4n?tã ¾ÏmÏFn=Ï.$x© öNä3/tsù ãNn=÷ær& ô`yJÎ/ uqèd 3y÷dr& WxÎ6y ) الإسراء:84. قِيْلَ فِى تَفْسِيْرِ مَعْنَى قَوْلِهِ تَعَالَى (عَلَى شَاكِلَتِهِ) فِى هَذِهِ اْلأيَةِ عَلَى مَعَانٍ مِنْهَا:
1.عَلَى طَرِيْقَتِهِ الَّتِى جُبِلَ عَلَيْهَا أَوْ عَلَى خَلِيْقَتِهِ
2. عَلَى نِيَّـتِهِ الَّتِى بَنَى عَلَيْهَا
3. عَلَى الْمَذْهَبِ الَّذِى سَلَكَ بِهِ
4. عَلَى السِّيْرَةِ الَّتِى اعْتَادَهَا صَاحِبُهَا وَنَشَأَ عَلَيْهَا
5. عَلَى السَّبِيْلِ الَّذِى اخْتَارَهُ لِنَفْسِهِ
وَكُلُّهَا مَعَانٍ مُتَقَارِبَةٌ وَعَلَى عَمَلِ كُلٍّ أَللهُ يُجَازِيْهِ بِحَسَبِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمُجَازَاةِ مَنْ هُوَ أَسَدُّ طَرِيْقَةً وَنِيَّةً وَمَذْهَبًا وَسِيْرَةً وَسَبِيْلاً .
وَعَلَى أَنَّنَا قَدْ شَكَّلْــــنَا هَذِهِ الْجَمَاعَةَ مُنْذُ نَشْأَتِهَا إِلَى الْيَوْمِ بِمَا فِيْهَا مِنْ حَرَكَتِهَا[1] وَمَنْهَجِهَا[2] بِبَركَةِ الْعَمَلِ الْمُتَوَاصِلِ وَمُتَابَعَة ِالسَّيْرِ فِى طَرِيْقَتِهَا وَتَبَادُلِ الثِّقَّةِ بَيْنَ أَعْضَائِهَا فَقَدْ تَحَوَّلَتْ مِنْ كَوْنِهَا بَذْرًا مَغْرُوْسًا إِلَى أَنْ صَارَتْ شَجَرَةً مُثْمِرَةً بِفَضْلِ اللهِ تَعَالَى وَمَنِّهِ وَعَوْنِهِ قَالَ اللهُ تَعَالَى:( ö@è% È@ôÒxÿÎ/ «!$# ¾ÏmÏFuH÷qtÎ/ur y7Ï9ºxÎ7sù (#qãmtøÿuù=sù uqèd ×öyz $£JÏiB tbqãèyJøgs) يونس:58. نَفْرَحُ عَلَى ذَلِكَ وَنَحْمَدُهُ تَعَالَى عَلَيْهِ . نَعَمْ , لَيْسَ كُلُّ شَجَرَةٍ مُثْمِرَةً فَالْتَمِسْ مِنَ اْلأَشْجَارِ ذَوَاتِ اْلأَثْمَارِ وَمَا ثَمَرُهَا؟ ثَمَرُهَا : الْعَمَلُ وَاْلعَمَلُ صِنْوُ الْحَيَاةِ فَكُنْ عَامِلاً إِذَا كُنْتَ حَـــيًّا . وَمَا حَثَّ عَلَى الْعَمَلِ مِثْلُ اْلإِسْلاَمِ فَقَدْ سَاوَى بَيْنَ اْلإِبْرَةِ بِيَدِ الْمَرْأَةِ تُصْلِحُ شَأْنَ بَيْتِهَا وَبَيْنَ سَيْفِ الْمُجَاهِدِ يُقَاتِلُ فِى سَبِيْلِ اللهِ وَقَدْ عَدَّ الْمُؤْمِنَ الْمُحْتَرِفَ حَبِيْبَ اللهِ كَمَا قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : [إِنَّ اللهَ تَعَالَى يُحِبُّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ الْمُحْتَرِفَ] رواه الطبراني والبيهقى . [إِنَّ اللهَ تَعَالَى يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِـنَهُ] رواه البيهقى . [إِنَّ اللهَ تَعَالَى يُحِبُّ مِنَ الْعَامِلِ إِذَا عَمِلَ أَنْ يُحْسِنَ عَمَلَهُ] [3]رواه البيهقى.
