Oleh KH M Ihya Ulumiddin
Dengan berpuasa, orang yang berpuasa seyogyanya berusaha mengingat sifat Allah ta’ala bahwa sesungguhnya Dia-lah Dzat Pemberi makan dan tidak butuh pada makanan. Selanjutnya ia berusaha mewujudkan sebagian sifat Allah tersebut dalam dirinya sesuai kadar kemampuannya karena memang puasa hanya dilakukan pada siang hari di mana siang hari adalah tanda isyarat wujud Sang Pencipta. Sedang malam hari merupakan tanda isyarat keberadaan dzat-dzat lain selain Allah sebagaimana disabdakan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: “Sesungguhnya Allah Menciptakan makhlukNya dalam kegelapan. Lalu Dia melemparkan (sebagian) dari cahayaNya atas mereka; maka barang siapa diterpa cahaya tersebut pada hari itu, maka ia mendapatkan petunjuk. Dan barang siapa yang tidak diterpa cahaya tersebut maka ia tersesat” (HR Ahmad Turmudzi Hakim[4]) Allah ta’ala berfirman: “Allah adalah pemberi cahaya langit dan bumi...”QS An Nuur:35.
Jadi dalam berpuasa ada usaha mewujudkan sifat Allah (dalam diri manusia) yang karenanya Allah berfirman: “Puasa adalah milik-Ku dan Aku akan memberikan balasan”HR Bukhari. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya dalam setiap malam dari bulan ramadhan Allah azza wajalla memiliki orang-orang yang terbebaskan (dari neraka) kecuali orang yang berbuka puasa (tanpa udzur) dengan arak”(HR Thabarani[5])
Dalam berpuasa juga terdapat (faedah) meremukkan ambisi-ambisi dan memutuskan sebab-sebab perbudakan dan penghambaan kepada sesuatu selain Allah ta’ala karena sesungguhnya jika manusia senantiasa berada dalam keinginan-keinginan niscaya sesuatu (selain Allah) itu pasti memperbudak, membuatnya menghamba dan membuatnya secara total terputus dari Tuhannya padahal Allah telah menjadikannya sebagai khalifah di bumi yang semestinya ia memiliki (menguasai) segala sesuatu dan bukan (sebaliknya) dimiliki oleh segala sesuatu.Apabila manusia tenggelam dan dimiliki oleh keinginan-keinginan maka sungguh ia telah membalikkan hikmah dengan menjadikan pelaku sebagai obyek, yang tinggi menjadi rendah sebagaimana difirmankan oleh Allah ta’ala: “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? “QS al Furqan:43, dan hawa (nafsu pun) menjadi Tuhan yang dengannya sesuatu (selain Allah) memperbudak manusia.
Sungguh Allah ta’ala telah memberikan bimbingan kepada kita bahwa puasa ramadhan sudah cukup (untuk bisa) memutus semua hal itu jika orang-orang yang berpuasa menjalankan puasa sebagaimana mestinya, yang karena itulah dalam sebuah hadits disebutkan: “Jika jum’at selamat maka hari-hari (lain) selamat. Dan apabila ramadhan selamat niscaya setahun (seluruhnya pun) selamat” (HR Daruquthni dalam as sunan, Ibnu Adiyy dalam al kamil, Abu Nuaim dalam al hilyah, al Baihaqi dalam syuabul iman) [Dha’if[6]], karena mereka telah terputus dari sebab-sebab hawa nafsu yang memperbudak manusia kecuali orang yang dikehendaki oleh Allah.
Seluruh alam berpuasa dinilai dari keberadaan masing-masing yang menahan diri dan terikat untuk tidak keluar dari tugas-tugas yang mengikatnya sehingga anda bisa menyaksikan sesuatu yang berat tetap berada di tempatnya tidak bergeser dan sesuatu yang ringan tidak berpindahr dari posisinya. Bagi alam semesta itu semua adalah berpuasa sesuai kondisinya seperti telah difirmankan Allah: “...kepadaNya_lah segala apa yang ada di langit dan di bumi berserah diri, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan“QS Ali Imran:83.
