Suatu hari, pada Agustus 2009, seseorang tampak bersedih atas kematian seniman yang sedang naik daun, musiknya sedang booming di mana-mana, apalagi yang judulnya "Tak Gendong Ke Mana-Mana".
Namun kesedihan itu sedikit
terusik ketika seseorang melihat dan mempertanyakan hal yang sedang disedihkannya itu.
"Kamu sedih ya atas matinya Mbah Surip?" Tanya orang yang baru datang tadi.
"Iya." Jawabnya
"Bagaimanna kamu bersedih atas orang yang hidupnya selalu berkubang dalam dosa, pergaulannya kayak gitu?" Kejar orang tadi.
Sejenak dia terdiam lalu menjawab, "Suatu hari saat Nabi sedang berbincang dengan sahabatnya, tiba-tiba ada serombongan pengusung jenazah lewat, Nabi segera berdiri menghormati jenazah itu. Sementara pada sahabat tetap duduk sambil bilang, "Ya Rasul, itu jenazahnya orang Yahudi." Rasul membalas, "Bukannya dia manusia?". Nah, aku jawab pertanyaanmu, bukankah Mbah Surip juga manusia?"
"Kamu tahu nggak? Mereka itu, para artis itu, seniman itu, semuanya ke Neraka!" Kata orang tadi ketus.
"Hah? A'udzubillah, apakah kamu sudah berani berkata mendahului Allah? Apa kamu tidak tahu Rasul pernah bercerita bahwa konon ada orang bilang: Demi Allah, Allah tidak akan Mengampuni orang itu!" Kemudian Allah Membalas: Siapa yang berani bersumpah mendahului-Ku bahwa aku tidak akan Memaafkan seseorang, maka -ketahui- bahwa Aku telah Mengampuni orang itu dan Aku gugurkan semua pahala amalmu!". Hati-hati dengan kata-katamu yang bisa menggugurkan pahala amalmu sendiri."
"Bagaimana mungkin Allah Mengampuni orang seperti mereka yang sudah tersesat masih menyesatkan lagi?" Masih saja dia bersikukuh.
"Allah Mengampuni siapapun Yang dikehendaki-Nya, Dia Kuasa atas segala sesuatu, Dia Maha Pengampun Penyayang Pengasih, Melakukan apapun yang dikehendaki. Lagipula kamu apa tahu dan apa bersama dia saat dia terbaring sakit? Siapa tahu dia bertaubat yang justru karena taubat itu dosanya diampuni Allah semua. Siapa tahu juga dia diam-diam punya perbuatan baik yang bisa menolongnya di alam baka sana. Kamu tahu kan bagaimana kisah seorang PSK yang dosanya diampuni Allah sebab memberi minum anjing?"
"Ah, kamu ini, sudah, cukup, nanti semua orang bisa saja seenaknya bilang kalau mereka melakukan dosa dan Allah Maha Pengampun."
"Siapa yang bilang kayak gitu, kita mesti membedakan antara interaksi seorang pendosa dengan Tuhannya, dan interaksi seorang pendosa dengan manusia lainnya. Seorang pendosa sudah semestinya mencela dirinya sendiri dan menyesali perbuatannya sepanjang waktu, adapun sikap orang lain terhadap orang yang berbuat dosa adalah mengasihani, mendekati, memberi perhatian agar dia sadar dari salahnya. Bukan malah mencelanya. Seperti halnya Nabi berinteraksi dengan orang-orang yang salah dan banyak dosa, bukankah pernah datang pada beliau seorang pemabuk, lantas ada sahabat yang melaknatnya, apa yang dibilang Nabi? "Jangan melaknat dia, sesungguhnya dia Cinta Allah, Cinta Nabi-Nya". Nah bagaimana Nabi bisa mengklaim bahwa pemabuk itu Cinta Allah, Cinta beliau? Coba renungkan, ambil hikmah dibalik sikap Nabi itu. Jangan hanya mencontoh beliau dalam soal merawat jenggot sama pakai jubah saja, tapi contoh juga bagaimana kasih sayang beliau, akhlak beliau, dan bagaimana cara beliau berinteraksi dengan makhluk Allah." Urainya panjang lebar.
"Loh, kamu menghina jenggot saya ya?"
"Siapa yang menghina jenggotmu? Jangan sampai kita menghina sunnah Nabi. Tapi aku bilang, semestinya kamu mengikuti Nabi dalam keseluruhannya, tidak cuma penampilan saja, sehingga malah membuatmu lupa dari hal-hal batin".
"Memelihara jenggot itu wajib, bukan sunnah!"
"Mas, aku tahu ia wajib, dan meski seperti itu tema bahasan kita saat ini bukan jenggot, tapi lebih dari itu."
"Kamu kira dalam syariat ini ada hal sekunder yang tidak penting ya?!" Orang tadi semakin muntab.
"Laa haula wa laa quwwata illa billah, kayaknya Mas ini memang nggak ingin diskusi ya? Maunya debat dan tengkar melulu. Maaf, aku undur diri dulu, tampak jelas sekali perbedaan prioritas prinsip masing-masing dari kita. Sampai jumpa di waktu mendatang, insya Allah."
"Justru saya yang semestinya pamit, nggak pantas saya berbicara dengan orang berdagu plontos kayak kamu ini!" Balas orang tadi ketus.
"Oke, Jazakumullah."