وَأَدَاءً لِحَقِّ شَيْءٍ مِمَّا يَجِبُ عَلَيْهِ مِنْ شُكْرِ هَذَا الْفَضْلِ الَّذِى أَتْحَفَنَا اللهُ بِهِ نَسْتَمِعُ إِلَى هَذِهِ الْحِكَمِ الْوَاعِيَةِ كَالتَّالِى:
1. لاَ يُقْعِدَنَّكَ عَنِ الْعَمَلِ اسْتِغْنَاؤُكَ عَنْهُ
2. لاَ تَكُنْ بَطِيْءَ الْعَمَلِ إِذَا كُنْتَ عَامِلاً وَلْيَكُنْ عَمَلُكَ مُنَظَّمًا ثُمَّ عَلَيْكَ بِالصِّدْقِ وَاْلإِسْتِقَامَةِ
3. أَفْضَلُ اْلأَعْمَالِ مَا جَمَعَ بَيْنَ السُّرْعَةِ وَاْلإِتْقَانِ
4. لَوْلاَ السَّيْرُ الْمُتَوَاصِلُ فىِ مَرَاحِلِ الْعَمَلِ لَمَا اسْتَحَالَتِ الْبَسَائِطُ إِلَى مُرَكَّبَاتٍ وَلَبَقِيَ كَثِيْرٌ مِمَّا عُرِفَ مِنْ أَسْرَارِ الْحَيَاةِ مَجْهُوْلاً
5. حَيْثُ بَلَغْتَ فَاسْتَزِدْ وَلاَ تَقِفْ مِنَ الْعَمَلِ عِنْدَ حَدٍّ فَرُبَّمَا جَرَّ الْوُقُوْفُ إِلَى التَّقَهْقُرِ وَرُبَّما جَرَّ عَدَمُ اْلإِسْتِزَادَةِ إِلَى النَّقْصِ [4].
وَنَخْتِمُ بِمَا أَوْصَى بِهِ سَيِّدُنُا الْوَالِدُ أَبُوْيَ الْحَبِيْبُ مُحَمَّدُ بْنُ عَلَوِى الْمَالِكِي الْحَسَنِى قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ حَيْثُ يَقُوْلُ:
1. مَنْ رَأَى أَنَّهُ وَصَلَ فَالْحَقُّ أَنَّهُ انْقَطَعَ
2. مَنْ رَأَى أَنَّهُ انْتَهَى فَالْحَقُّ أَنَّهُ لَمْ يَبْدَأْ
3. مَا زِلْتَ طَالِبًا
وَنَسْأَلُ اللهَ تَعَالَى إِتْمَامَ الْعَمَلِ وَقَبُوْلَ خَالِصِ الْعَمَلِ _ آمِيْنَ .
- والله يتولى الجميع برعايته -
“Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat sesuai keadaannya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalanNya”QS al Isra’:84.
Ada beberapa makna terkait penafsiran firman Allah (Alaa Syaakilatih) dalam ayat ini:
1. Sesuai titian alamiah atau asal kejadiannya
2. Sesuai niat yang menjadi landasannya
3. Sesuai madzhab yang ia jalankan
4. Sesuai perilaku yang dibiasakan olehnya sejak masa perkembangannya
5. Sesuai jalan yang dipilih oleh dirinya sendiri
Semua makna ini saling berdekatan (saling terkait) dan Allah memberikan balasan kepada setiap orang sesuai amal masing-masing. Allah lebih mengetahui untuk memberikan balasan (pahala) bagi orang yang lebih benar (terarah) jalur, niat, madzhab, perilaku dan jalannya.