Karena inilah para ahli makrifat mengatakan:
Esensi puasa adalah mencegah anggota tubuh dari perbuatan-perbuatan yang melanggar (aturan syariat). Andaikan saja amalan-amalan fardhu dijalankan secara sempurna sesuai perintah niscaya di sana (diraih) ridha Allah ta’ala dan derajat tinggi yang karena itulah bagi seorang muslim dianjurkan memperbanyak sunnah-sunnah karena bisa menambal kekurangan fardhu-fardhu dan bisa mengangkat derajat.
=والله يتولى الجميع برعايته=
Rujukan:
- al fathul mubin fi jumlatin min asrariddin. Imam Abdul Wahhab As Sya’rani
- dzikrayat wa munasabat. Li Sayydii al Walid Abuya
[1] الجامع الصغير 1/70
[2] ذكريات ومناسبات ص 170
[3] الجامع الصغير 1/28
[4] Al Jami’ as Shaghir 1/70
[5] Dzikrayat wa munasabat hal 170
[6] Al jami’ as shaghir 1/28
من أسرار الصوم
يَنْبَغِى لِلصَّائِمِ أَنْ يَتَذَكَّرَ بِصَوْمِهِ صِفَةَ اللهِ تَعَالَى وَأَنَّهُ هُوَ الَّذِى يُطْعِمُ وَلاَ يَطْعَمُ فَيَتَّصِفُ بِشَيْءٍ مِنْ تِلْكَ الصِّفَةِ عَلَى قَدْرِ طَاقَتِهِ حَيْثُ إِنَّ الصَّوْمَ لاَ يَكُوْنُ إِلاَّ بِالنَّهَارِ وَالنَّهَارُ آيَةٌ إِلَى وُجُوْدِ الْبَارِى تَعَالَى وَاللَّيْلُ آيَةٌ إِلَى وُجُوْدِ اْلأَغْيَارِ دُوْنَهُ كَمَا قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :(إِنَّ اللهَ خَلَقَ خَلْقَهُ فِى ظُلْمَةٍ فَأَلْقَى عَلَيْهِمْ مِنْ نُوْرِهِ فَمَنْ أَصَابَهُ ذَلِكَ النُّوْرُ يَوْمَئِذٍ اهْتَدَى وَمَنْ أَخْطَأَهُ ضَلَّ) رواه أحمد والترمذى والحاكم .(صحيح[1]) قال الله تعالى: [أَللهُ نُوْرُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ...]النور:35.فَفِى الصَّوْمِ اتِّصَافٌ بِصِفَتِهِ تَعَالَى وَلِهَذَا قَالَ : [الصَّوْمُ لِي وَأَنَا أَجْزِى] رَوَاهُ الْبُخَارِى وَقَالَ: (إِنَّ ِللهِ عَزَّ وَجَلَّ عُتَقَاءَ فِى كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ إِلاَّ رَجُلاً أَفْطَرَ عَلَى خَمْرٍ) رواه الطبرانى[2].
