Merupakan
sebuah kewajiban seorang murid untuk beerkhidmah kepada sang murobbynya
baegitu pula bagi Abi Ihya' Ulumiddin sebagai murid untuk
mendampingi sang guru Abuya Sayyid Muhammad bin Alawy Al Maliki selama
berkunjung di Indonesia
Dan Abuya akan mendatangi ke tempat
mana saja dan siapa saja yang mengundang beliau. Dari orang besar sampai
orang kecil. Dari orang kaya sampai yang miskin. Pernah Abuya
mendatangi undangan dari orang yang sederhana untuk menginap dirumahnya.
Sangking sederhananya, pada waktu malam ketika Abuya tidur diatas
ranjang yang disediakan. Ranjangnya tidak kuat menahan beban tubuh
Abuya. Akhirnya ranjangnya patah dan Abuya terjatuh. Karena ranjangnya
terbuat dari bahan kayu yang kecil.
Ketika pada waktu lowong,
tidak ada jadwal untuk menghadiri undangan. Abuya mengajak Abi Ihya
untuk menginap di hotel paling mewah pada waktu itu yang ada di Jakarta.
Dengan fasiltas yang serba "wah". Abi Ihya' merasa kagum dan
membayangkan akan menikmati segala fasilitas didalam kamar hotel. Mulai
dari kasur yang sangat empuk, kamar
mandi hangat dengan kemewahannya, bahkan segalanya serba otomatis -untuk
buka tirai saja pake tombol-.
Ketika Abi Ihya' sedang
membayangkan bagaimana nanti bisa istirahat dengan nyaman, tiba2 Abuya
memanggil dan menyuruh Abi untuk turun dan membeli 2 tikar. Dengan
pikiran yang dipenuhi pertanyaan, "kira2 tikar ini buat apa?",Abi pun
turun dan mencari 2 tikar seperti yang diperintahkan Abuya.
Singkatnya, 2 tikar sudah diserahkan kepada Abuya. Beliau pun menyuruh
Abi Ihya' agar menggelar tikar dibawah. "Malam ini kita tidur diatas
tikar ini!", perintah Abuya. Kaget Abi mendengarnya. Bayangan untuk
menikmati kasur mewah nan empuk dalam seketika hilang......
Kemudian
Abuya mengatakan, "Ya Ihya', jika kamu sudah tidak membedakan antara
batu kali dan emas, maka kamu sudah jadi MANUSIA sejati..."
Dan Abuya akan mendatangi ke tempat mana saja dan siapa saja yang mengundang beliau. Dari orang besar sampai orang kecil. Dari orang kaya sampai yang miskin. Pernah Abuya mendatangi undangan dari orang yang sederhana untuk menginap dirumahnya. Sangking sederhananya, pada waktu malam ketika Abuya tidur diatas ranjang yang disediakan. Ranjangnya tidak kuat menahan beban tubuh Abuya. Akhirnya ranjangnya patah dan Abuya terjatuh. Karena ranjangnya terbuat dari bahan kayu yang kecil.
Ketika pada waktu lowong, tidak ada jadwal untuk menghadiri undangan. Abuya mengajak Abi Ihya untuk menginap di hotel paling mewah pada waktu itu yang ada di Jakarta. Dengan fasiltas yang serba "wah". Abi Ihya' merasa kagum dan membayangkan akan menikmati segala fasilitas didalam kamar hotel. Mulai dari kasur yang sangat empuk, kamar mandi hangat dengan kemewahannya, bahkan segalanya serba otomatis -untuk buka tirai saja pake tombol-.
Ketika Abi Ihya' sedang membayangkan bagaimana nanti bisa istirahat dengan nyaman, tiba2 Abuya memanggil dan menyuruh Abi untuk turun dan membeli 2 tikar. Dengan pikiran yang dipenuhi pertanyaan, "kira2 tikar ini buat apa?",Abi pun turun dan mencari 2 tikar seperti yang diperintahkan Abuya.
Singkatnya, 2 tikar sudah diserahkan kepada Abuya. Beliau pun menyuruh Abi Ihya' agar menggelar tikar dibawah. "Malam ini kita tidur diatas tikar ini!", perintah Abuya. Kaget Abi mendengarnya. Bayangan untuk menikmati kasur mewah nan empuk dalam seketika hilang......
Kemudian Abuya mengatakan, "Ya Ihya', jika kamu sudah tidak membedakan antara batu kali dan emas, maka kamu sudah jadi MANUSIA sejati..."