Pemahaman Ikhlas Dari Pesantren Ramadan

    Author: Unknown Genre: »
    Rating

    Firman Allah ta’alaa: “agar kalian bertaqwa” di akhir ayat tentang kewajiban puasa (QS al Baqarah:183) memberikan gambaran kepada kita bahwa puasa adalah madrasah taqwa. Setiap madrasah memiliki manhaj dan tentunya setiap manhaj memiliki landasan. Adalah sesuatu yang sudah dimaklumi bahwa taqwa adalah manhaj kehidupan untuk meraih keridhoan Allah ta’alaa.

    Taqwa mempunyai landasan yaitu Ikhlash seperti difirmankan Allah: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama....“QS al Bayyinah:5, dan merupakan hal yang menjadikan setan berputus asa dari menyesatkan orang-orang yang ikhlash seperti difirmankan Allah: “Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka"QS al Hijr:39-40.
    Dan dari sudut pandang bahwa puasa –seperti diriwayatkan- sebagai pintu ibadah yang menjadikan orang yang sedang berpuasa merasa ringan menjalankan ibadah-ibadah yang lain seperti shalat, zakat, haji dll karena puasa terasa lebih berat bagi nafsu dan lebih terkait dengan penjernihannya, maka Rasulullah Saw menekankan tentang Ihklash dalam puasa dengan sabda beliau: “Barang siapa berpuasa ramadhan karena iman dan mencari pahala dari Allah maka diampunkan dosa-dosanya yang telah lalu” (HR Ahmad Bukhari Muslim dan Imam empat. Ini shahih). Imam al Khathib al Baghdadi menambahkan riwayat: “...dan dosa-dosa yang akan berlaku”, tetapi ini (dha’if) .
    Bahasa karena iman memberikan isyarat kewajiban ikhlash dalam beramal karena Allah, yakni bermaksud mendekatkan diri kepada Allah, mengagungkan perintahNya dan memenuhi seruanNya karena Dialah satu-satunya Dzat Pemberi anugerah . Sebaliknya adalah nifaq.
    Bahasa Ihtisab atau mencari pahala dari Allah memberikan isyarat keharusan ikhlash dalam mencari pahala dari Allah, yaitu keinginan mendapatkan manfaat akhirat dengan amal kebaikan. Sebaliknya adalah riya’ atau pamer, yaitu keinginan memperoleh manfaat dunia dengan amalan akhirat. Baik berharap secara langsung dari Allah atau dari manusia. Jadi ikhlash ada dua sebagaimana disebutkan.

    Kemudian Rasulullah Saw menjelaskan janji Allah terkait balasan ikhlash yang terdorong oleh puasa dengan firman Allah dalam hadits qudsi: “Seluruh amal anak Adam adalah miliknya kecuali puasa. Maka sesungguhnya puasa itu milikKu dan Aku akan memberikan balasannya” (Diriwayatkan oleh al Khamsah/lima perowi hadits).

    Ungkapan ini ( وأنا أجزي به ) menunjukkan kiranya tiada balasan yang lebih baik daripada balasan Allah kepada hambaNya yang berpuasa. Karena inilah dikatakan: “Barang siapa yang ikhlash karena Allah maka pasti menampak berkah jejak langkahnya”.
    Memang demikian halnya, akan tetapi ikhlash sudah pasti memerlukan dalil (bukti) berupa senantiasa mau berkorban dalam segala jenis amalan disertai totalitas sabar, mushabarah, murabathah, ketabahan, ridho dengan pembagian dan kepastian sekaligus sekuat tenaga menjaga diri dari sepuluh hal:

    1. Nifaq, : Sebaliknya beramal karena Allah
    2. Riya’ : Sebaliknya Ikhlash mencari pahala
    3. Takhlith/Mencampur aduk : Sebaliknya Taqwa
    4. al Mann/Mengungkit-ungkit : Sebaliknya menyerahkan amal kepada Allah
    5. al Adzaa/Menyakiti : Sebaliknya membentengi amal
    6. An Nadamah/Menyesali :Sebaliknya meneguhkan hati
    7. al Ujub/Rumongso : Sebaliknya mengingat anugerah hanya kepada Allah
    8. al Hasrah/Nelongso:Sebaliknya mencari kebaikan
    9. At Tahawun/Meremehkan :Sebaliknya mengagungkan taufiq
    10. Takut dicela manusia : Sebaliknya takut kepada Allah

    Buah ikhlash adalah kelanggengan dan kesinambungan amal sebagai berkah penjagaan dan perawatan dari Allah sebagaimana dikatakan: “Segala sesuatu karena Allah pasti langgeng dan bersambung. Dan segala sesuatu yang bukan karena Allah maka akan terputus dan terpisah”. Allah berfirman: “...Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan”QS Ar Ra’d:17.

    Begitulah madrasah ramadhan yang memberikan bimbingan agar seluruh amalan kita, metode dan jalan yang ditempuh, berdiri di atas landasan ini. Inilah roh ketaqwaan yang menjadi syarat diterimanya ketaatan.Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertaqwa”QS al Maidah:27.

    Ramadhan telah datang. Selamat atas kedatangannya
    Sungguh beruntung orang yang berharap keberuntungan dan mengejarnya
    Ramadhan madrasah petunjuk, ketaqwaan
    dan kemuliaan. Segala kebaikan bisa didapatkan
    Ya Allah, selamatkanlah kami untuk ramadhan dan selamatkanlah ramadhan untuk kami. Serahkanlah ia pada kami dengan diterima (sebagai amal sholeh). Jadikanlah kami termasuk orang-orang yang berpuasa dan menjalankan hak-haknya.
    Walhamdu Lillaahi rabbil aalamiin
    والله يتولى الجميع برعايته==

    Referensi;

    1. Dzikroyaat wa Munaasabaat. Abuya As Sayyid al Walid
    2. Bustanul Waa’izhiin wa riyaadhussaami’in. Imam Ibnul Jauzi
    3. Raudhatuth thalibin wa umdatussalikin. Imam Ghazali.

    Leave a Reply

    Shoutul Haromain FM


    Streaming Islam Android App on Google Playstore

    follow me

    VISITOR

    free counters