حَامِدًا ِللهِ وَمُصَلِّـيًا عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ
Seperti diketahui bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dilahirkan pada bulan Rabiul Awwal, hari senin tanggal dua belas.Terkait hari dan bulan maka sudah disepakati oleh mayoritas ulama kaum muslimin. Adapun tanggal maka ada pendapat tanggal delapan dan ada pula yang mengatakan tanggal sepuluh. Terlepas dari hal ini, ada hal yang lebih penting untuk direnungkan mengapa Rasulullah Saw dilahirkan tidak pada hari jumat sebagai hari paling mulia atau pada bulan-bulan mulia seperti al asyhurul hurum? Jawabannya agar tidak ada kemungkinan untuk menuduh bahwa kemuliaan Rasulullah Saw ditopang oleh hari dan bulan mulia di mana beliau dilahirkan. Justru yang terjadi adalah sebaliknya, adanya fenomena Insihaab, keagungan Rasulullah Saw mampu menyeret hari Senin dan bulan Rabiul Awwal sebagai hari dan bulan mulia setelah sebelumnya hari dan bulan tersebut sama sekali tidak diperhatikan oleh umat manusia. Sejak saat itu dan hingga kini ketikaSenin dan Rabiul Awwal disebutkan maka segera teringat hari dan bulan kelahiran Rasulullah Saw. Jadi kemuliaan RasulullahSaw adalah mandiri (Istiqlali) dan sama sekali bukan karena Nisbat, reaksi dari figur, komunitas atau fenomena apapun. Justru, semuanya ini tersaput sinar kemuliaan Rasulullah Saw sebagai anugerah Allah kepada Beliau. Termasuk kita semua kaum muslimin yang menjadi umat termulia daripada umat-umat terdahulu yang pernah hidup di alam ini. Ini karena, seperti dikatakan Imam al Bushiri dalam Qashidah Burdah;
لَمَّا دَعَى اللهُ دَاعِيْنَا لِطَاعَـتِهِ بِأَكْرَمِ الرُّسُلِ كُـنَّا أَكْرَمَ اْلأُمَمِ
“Ketika Allah menjuluk Da’i kita ini (Rasulullah Saw) sebagai rasul termulia karena ketaatannya (kepada Allah), maka kita menjadi umat yang termulia”
Inilah salah satu alasan bagi kita agar berusaha mendidik hati untuk merasa senang setiap kali hari Senin dan bulan RabiulAwwal hadir. Tentu saja rasa senang itu harus diwujudkan lewat aksi nyata dengan berpuasa pada hari senin dan mengadakan peringatan-peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw di bulan Rabiul awwal ini. Rasa senang dalam bentuk seperti inilah yang dulu pernah dilakukan oleh Abu Lahab. Ia bukan hanya sekedar senang mendengar berita kelahiran sang keponakan yang yatim, akan tetapi melengkapi rasa senangnya dengan memerdekakan si pembawa berita, sahayanya bernama Tsuwaibah yang kemudian tercatat pernah menyusui bayi Rasulullah Saw bersama anaknya sendiri yang bernama Masruh serta bayi Hamzah paman Nabi Saw dan bayi Abu Salamah, suami Ummu Salamah yang kemudian menjadi isteri Nabi Saw.