وَفِى الصَّوْمِ كَسْرٌ لِلشَّهَوَاتِ وَقَطْعٌ ِلأَسْبَابِ اْلإِسْتِرْقَاقِ وَالتَّعَبُّدِ لِـلْأَشْيَاءِ غَيْرِ اللهِ تَعَالَى فَإِنَّ ْالإِنْسَانَ لَوْ دَامَ عَلَى أَغْرَاضِهِ َلاسْتَرَقَّـتْهُ اْلأَشْيَاءُ وَاسْتَعْبَدَتْهُ وَقَطَعَتْهُ عَنْ رَبِّهِ كُلَّ الْقَطْعِ مَعَ أَنَّ اللهَ جَعَلَهُ خَلِيْفَةً فِى اْلأَرْضِ بِأَنْ يَكُوْنَ مَالِكًا لِـْلأَشْيَاءِ لاَ أَنْ تَكُوْنَ مَالِكَةً لَهُ فَإِذَا اسْتَغْرَقَ فِى أَغْرَاضِهِ وَمَلَكَتْهُ فَقَدْ قَلَبَ الْحِكْمَةَ وَصَيَّرَ الْفَاعِلَ مَفْعُوْلاً وَاْلأَعْلَى أَسْفَلَ كَمَا قَالَ تَعَالَى : [أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلـهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُوْنُ عَلَيْهِ وَكِيْلاً]الفرقان:43. وَصَارَ الْهَوَى إلـهًا بِهِ اسْتَعْبَدَتِ اْلأَشْيَاءُ الْخَلْقَ .
وَقَدْ أَرْشَدَنَا اللهُ تَعَالَى إِلَى أَنَّ صَوْمَ رَمَضَانَ يُغْنِي فِى قَطْعِ ذَلِكَ كُلِّهِ إِذَا صَامَهُ الصَّائِمُوْنَ كَمَا يَنْبَغِى أَنْ يُصَامَ وَلِذلِكَ وَرَدَ فِى الْحَدِيْثِ (إِذَا سَلِمَتِ الْجُمْعَةُ سَلِمَتِ اْلأَيَّامُ وَإِذَا سَلِمَ رَمَضَانُ سَلِمَتِ السَّنَةُ) رواه الدارقطنى فى السنن وابن عدي فى الكامل وأبو نعيم فى الحلية والبيهقى فى شعب الإيمان (ضعيف[3]) ِلانْقِطَاعِهِمْ عَنْ أَسْبَابِ الْهَوَى الَّتِى اسْتَرَقَّتِ الْخَلْقَ إِلاَّ مَنْ شَاءَ اللهُ .
وَالْكَوْنُ كُلُّهُ يَصُوْمُ بِاعْتِبَارِ كَوْنِهِ يُمْسِكُ وَيَتَقَيَّدُ عَنِ الْخُرُوْجِ عَنْ وَظَائِفِهِ الَّتِى قُيِّدَ بِهَا فَتَرَى الثَّقِيْلَ قَدْ أَمْسَكَ فِى مَقَامِه لاَ يَنْتَقِلُ وَالْخَفِيْفَ لاَ يَصْعَدُ مِنْ مَقَامِهِ وَذَلِكَ صِيَامٌ كُلُّهُ فِى حَقِّ الْكَوْنِ مِمَّا يُنَاسِبُ مَقَامَهُ كَمَا قَالَ تَعَالَى:[وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِى السَّموَاتِ وَاْلأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُوْنَ]آل عمران:83.وَلِذَا قَالَ الْعَارِفُوْنَ : إِنَّمَا الصَّوْمُ الْحَقِيْقِيُّ إِمْسَاكُ الْجَوَارِحِ عَنِ الْمُخَالَفَاتِ فَلَوْ أَنَّ الْفَرَائِضَ أُدِّيَتْ عَلَى الْكَمَالِ حَسَبَ اْلأَمْرِ لَكَانَ فِيْهَا رِضَا اللهِ تَعَالَى وَغَايَةُ الدَّرَجَاتِ وَلِذَلِكَ اسْتُحِبَّ لِلْمُسْلِمِ اْلإِكْثَارُ بِالنَّوَافِلِ ِلأَنَّهَا تَجْبَرُ نَقْصَ الْفَرَائِضِ وَتَرْفَعُ الدَّرَجَاتِ .
=والله يتولى الجميع برعايته=
المرجع:
1_ الفتح المبين فى جملة من أسرار الدين للإمام عبد الوهاب الشعراني
2_ ذكريات ومناسبات لسيدى الوالد أبوي