Dan karena sesungguhnya kita telah membentuk jamaah ini sejak pertumbuhannya sehingga hari ini dengan fenomena yang ada di dalamnya dari gerakan[5] dan manhaj[6]nya, dengan berkah amal yang berkesinambungan, terus memandu (mengawal) perjalanannya, saling memberikan kepercayaan di antara individu anggota jamaah maka jamaah yang pada mulanya adalah benih yang ditanam kini telah berubah menjadi sebuah pohon yang berbuah karena anugerah dan pertolongan Allah. Allah berfirman: “Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan “QS Yunus:58.
Kita bergembira dan menghaturkan pujian kepada Allah atas hal tersebut. Iya, tetapi tidak semua pohon bisa berbuah, maka carilah pohon-pohon yang bisa berbuah. Apakah buahnya? Buahnya adalah amal. Amal sangat identik dengan kehidupan. Karena itulah selama anda sebagai seorang yang masih hidup maka harus menjadi seorang yang terus beramal. Tidak ada yang mendorong untuk beramal seperti dilakukan oleh Islam yang telah menilai sama antara jarum di tangan seorang wanita yang memperbaiki urusan rumahnya dengan pedang di tangan seorang mujahid yang berperang di jalan Allah. Sungguh Islam menilai seorang mukmin yang bekerja sebagai kekasih Allah sebagaimana disabdakan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: “Sesungguhnya Allah ta’ala mencintai seorang hamba mukmin yang bekerja” (HR Thabarani-Baihaqi), “Sesungguhnya Allah ta’ala mencintai jika salah seorang kalian melakukan amal maka ia melakukannya secara profesional”(HR Baihaqi), “Sesungguhnya Allah ta’ala mencintai dari seorang yang bekerja dan ketika bekerja maka ia bekerja dengan sebaik mungkin”(HR Baihaqi)[7].
Dan demi menunaikan hak sesuatu yang memang harus kita syukuri berupa anugerah yang telah dihadiahkan Allah kepada kita maka perlu secara seksama mendengarkan hikmah-hikmah penting berikut ini:
1. Jangan berhenti dari suatu amal oleh karena kamu menganggap tidak lagi membutuhkannya
2. Jika beramal maka jangan menjadi orang yang lambat melakukannya. Dan hendaklah amalmu teratur secara rapi. Kemudian tetapilah kejujuran (shidiq) dan Istiqamah.
3. Amal yang paling utama adalah yang mengumpulkan kecepatan dan profesionalitas
4. Andai bukan karena langkah yang terus terayun dalam fase-fase amalan niscaya segala sesuatu yang terserak tidak pernah akan berubah menjadi sebuah rangkaian-rangkain (yang rapi), dan rahasia-rahasia kehidupan yang tidak diketahui juga tetap tidak pernah bisa terungkap.
5. Sekiranya sudah sampai pada harapan maka teruslah berusaha mencari tambahan. Jangan menghentikan amalan dalam batas tertentu, karena seringkali berhenti menjadi sebab kemunduran, dan seringkali tidak adanya usaha menambah menjadi sebab kemerosotan[8].
Dan kami menutup (tulisan) ini dengan wasiat guru kami Abuya As Sayyid Muhammad bin Alawi al Maliki al Hasani yang pernah mengatakan:
1. Barang siapa melihat (dirinya) telah sampai (wushul) maka sesungguhnya ia telah terputus
2. Barang siapa melihat (dirinya) telah sampai maka sesungguhnya ia belum pernah memulai
3. Kamu senatiasa terus mencari dan mencari
Dan kami memohon kepada Allah agar menyempurnakan amal serta penerimaan ketulusan amal. Amin.
