Oleh K.H M Ihya Ulumiddin
Alloh tabaaroka wa ta’ala berfirman:
ãy %
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”.(QS al Baqoroh: 185)
Berkaitan dengan momentum dzikro (peringtan) nuzul al Quran al Karim di bulan Romadlon dari sisi inzal (turun secra global),bukan dari sisi at tanzil (turun secara berangsur-angsur),lepas dari perbedaan pendapat mengenai tanggalnya.Sebagian dari ulama menyatakan tanggal 17 Romadlon dengan mengambil dasar hukum dari firman Alloh ta’alaa:
Ketahuilah, Sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang.Maka Sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil,jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba kami (Muhammad) di hari Furqaan,yaitu di hari bertemunya dua pasukan. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(QS.al-Anfal: 41)
Maksud dari “hari bertemunya dua pasukan” adalah hari terjadinya perang badar yang jatuh pada tanggal 17 Romadlon.Sedang sebagian ulama yang lain,dalam satu riwayat,menyatakan bahwa malam turunnya al Quran adalah malam 24 Romadlon.Perbedaan ini sifatnya lafdzi.
Dengan momentum turunnya Al Quran ini,kita mesti mengambil pelajaran.Tidak sebatas dan menjadikannya sebagai peringatan belaka,karena dalam momentum tersebut terdapat hikmah-hikmah ketuhanan yang dapat kita paparkan sebagai berikut.
Pertama,kehendak untuk memperkenalkan keagungan dan kebesaran al Quran,dalam rangka memberikan kemuliaan kepada kitab suci tersebut,kepada Rosululloh saw yang kitab tersebut diturunkan kepadanya,kepada ummat Islam serta kepada ummat yang mengikutinya.Pada malam itu Alloh ta’alaa menurunkan kepada mereka sekian banyak malaikat,termasuk malaikat yang paling mulia,yatiu malaikat Jibril.Malam diturunkannya Al Quran itu disebut dengan malam Lailatul Qodar.Untuk selanjutnya,malam lailatul qodar ini senantiasa terjadi setiap bulan Romadlon sebagai anugrah bagi ummat ini dan disitu turunlah malaikat-malaikat dengan izin Tuhan mereka.Izin dalam segala hal,untuk memberikan salam penghormatan kepada orang-orang yang mendapatkan lailatul qodar sebagaimana para malaikat itu bergaul dengan para penghuni suga,seperti diceritakan dalam firman Alloh swt:
Dan malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu,
(sambil mengucapkan): "Salamun 'alaikum bima shabartum".Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.(QS.ar Ro’d: 23-24)
“Salam” disini maknanya adalah keselamatan.”Salam digunakan untuk menyebut penghormatan dan pujian penghargaan,yakni kebaikan.Dua makna ini sekaligus terkandung dalam ayat.Keselamatan tentunya mencakup segala kebaikan,karena kebaikan berarti keselamatan dari keburukan dan hal-hal yang menyakitkan.”Salam” juga menyangkup pengampunan,keagungan pahala dan balasan,dikabulkannya doa dsb.
Kedua,memberikan pelajaran kepada kaum muslimin agar mengagungkan hari-hari anugerah keagamaan mereka dengan menghidup-hidupkan peringatannya,dalam rangka menyambut nafahat robbaniyyah (hembusan-hembusan rohmat Tuhan).Disini juga terdapat dasar untuk menyelenggarakan haflah-haflah peringatan.Barangsiapa mempunyai aktifitas menghidupkan peringatan-peringatan ini maka seyogyanya tidak lepas dari ekspos ekspresi kegembiraan/sukacita dengan mengenangnya.Karena Alloh swt berfirman:
“Dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah” (QS Ibrohim:5)
Maka substansi penyelenggaraan peringatan adalah boleh.Hanya saja caranya berbeda-beda,memperhatikan situasi dan kondisi.
Ketiga,Alloh ta’alaa telah memberikan kemuliaan kepada ummat Nabi Muhammad saw ini.Dia menurunkan kitabNya yang merupakan mukjizat sebagai penutup (pamungkas) kitab-kitab yang turun sebelumnya,agar kitab suci ini menjadi undang-undang hidup mereka.Sebagai solusi dan terapi problematika mereka,menjadi balsem yang menyembuhkan penyakit- penyakit mereka serta menjadi kebanggaan dan keagungan mereka atas terpilihnya mereka untuk mengemban risalah tersuci.Alloh swt memberikan mereka kemuliaan berupa turunnya kitab suci sekaligus menisbatkan mereka dengan makhluk yang paling mulia,Muhammad bin Abdillah saw.
Dengan turunnya al Quran,agama yang lurus ini menjadi sempurna.Cahaya yang terang benderang menyinari alam semesta.Hidayah Alloh ta’ala dapat sampai kepada segenap makhluk,kecuali orang-orang yang enggan.Alloh swt berfirman:
Barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.(QS An Nur: 40)
Pada ayat lain Alloh swt berfirman:
Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah (bertahkim kepada Kitabulloh) dan Rasul-Nya, agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang.(QS an Nur: 48)
Serta firmanNya:
Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan".Dan seperti itulah, Telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong.
Wallohu A’lam
15 Romadlon 1427 H – 8 Oktober 2006