Dan percakapan itu berakhir begitu saja. (*)
[ Dialog fiktif ] ... Ya Allah, ampuni seluruh kaum muslimin dan muslimat, baik yang masih hidup atau yang sudah wafat... sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Penyayang ... Maha suci Engkau ...
"Kamu sedih ya atas matinya Mbah Surip?" Tanya orang yang baru datang tadi.
"Iya." Jawabnya
"Bagaimanna kamu bersedih atas orang yang hidupnya selalu berkubang dalam dosa, pergaulannya kayak gitu?" Kejar orang tadi.
Sejenak dia terdiam lalu menjawab, "Suatu hari saat Nabi sedang berbincang dengan sahabatnya, tiba-tiba ada serombongan pengusung jenazah lewat, Nabi segera berdiri menghormati jenazah itu. Sementara pada sahabat tetap duduk sambil bilang, "Ya Rasul, itu jenazahnya orang Yahudi." Rasul membalas, "Bukannya dia manusia?". Nah, aku jawab pertanyaanmu, bukankah Mbah Surip juga manusia?"
"Kamu tahu nggak? Mereka itu, para artis itu, seniman itu, semuanya ke Neraka!" Kata orang tadi ketus.
"Hah? A'udzubillah, apakah kamu sudah berani berkata mendahului Allah? Apa kamu tidak tahu Rasul pernah bercerita bahwa konon ada orang bilang: Demi Allah, Allah tidak akan Mengampuni orang itu!" Kemudian Allah Membalas: Siapa yang berani bersumpah mendahului-Ku bahwa aku tidak akan Memaafkan seseorang, maka -ketahui- bahwa Aku telah Mengampuni orang itu dan Aku gugurkan semua pahala amalmu!". Hati-hati dengan kata-katamu yang bisa menggugurkan pahala amalmu sendiri."
"Bagaimana mungkin Allah Mengampuni orang seperti mereka yang sudah tersesat masih menyesatkan lagi?" Masih saja dia bersikukuh.
"Allah Mengampuni siapapun Yang dikehendaki-Nya, Dia Kuasa atas segala sesuatu, Dia Maha Pengampun Penyayang Pengasih, Melakukan apapun yang dikehendaki. Lagipula kamu apa tahu dan apa bersama dia saat dia terbaring sakit? Siapa tahu dia bertaubat yang justru karena taubat itu dosanya diampuni Allah semua. Siapa tahu juga dia diam-diam punya perbuatan baik yang bisa menolongnya di alam baka sana. Kamu tahu kan bagaimana kisah seorang PSK yang dosanya diampuni Allah sebab memberi minum anjing?"
"Ah, kamu ini, sudah, cukup, nanti semua orang bisa saja seenaknya bilang kalau mereka melakukan dosa dan Allah Maha Pengampun."
"Siapa yang bilang kayak gitu, kita mesti membedakan antara interaksi seorang pendosa dengan Tuhannya, dan interaksi seorang pendosa dengan manusia lainnya. Seorang pendosa sudah semestinya mencela dirinya sendiri dan menyesali perbuatannya sepanjang waktu, adapun sikap orang lain terhadap orang yang berbuat dosa adalah mengasihani, mendekati, memberi perhatian agar dia sadar dari salahnya. Bukan malah mencelanya. Seperti halnya Nabi berinteraksi dengan orang-orang yang salah dan banyak dosa, bukankah pernah datang pada beliau seorang pemabuk, lantas ada sahabat yang melaknatnya, apa yang dibilang Nabi? "Jangan melaknat dia, sesungguhnya dia Cinta Allah, Cinta Nabi-Nya". Nah bagaimana Nabi bisa mengklaim bahwa pemabuk itu Cinta Allah, Cinta beliau? Coba renungkan, ambil hikmah dibalik sikap Nabi itu. Jangan hanya mencontoh beliau dalam soal merawat jenggot sama pakai jubah saja, tapi contoh juga bagaimana kasih sayang beliau, akhlak beliau, dan bagaimana cara beliau berinteraksi dengan makhluk Allah." Urainya panjang lebar.
"Loh, kamu menghina jenggot saya ya?"
"Siapa yang menghina jenggotmu? Jangan sampai kita menghina sunnah Nabi. Tapi aku bilang, semestinya kamu mengikuti Nabi dalam keseluruhannya, tidak cuma penampilan saja, sehingga malah membuatmu lupa dari hal-hal batin".
"Memelihara jenggot itu wajib, bukan sunnah!"
"Mas, aku tahu ia wajib, dan meski seperti itu tema bahasan kita saat ini bukan jenggot, tapi lebih dari itu."
"Kamu kira dalam syariat ini ada hal sekunder yang tidak penting ya?!" Orang tadi semakin muntab.
"Laa haula wa laa quwwata illa billah, kayaknya Mas ini memang nggak ingin diskusi ya? Maunya debat dan tengkar melulu. Maaf, aku undur diri dulu, tampak jelas sekali perbedaan prioritas prinsip masing-masing dari kita. Sampai jumpa di waktu mendatang, insya Allah."
"Justru saya yang semestinya pamit, nggak pantas saya berbicara dengan orang berdagu plontos kayak kamu ini!" Balas orang tadi ketus.
"Oke, Jazakumullah."
Dan percakapan itu berakhir begitu saja. (*)
[ Dialog fiktif ] ... Ya Allah, ampuni seluruh kaum muslimin dan muslimat, baik yang masih hidup atau yang sudah wafat... sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Penyayang ... Maha suci Engkau ...