Puasa memiliki banyak hikmah yang
bisa digunakan oleh seorang muslim terbina sebagai sarana mengambil pelajaran
dan usaha membersihkan diri. Di antara hikmah-hikmah itu adalah:
1. Puasa mendidik dan mengembangkan
naluri bertaqwa pada pribadi seorang muslim serta membiasakannya berada dalam
ketundukan dan kepatuhan yang merupakan jaminan tegaknya segala urusan. Dengan
puasa seorang muslim melindungi diri dari kemaksiatan-kemaksiatan karena puasa
meredam syahwat yang menjadi sumber kemakasiatan.
Berdasarkan
makna melindungi ini maka manusia akan menjadi ahli taqwa jika
melaksanakan hal berikut:
a. Menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan
(larangan-larangan)
b. Menyesal karena telah melakukan
kemaksiatan, apapun bentuknya
c. Merasa sedih karena tidak
menjalankan perintah meskipun hanya perintah sunnah
d. Tidak terus menerus melakukan dosa
kecil
e. Meminimalkan kemaksiatan di mana ia
terlanjur jatuh ke dalamnya sampai akhirnya secara total bisa terlepas darinya
Hal-hal tersebut adalah isyarat (yang bisa difahami) dari firman Allah; “...agar
kalian bertaqwa”[1]
2. Puasa sebagai upaya menumbuhkan sifat
ketuhanan.
Allah
Menyeru para hambaNya supaya bersifat dengan sifat-sifatNya dan menuntut mereka
supaya melakukan penghambaan kepadaNya dengan sifat-sifatNya sesuai dengan
kekuatan dan kemampuan mereka. Sementara puasa adalah termasuk di antara
sifat-sifatNya, dan sesungguhnya Dia Memberi
makan (tetapi) Dia tidak makan.
Puasa
(juga) melatih manusia agar mencintai kebaikan dan berbuat baik kepada sesama.
Puasa menguatkan perasaan kasih sayang dalam diri manusia sehingga
menjadikannya berhati lembut, berjiwa baik dan memiliki ketajaman rasa (dzauq).
As Sayyid Ahmad bin Idris, Qaddasallahu sirrahu dalam al Iqdun Nafis
hal 58 mengatakan:
“Seorang
mukmin setiap kali bersifat dengan salah satu sifat-sifat Allah maka berada
dekat dariNya kecuali surat al Ikhlash maka dalam sifat-sifatNya di sini
tidak boleh seorangpun bersekutu denganNya karena sesungguhnya Nabi Adam alaihissalam
meski tidak dilahirkan tetapi beliau melahirkan. Nabi Isa alaihissalam
meski tidak melahirkan tetapi beliau dilahirkan. Sedangkan Allah subhaanahu
wata’alaa tidak melahirkan serta tidak (pula) dilahirkan dan tidak ada
seorangpun menyamaiNya. Tidak ada Tuhan selain Dia. Kita beriman denganNya,
kitab-kitab dan utusan-utusanNya.”
Dan karena
itu semua Allah ta’ala dengan berpuasa Allah memberikan kemampuan kepada
manusia untuk bisa bertemu denganNya disertai rasa bahagia sempurna seperti
disabdakan Rasulullah shallallahu alaihi wasallami: “Bagi orang yang
berpuasa ada dua kebahagiaan yang dirasakannya; saat berbuka ia berbahagia dan saat
bertemu Tuhannya ia berbahagia dengan puasanya”[2]
“...Puasa itu milikKu dan Aku akan membalasnya
(sesuai dengan ketentuanKu)...”[3]
3. Puasa adalah langkah membebaskan
diri dari penghambaan kepada syahwat-syahwat.