Rasa senang seperti inilah yang hingga kini dan selamanya dirasakan manfaatnya oleh Abu Lahab yang kafir dan sangat memusuhi Rasulullah Saw. Tentunya kita manusia beriman pasti mendapat manfaat yang sangat jauh lebih besar lagi jika mampu bergembira seperti kegembiraan Abu Lahab. Al Hafidh Nashiruddin Ad Dimasyqi, salah seorang murid Imam al Hafidh Ibnu Katsir melagukan Syair yang artinya:
إِذَا كَانَ هَذَا كَافِرًا جَاءَ ذَمُّهُ بِتَـبَّتْ يَدَاهُ فِى الْجَحِيْمِ مُخَلَّـدًا
أَتَى أَنَّهُ فِى يَوْمِ ْالإِثْنَيْنِ دَائِمًا يُخَفَّفُ عَنْهُ لِلسًُّرُوْرِ بَأَحْمَدَ
فَمَا الظَّنُّ بِالْعَبْدِ الَّذِى طُوْلَ عُمْرِهِ بِأَحْمَدَ مَسْرُوْرًا وَكَانَ مُوَحِّدًا
Jika ini saja, seorang kafir yang dicela dengan ayat Tabbat Yadaah, dan langgeng di neraka
Disebutkan bahwa selamanya setiap senin ia diringankan siksanya karena gembira akan kelahiran Nabi Ahmad
Maka bagaimana dengan seorang hamba beriman yang sepanjang hayat bergembira akan Nabi Ahmad
Bergembira dan membanggakan Rasulullah Saw adalah wajib. Kendati demikian tidak cukup hanya sampai di situ. Seorang beriman harus memasang dan mengejar target bisa menyenangkan dan membuat bangga Rasulullah Saw. Langkah dan usaha yang bisa dilakukan agar mencapai target ini, di antara yang pokok sebagai berikut:
1. Menghidupkan Sunnah-nya
Seorang Yahudi pernah berkata kepada Sayyidina Umar ra; “Teman anda (Rasulullah Saw) mengajarkan semuanya hingga perilaku di kakus” maknanya kita harus mengetahui detail kehidupan Rasulullah Saw untuk selanjutnya berusaha meniru baik dalam cara beribadah maupun kehidupan sehari-hari. Dari hal yang remeh hingga hal yang penting. Bagaimana Rasulullah Saw shalat, cara berbaris dalam shalat, masuk dan keluar masjid dan seterusnya. Bagaimana Rasulullah makan,minum, tidur, masuk kakus dll. Dengan berusaha menghidupkan sunnah berarti secara langsung kita memupuk kecintaan kepada Beliau sebagaimana hadits riwayat Anas ra
مَنْ أَحْيَا سُنَّـتِي فَقَدْ أَحَبَّنِي وَمَنْ أَحَبَّنِي كَانَ مَعِي فِى الْجَّنةِ
“Barang siapa menghidupkan sunnahku maka sungguh ia telah mencintaiku. Barang siapa mencintaiku maka ia pasti bersamaku di surga” (HR Thabarani)
Kegemaran menghidupkan sunnah juga menunjukkan kesempurnaan iman seseorang.
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ
“Tidak sempurna Iman seseorang sebeluَm kesenangan dirinya mengikuti segala yang aku ajarkan “(HR Dailami).
2. Mencintai Ahlul Bait- nya
Ahlul Bait, menurut Imam Qadhi Iyadh dalam As Syifa’ berdasarkan riwayat dari Zaid bin Arqam adalah keluarga dan keturunan Ali ra, Ja’far, Aqil dan Abbas. Allah berfirman;
قُلْ لاَ أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلاَّ الْمَوَدَّةَ فِى الْقُرْبَي
“Katakanlah,aku tidak meminta atas hal ini kecuali kecintaan kepada para kerabat (ku)”QS As Syuro:23.
Rasulullah Saw bersabda;
إِنِّي تَارِكٌ فِيْكُمْ مَا إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِ لَمْ تَضِلُّوْا كِتَابُ اللهِ وَعِتْرَتِيْ ...
“Sesungguhnya aku meninggalkan untuk kalian sesuatu yang jika kalian berpegang teguh dengannya maka kalian tidak akan pernah tersesat; Kitab Allah dan keluargaku”(HR Turmudzi/3788).
Kepada Abbas ra, Nabi Saw bersabda;
وَالَّذِى نَفْسِي بِيَدِهِ لاَ يَدْخُلُ قَلْبَ رَجُلٍ اْلإِيْمَانُ حَتَّى يُحِبَّكُمْ ِللهِ وَرَسُوْلِهِ ...