- والله يتولى الجميع برعايته -
[1] توصية غرة نوفمبر 2010 م
[2] توصية غرة ديسمبر 2010 م
[3] الجامع الصغير 1/75
[4] انظر : (النواة فى حقول الحياة) ص 56-57 للشيخ السيد محمد حبيب العبيدى
[5] Taushiah awal Nofember 2010 M
[6] Taushiah awal Desember 2010 M
[7] Al Jami’ as shaghir 1/75
[8] Lihat An nawah fi huqulil hayat hal 56-57 karangan Syekh As Sayyid Muhammad Habib al Ubaidi
بسم الله الرحمن الرحيم
(النَّجَاحُ شَجَرَةٌ ثَمَرُهَا الْعَمَلُ)
قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : (ö@è% @@à2 ã@yJ÷èt 4n?tã ¾ÏmÏFn=Ï.$x© öNä3/tsù ãNn=÷ær& ô`yJÎ/ uqèd 3y÷dr& WxÎ6y ) الإسراء:84. قِيْلَ فِى تَفْسِيْرِ مَعْنَى قَوْلِهِ تَعَالَى (عَلَى شَاكِلَتِهِ) فِى هَذِهِ اْلأيَةِ عَلَى مَعَانٍ مِنْهَا:
1.عَلَى طَرِيْقَتِهِ الَّتِى جُبِلَ عَلَيْهَا أَوْ عَلَى خَلِيْقَتِهِ
2. عَلَى نِيَّـتِهِ الَّتِى بَنَى عَلَيْهَا
3. عَلَى الْمَذْهَبِ الَّذِى سَلَكَ بِهِ
4. عَلَى السِّيْرَةِ الَّتِى اعْتَادَهَا صَاحِبُهَا وَنَشَأَ عَلَيْهَا
5. عَلَى السَّبِيْلِ الَّذِى اخْتَارَهُ لِنَفْسِهِ
وَكُلُّهَا مَعَانٍ مُتَقَارِبَةٌ وَعَلَى عَمَلِ كُلٍّ أَللهُ يُجَازِيْهِ بِحَسَبِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمُجَازَاةِ مَنْ هُوَ أَسَدُّ طَرِيْقَةً وَنِيَّةً وَمَذْهَبًا وَسِيْرَةً وَسَبِيْلاً .
وَعَلَى أَنَّنَا قَدْ شَكَّلْــــنَا هَذِهِ الْجَمَاعَةَ مُنْذُ نَشْأَتِهَا إِلَى الْيَوْمِ بِمَا فِيْهَا مِنْ حَرَكَتِهَا[1] وَمَنْهَجِهَا[2] بِبَركَةِ الْعَمَلِ الْمُتَوَاصِلِ وَمُتَابَعَة ِالسَّيْرِ فِى طَرِيْقَتِهَا وَتَبَادُلِ الثِّقَّةِ بَيْنَ أَعْضَائِهَا فَقَدْ تَحَوَّلَتْ مِنْ كَوْنِهَا بَذْرًا مَغْرُوْسًا إِلَى أَنْ صَارَتْ شَجَرَةً مُثْمِرَةً بِفَضْلِ اللهِ تَعَالَى وَمَنِّهِ وَعَوْنِهِ قَالَ اللهُ تَعَالَى:( ö@è% È@ôÒxÿÎ/ «!$# ¾ÏmÏFuH÷qtÎ/ur y7Ï9ºxÎ7sù (#qãmtøÿuù=sù uqèd ×öyz $£JÏiB tbqãèyJøgs) يونس:58. نَفْرَحُ عَلَى ذَلِكَ وَنَحْمَدُهُ تَعَالَى عَلَيْهِ . نَعَمْ , لَيْسَ كُلُّ شَجَرَةٍ مُثْمِرَةً فَالْتَمِسْ مِنَ اْلأَشْجَارِ ذَوَاتِ اْلأَثْمَارِ وَمَا ثَمَرُهَا؟ ثَمَرُهَا : الْعَمَلُ وَاْلعَمَلُ صِنْوُ الْحَيَاةِ فَكُنْ عَامِلاً إِذَا كُنْتَ حَـــيًّا . وَمَا حَثَّ عَلَى الْعَمَلِ مِثْلُ اْلإِسْلاَمِ فَقَدْ سَاوَى بَيْنَ اْلإِبْرَةِ بِيَدِ الْمَرْأَةِ تُصْلِحُ شَأْنَ بَيْتِهَا وَبَيْنَ سَيْفِ الْمُجَاهِدِ يُقَاتِلُ فِى سَبِيْلِ اللهِ وَقَدْ عَدَّ الْمُؤْمِنَ الْمُحْتَرِفَ حَبِيْبَ اللهِ كَمَا قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : [إِنَّ اللهَ تَعَالَى يُحِبُّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ الْمُحْتَرِفَ] رواه الطبراني والبيهقى . [إِنَّ اللهَ تَعَالَى يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِـنَهُ] رواه البيهقى . [إِنَّ اللهَ تَعَالَى يُحِبُّ مِنَ الْعَامِلِ إِذَا عَمِلَ أَنْ يُحْسِنَ عَمَلَهُ] [3]رواه البيهقى.