Ketika
Allah ta’ala telah Menjadikan manusia sebagai Khalifah di bumi
maka semestinya ia berhak memiliki segala sesuatu, bukan (sebaliknya) segala
sesuatu (justru) memilikinya (memperbudaknya). Karena itulah apabila manusia
tenggelam dalam syahwat-syahwatnya maka sungguh ia telah membalikkan hikmah
(penciptaan) dan menjadikan pelaku sebagai obyek serta yang tinggi menjadi
rendah sebagaimana Allah berfirman:
“...Musa
menjawab,”Patutkah aku mencari Tuhan untuk kamu selain Allah, padahal Dialah
yang telah melebihkan kamu atas segala umat...”[4]
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan
hawa nafsunya sebagai ilahnya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan
ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan
tutupan atas penglihatannya Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah
Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”[5]
Dan
sungguh Allah ta’ala telah Mengajarkan kepada kita sesungguhnya puasa
ramadhan sudah cukup untuk bisa memutuskan semua hal tersebut apabila
orang-orang yang berpuasa menjalani puasa sebagaimana semestinya yang karena
itulah dikatakan dalam hadits: “Jika hari jum’at selamat maka hari-hari
(seluruhnya) selamat. Dan jika ramadhan selamat maka seluruh tahun selamat”
[6]
“Ya Allah,
serahkanlah kami kepada ramadhan. Serahkanlah ramadhan kepada kami dan terimalah ramadhan dari kami dengan
sepenuh penerimaan!”
بسم
الله الرحمن الرحيم
مَدْرَسَةُ الصَّوْمِ التَّهْذِيْبِيَّةُ
لِلصَّوْمِ حِكَمٌ عَدِيْدَةٌ يَعْتَبِرُ وَيَتَهَذَّبُ بِهَا
الْمُسْلِمُ الْوَاعِى,
وَمِنْ ذَلِكَ:
1. الصَّوْمُ يُرَبِّيْ فِيْهِ وَيُنَمِّيْهِ
مَلَكَةَ التَّقْوَى وَيُعَوِّدُهُ عَلَى الْحُضُوْعِ وَالطَّاعَةِ
الَّتِى هِيَ الضَّمَّانُ لاِسْتِقَامَةِ أَمْرِهِ, وَيَتَّقِى بِهِ الْمَعَاصِيَ لِأَنَّهُ
يَكْسِرُ الشَّهْوَةَ الَّتِى هِيَ مَبْدَؤُهَا. وَعَلَى هَذَا الْمَعْنَي اي الإِتِّقَاءِ
يَكُوْنُ الْإِنْسَانُ مِنْ أَهْلِ التَّقْوَى إِذَا عَمِلَ مَا يَأْتِي:
أ-
الْإِبْتِعَادُ
عَنِ الْمَعَاصِي الْمَنْهِيِّ عَنْهَا
ب-
النَّدَمُ
عَلَى ارْتِكَابِ أَيَّةِ مَعْصِيَةٍ
ج- التَّأَسُّفُ
عَلَى عَدَمِ فِعْلِ الْمَأْمُوْرِ بِهِ وَإِنْ كَانَ تَطَوُّعًا
د- عَدَمُ
الْإِصْرَارِ عَلَى ارْتِكَابِ مَعْصِيَةٍ صَغِيْرَةٍ
ه- التَّقَلُّلُ
عَنْ مَعْصِيَةٍ وَقَعَ فِيْهَا حَتَّي يَتَخَلَّصَ مِنْهَا
وَإِلَى ذَلِكَ الْإِشَارَةُ بِقَوْلِهِ
تَعَالَى: (...لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ) البقرة:183.