“Demi Dzat yang diriku berada di tanganNya,keimanan tidak memasuki hati seseorang sebelum mencintai kalian karena Allah dan RasulNya…”(HR Baihaqi)
3. Mencintai Sahabat-nya
Sahabat adalah orang yang beriman dan pernah bertemu Rasulullah Saw. Meski beriman tetapi tidak pernah bertemu maka tidak termasuk sahabat seperti halnya Uweis Al Qarani yang kemudian menjadi tokoh terkemuka generasi Tabiin. Dan seperti raja Najasyi yang bernama asli Ashamah yang ketika meninggal bahkan sempat dishalati ghaib oleh Rasulullah Saw dan para sahabat. Mencintai sahabat memiliki sekian banyak konsekwensi yang di antaranya tidak diperbolehkan dengan alasan apapun mencaci mereka seperti yang dilakukan oleh kelompok Syiah yang mengaku mencintai ahlul bait tetapi justru membenci, mencaci dan bahkan mengkafirkan di antara para sahabat yang pernah terjadi konflik antara mereka dengan ahlul bait. Rasulullah Saw bersabda;
لاَ تَسُبُّوْا أَصْحَابِي فَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَوْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيْفَهُ
“Jangan mencaci maki para sahabatku,karena sesungguhnya andaikan salah seorang kalian menginfakkan emas sebesar gunung Uhud maka tidak bisa menyamai satu mud atau bahkan separuh infak salah seorang mereka (sahabat)(HR Bukhari)
4. Mencintai Pewaris-nya (Ulama’ Amilin)
Ulama adalah pewaris para nabi. Dari merekalah umat mengenal dan meneladani ajaran-ajaran para nabi. Karena itulah ulama memiliki jasa besar menyambung umat dengan nabi mereka. Atas dasar ini, Rasulullah Saw kemudian mengajarkan kepada umatnya supaya memperhatikan hak-hak para ulama. Di antara hak itu adalah ulama harus dimuliakan. Jika berbuat salah maka tidak boleh diklaim dan dilecehkan. Inilah ajaran dan pesan Rasulullah Saw. Betapapun seorang ulama berbuat salah maka sekali lagi tidak boleh dijatuhkan martabatnya, apalagi jika belum jelas kesalahannya atau bahkan nyata-nyata tidak bersalah,maka melecehkan dan mencaci ulama kezaliman yang balasannya adalah kematian hati. Imam Syafii berkata:
إِنْ لَمْ يَكُنِ الْعُلَمَاءُ أَوْلِيَاءَ اللهِ فَلَيْسَ ِللهِ وَلِيٌّ
[Jika ulama bukan para wali Allah maka Allah sama sekali tidak memiliki wali]
Ibnu Asakir mengatakan:
[Ingatlah wahai saudaraku bahwa daging ulama itu beracun, dan sesungguhnya barang siapa lidahnya mencela mereka maka Allah mengujinya dengan kematian hati sebelum kematiannya]
5. Memperbanyak Shalawat kepada-nya
Membaca dan memperbanyak shalawat kepada Rasulullah Saw adalah perintah Allah dan bukan hanya menyenangkan Rasulullah Saw, tetapi juga menyenangkan Allah Azza wajalla. Bukti kesenangan Allah akan bacaan shalawat umat kepada Nabi Muhammad Saw adalah sabda Rasulullah Saw; “Barang siapa yang bershalawat kepadaku sekali, Allah bershalawat atasya sepuluh kali dan mengangkatnya sepuluh derajat”(HR Nasai)
Demikianlah hal-hal pokok yang harus kita pelajari untuk bisa dipraktekkan dalam keberagamaan kita yang memang di samping sebagai usaha membuat Rasulullah Saw berbangga dan berbahagia, juga sekaligus langkah memenuhi di antara sekian banyak hak Beliau atas umatnya.
=والله يتولى الجميع برعايته=
Tausiyah Vol XIV Edisi 148
Ahad, 5 February 2012 / 12 Rabiul Awwal 1433