Firman Alloh Subhanahu Wata'ala:
قُلْ اِنَّنِي هَدَانِي رَبّي اِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ دِينًا قِيَمًا
مِلَّةَ اِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنْ الْمُشْرِكِينَ
Katankanlah, "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada
jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar; agama Ibrahim yang hanif;
dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. (- QS Al An'aam: 61)
Analisis Ayat
- دِيْنًاقِيَمًا
(diinan qiyaman) artinya bisa jadi pertama, agama yang tegak dan lurus,
tidak ada bengkok di dalamnya. Kedua, agama yang menangani urusan dan
aturan manusia secara komplit dunia dan akhirat.
- حَنِيْفًا (haniifan)
hanif artinya cenderung kepada kekonsistenan, menyimpang dari
kesesatan. Hanif dimaksudkan menyimpang dari agama-agama yang tidak
benar menuju kepada agama Islam.
Penjelasan Ayat
Ayat ini merupakan bantahan mematikan terhadap para pemeluk agama selain
Islam yang menyebut agamanya adalah agama yang lurus. Mereka menduga
bahwa keyakinannya masing-masing, apakah itu Yahudisme, Nasranisme,
Budhisme, Hinduisme, serta Konghucu sebagai agama yang tidak menyimpang
dan tidak pernah mengalami perubahan. Padahal, pandangan ini penuh
absurditas (kebohongan) karena dari semula agama yang dipeluknya sudah
terjamah ulah tangan-tangan kotor manusia sehingga tak lagi asli,
melainkan imitasi.
Disebutkan pada ayat ini shirothol mustaqim (jalan yang lurus),
asli dan murni hanya pantas disandang oleh sebuah agama yang mengurus
dan mengatur urusan umat manusia secara lengkap menuju kebahagiaan
mereka dunia akhirat. Shirothol mustaqim itu ialah agama Ibrahim
kholilulloh yang konsisten yang tidak cenderung kepada agama-agama yang
tidak shahih. Di sinilah hikmahnya kita berdoa membaca ayat keenam dari
surat Al Fatihah setiap hari setidak-tidaknya tujuh belas kali agar kita
senantiasa diberikan sikap teguh dalam meniti jalan yang lurus ini.
Ciri khas agama (millah) Ibrahim 'Alaihissalam yang membedakan
dengan agama-agama lainnya ialah sifatnya yang hanif. Sahabat Ibnu Abbas
menceritakan bahwa pernah ditanyakan kepada Rosululloh Shollallohu
'Alaihi Wasallam soal agama apakah yang dicintai oleh Alloh Ta'ala.
Beliau memberikan jawaban singkat dan tegas, agama yang dicintai oleh
Alloh Ta'ala ialah agama yang hanif yang samhah (mudah dipraktikkan).
Yakni agama ini lurus, tidak bengkok, tidak menyimpang, dan tidak
cenderung kepada kesesatan. Millah Ibrahim 'Alaihissalam dengan ciri
khas ini dalam realitasnya hanya terdapat pada agama yang diridloi,
yaitu agama Islam. Alloh berfirman:
وَمَنْ اَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ اَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ
وَاتَّبَعَ مِلَّةَ اِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَاتَّخَذَ اللهُ اِبْرَاهِيمَ
خَلِيلاً
"Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Alloh Ta'ala, sedang diapun mengerjakan
kebaikan sampai ke tingkat ihsan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang
hanif? Dan Alloh Ta'ala mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya." (Q.S. An Nisaa: 125)
Atas dasar kebesaran ini kholilulloh Ibrahim dari dulu sampai pada masa
jahiliyah bahkan sampai masa kini, keberadaannya senantiasa menjadi
rebutan para pemeluk agama sedunia. Agama anu menyebut Ibrahim pendiri
agamanya sementara agama lainnya menjustifikasi Ibrahim hanya miliknya.
Ma-nakah yang benar? Agaknya harus dikemuka-kan syair Arab yang intinya
menyebutkan banyak orang mengaku menjalin hubungan asmara dengan Laila
(nama wanita jelita) sedang Laila tidak mengakuinya.
كُلٌّ يَدَّعِىوَصْلاً بِلَيْلَى # وَلَيْلَى لاَيُقِرُّذَاكَ
Seluruhnya mengaku-aku mempunyai hubungan asmara dengan Laila sementara Laila tidak mengakui hubungan itu.
Ayat di muka secara tersirat menyebutkan millah Ibrahim hanya terdapat pada nilai-nilai agama Islam.
Sholawat Ibrahimiyah
Sebagai bentuk penghargaan terhadap Nabi Ibrahim 'Alaihissalam berikut
terhadap kehanifan millahnya, maka dianjurkanlah kepada umat manusia
pada saat ini untuk menyebarluaskan bacaan Sholawat Ibrahimiyah. Dalam
bentuk yang lain diajarkan pula bacaan rutin di pagi hari yang berbunyi:
أَصْبَحْنَاعَلَى فِطْرَةِ اْلإِسْلاَمِ وَعَلَىكَلِمَةِ اْلإِخْلاَصِ
وَعَلَى دِيْنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صلىالله عليه وسلم وَعَلَى مِلَّةِ
أَبِيْنَا إِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَاكَانَ مِنَ
الْمُشْرِكِيْنَ
Kami pagi-pagi dalam keadaan memegang teguh kefitrahan agama Islam,
berada pada kalimat ikhlas, dan terikat pada agama nabi kami Muhammad
Sholallohu 'Alaihi Wasallam dan millah bapak kami Ibrahim yang hanif,
dan dia bukanlah termasuk orang- orang musyrik.
Penghargaan ini bukan berarti indikasi bahwa Nabi Ibrahim 'Alaihissalam
yang mendapat gelar kholilulloh dengan segala keistimewaannya lebih
tinggi kedudukannya dibanding Nabi Muhammad Shollallohu 'Alaihi Wasallam. Dalam kenyataannya Nabi Muhammad Shollallohu 'Alaihi Wasallam adalah
penyempurna ajaran-ajaran para nabi dahulu. Dan nabi terakhir ini
sukses dalam tugasnya secara gemilang. Atas dasar kesuksesan ini beliau
dikatakan tuannya anak keturunan Nabi Adam 'Alaihissalam dan empunya
maqom mahmud (posisi terpuji) yang menjadi cita-cita setiap orang
termasuk menjadi cita-cita-nya Nabi Ibrahim 'Alaihissalam. Dalam bahasa
singkat dikatakan ada banyak murid yang di kemudian hari melebihi
kapasitas para gurunya.
Dari ayat ini nyatalah hanya pada agama Islam tecermin kehanifan millah Ibrahim 'Alaihissalam
yang konsisten. Artinya, agama-agama selain Islam sudah mengalami
perubahan yang cukup mendasar untuk bisa dikatakan asli dan murni. Maka,
tetaplah bersama agama Islam. Dan jangan sekali-kali berpandangan salah
kaprah bahwa semua agama itu benar, termasuk juga jangan terjebak
mempraktikkan agama secara campur-aduk (sinkretisme).