2. الصَّوْمُ اتِّصَافٌ بِصِفَةِ اللهِ تَعَالَى
دَعَا اللهُ تَعَالَى عِبَادَهُ إِلَى
اْلإِتِّصَافِ بِأَوْصَافِهِ وَتَعَبَّدَهُمْ بِهَا عَلَى قَدْرِ طَاقَتِهِمْ وَوُسْعِهِمْ,
وَالصَّوْمُ مِنْ أَوْصَافِهِ وَأَنَّهُ الَّذِى يُطْعِمُ وَلاَ يَطْعَمُ
وَالصَّوْمُ يُعَوِّدُ الْإِنْسَانَ عَلَى
حُبِّ الْخَيْرِ وَالْإِحْسَانِ وَيُقَوِّيْ فِيْهِ عَاطِفَةَ الرَّحْمَةِ فَيَجْعَلُهُ
رَقِيْقَ الْقَلْبِ طَيِّبَ النَّفْسِ حَسَّاسَ الذَّوْقِ . قَالَ السَّيِّدُ أَحْمَدُ
بْنُ إِدْرِيْسَ قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ فىِ كِتَابِهِ ((الْعِقْدُ النَّفِيْسُ)) ص 58:
"الْمُؤْمِنُ كُلَّمَا اتَّصَفَ
بِصِفَةٍ مِنْ صِفَاتِ اللهِ قَرُبَ مِنْهُ إِلاَّ سُوْرَةَ اْلِإخْلاَصِ فَلاَ يُشَارِكُهُ
فِى صِفَاتِهِ فِيْهَا أَحَدٌ فَإِنَّ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ لـَمْ يُوْلَدْ لَكِنَّهُ
يَلِدُ وَعِيْسَى عَلَيْهِ السَّلاَمُ لـَمْ يَلِدْ لَكِنَّهُ يُوْلَدُ وَاللهُ سُبْحَانَهُ
وَتَعَالَى لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ لاَإِلهَ
إِلاَّ هُوَ آمَنَّا بِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ .إهـ" وَلِأَجْلِ ذَلِكَ يُؤَهِّلُهُ
تَعَالَى بِصِيَامِهِ عَلَى لِقَائِهِ تَعَالَى مَعَ الْفَرَحِ التَّامِّ كَمَا قَالَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: [...لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا:
إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ]
رواه البخارى:1904. [...الصِّيَامُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ
بِهِ...] رواه البخارى:1894.
3. الصَّوْمُ تَحَرُّرٌ مِنَ الْعُبُوْدِيَّةِ
لِلشَّهَوَاتِ
حِيْنَ جَعَلَ اللهُ تَعَالَى اْلإِنْسَانَ
خَلِيْفَةً فِى الْأَرْضِ كَانَ مِنْ حَقِّهِ أَنْ يَكُوْنَ مَالِكًا لِلْأَشْيَاءِ
لاَ أَنْ تَكُوْنَ مَالِكَةً لَهُ وَلِذلِكَ إِذَا اسْتَغْرَقَ الْإِنْسَانُ فِى شَهَوَاتِهِ
فَقَدْ قَلَبَ الْحِكْمَةَ وَصَيَّرَ الْفَاعِلَ مَفْعُوْلاً وَالْأَعْلَى أَسْفَلَ
كَمَا قَالَ اللهُ تَعَالَى: [[قَالَ أَغَيْرَ اللهِ أَبْغِيْكُمْ إِلـهاً وَهُوَ
فَضَّلَكُمْ عَلَى الْعَالَمِيْنَ]] الأعراف:140.
[[أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَـهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللهُ عَلَى عِلْمٍ
وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيْهِ
مِنْ بَعْدِ اللهِ أَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ]]الجاثية:23.
وَقَدْ عَلَّمَنَا اللهُ تَعَالَى أَنَّ
صَوْمَ رَمَضَانَ يُغْنِي فِى قَطْعِ ذَلِكَ كُلِّهِ إِذَا صَامَهُ الصَّائِمُوْنَ
كَمَا يَنْبَغِى أَنْ يُصَامَ وَلِذَلِكَ قِيْلَ فىِ الْحَدِيْثِ : (إِذَا سَلِمَتِ
الْجُمْعَةُ سَلِمَتِ الْأَيَّامُ وَإِذَا سَلِمَ رَمَضَانُ سَلِمَتِ السَّنَةُ كُلُّهَا)
رواه
الدارقطني عن عائشة (انظر:
فيض القدير:685).أَللَّهُمَّ سَلِّمْنَا لِرَمَضَانَ
وَسَلِّمْ رَمَضَانَ لَنَا وَتَسَلَّمْهُ مِنَّا مُتَقَبَّلاً. آمِيْن.
=والله يتولى الجميع
برعايته=