وَأَدَاءً لِحَقِّ شَيْءٍ مِمَّا يَجِبُ عَلَيْهِ مِنْ شُكْرِ هَذَا الْفَضْلِ الَّذِى أَتْحَفَنَا اللهُ بِهِ نَسْتَمِعُ إِلَى هَذِهِ الْحِكَمِ الْوَاعِيَةِ كَالتَّالِى:
1. لاَ يُقْعِدَنَّكَ عَنِ الْعَمَلِ اسْتِغْنَاؤُكَ عَنْهُ
2. لاَ تَكُنْ بَطِيْءَ الْعَمَلِ إِذَا كُنْتَ عَامِلاً وَلْيَكُنْ عَمَلُكَ مُنَظَّمًا ثُمَّ عَلَيْكَ بِالصِّدْقِ وَاْلإِسْتِقَامَةِ
3. أَفْضَلُ اْلأَعْمَالِ مَا جَمَعَ بَيْنَ السُّرْعَةِ وَاْلإِتْقَانِ
4. لَوْلاَ السَّيْرُ الْمُتَوَاصِلُ فىِ مَرَاحِلِ الْعَمَلِ لَمَا اسْتَحَالَتِ الْبَسَائِطُ إِلَى مُرَكَّبَاتٍ وَلَبَقِيَ كَثِيْرٌ مِمَّا عُرِفَ مِنْ أَسْرَارِ الْحَيَاةِ مَجْهُوْلاً
5. حَيْثُ بَلَغْتَ فَاسْتَزِدْ وَلاَ تَقِفْ مِنَ الْعَمَلِ عِنْدَ حَدٍّ فَرُبَّمَا جَرَّ الْوُقُوْفُ إِلَى التَّقَهْقُرِ وَرُبَّما جَرَّ عَدَمُ اْلإِسْتِزَادَةِ إِلَى النَّقْصِ [4].
وَنَخْتِمُ بِمَا أَوْصَى بِهِ سَيِّدُنُا الْوَالِدُ أَبُوْيَ الْحَبِيْبُ مُحَمَّدُ بْنُ عَلَوِى الْمَالِكِي الْحَسَنِى قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ حَيْثُ يَقُوْلُ:
1. مَنْ رَأَى أَنَّهُ وَصَلَ فَالْحَقُّ أَنَّهُ انْقَطَعَ
2. مَنْ رَأَى أَنَّهُ انْتَهَى فَالْحَقُّ أَنَّهُ لَمْ يَبْدَأْ
3. مَا زِلْتَ طَالِبًا
وَنَسْأَلُ اللهَ تَعَالَى إِتْمَامَ الْعَمَلِ وَقَبُوْلَ خَالِصِ الْعَمَلِ _ آمِيْنَ .
- والله يتولى الجميع برعايته -